Daerah

Rais NU Padang: Ukhuwah Wathaniyah Harus Matang untuk Hindari Kerusakan

Senin, 24 Februari 2020 | 11:45 WIB

Rais NU Padang: Ukhuwah Wathaniyah Harus Matang untuk Hindari Kerusakan

Peringati Harlah NU dan Peluncuran Koin Muktamar, PCNU Padang, Sumbar (Foto: NU Online/Armaidi Tanjung)

Padang, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) H Sumardi Basyir minta ukhuwah wathaniyah harus dimatangkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. 
 
"Jika tidak matang, maka kerusakan dan kehancuran kehidupan berbangsa akan terancam," ujarnya.

Demikian diungkapkan pada acara Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-94 Nahdlatul Ulama (NU) dan peluncuran Koin Muktamar di Palanta Rumah Dinas Wali Kota Padang Sabtu (22/2) malam. 

Menurut Sumardi, NU Kota Padang saat ini masih melihat adanya warga Indonesia yang belum matang ukhuwah wathaniyahnya. “Ukhuwah wathaniyah yang matang tidak lagi menyalahkan agama lain atau kelompok lain. Berbeda agama dan keyakinan saling menghargai, tidak saling mengkafirkan dan menyalahkan pihak lain yang berbeda. Namun saling menasehati sesama anak bangsa Indonesia,” tegasnya.

Untuk itu, kata Sumardi, jangan saling menyalahkan satu sama lain. Kuncinya mari kita berdialog dan berdiskusi dalam menyelesaikan masalah. Sehingga kehidupan terasa indah dan menyenangkan.

“Warga NU harus matangkan dan mantapkan akidahnya. Karena dengan matangkan akidah, maka akan terwujud kemandirian Nahdlatul Ulama,” kata Sumardi.

Ketua PCNU Kota Padang Yultel Ardi Tuanku Malin Sulaiman mengajak warga NU Kota Padang untuk terus meningkatkan kebersamaan. Jamaah NU di Kota Pariaman diperlihatkan kepada masyarakat. Apalagi Kota Padang menjadi kota madani yang religius, maka kehadiran NU sebagai organisasi masyarakat Islam sangat mendukung. 

“NU Kota Padang harus punya harakah, fikrah, dan amaliyah di tengah masyarakat. Alhamdulillah, NU Padang sudah dua kali melaksanakan pengkaderan MKNU,” kata Yultel Ardi.

Mustasyar PWNU Sumatera Barat Prof Asasriwarni dalam tausyiahnya menyebutkan, warga NU Kota Padang harus terus mengejar ilmu. Karena menuntut ilmu itu adalah perintah agama Islam pertama yang diterima Nabi Muhammad bukan perintah ibadah lainnya. 

Menurutnya, sebelum ada perintah untuk melaksanakan shalat, zakat dan puasa, maka perintah pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah menuntut ilmu. 

“Iqra, bacalah, itu adalah ayat pertama turun yang diterima Nabi. Ayat tersebut perintah belajar ilmu. Selama 12 tahun Nabi berdakwah di Makkah, belum ada perintah shalat wajib. Yang ada perintah menuntut ilmu. Setelah Nabi Isra Mi'raj pada tahun ke-13 kenabian, barulah ada perintah shalat,” kata Asasriwarni yang juga guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang ini. 

Lebih lanjut Asasriwarni menyebutkan, setelah dua tahun Nabi hijrah dari Makkah ke Madinah turun perintah membayar zakat fitrah. Tahun ketiga hijrah, turun lagi perintah puasa. Sedangkan perintah haji dan zakat mal baru turun pada tahun 9 hijrah. 
“Ini menunjukkan betapa pentingnya menuntut ilmu, terutama membaca," tegasnya.

Dikatakan, warga NU jangan belajar agama Islam kepada ustadz mbah google. Silakan belajar agama pada ulama NU, misalnya dengan mengkaji kitab Hikam melalui pengajian rutin warga NU. 
 
“Siapa yang menginginkan kebahagian hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat, perlu ilmu. Tentunya tidak hanya ilmu agama, tapi ilmu lain pun perlu,” katanya menambahkan.

Kontributor: Armaidi Tanjung
Editor: Abdul Muiz