Daerah

Tradisi Tahlilan di Masyarakat Indonesia Miliki Hikmah Luhur

Kamis, 12 Desember 2019 | 02:30 WIB

Tradisi Tahlilan di Masyarakat Indonesia Miliki Hikmah Luhur

Ilustrasi: Tahlilan (via google plus)

Tegal, NU Online

Tradisi Tahlilan berasal dari bahasa Arab yang mempunyai makna menyatakan Allah sebagai Tuhan melalui ucapan Laa ilaaha illallah. Di Indonesia Tahlilan sudah menjadi budaya luhur yang diisi dengan ibadah berdoa kepada Allah. Bukan untuk kemaslahatan yang bertahlil saja, Tahlilan juga bermanfaat untuk menjadi sarana mendoakan para leluhur yang telah dipanggil Allah SWT.

 

Hal ini dijelaskan Ketua Tanfidziyah Ranting NU Sitail, Tegal, Jawa Tengah Ustadz Imron dalam rangka menguatkan kembali manfaat besar tradisi Tahlilan yang harus terus dipertahankan. Selain diisi dengan dzikir, mengingat Allah dan kekuasaanNya, Tahlilan juga merupakan wujud rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah yang sering didahului dengan pembacaan Surat Yasin secara berjamaah.

 

“Yang perlu digaris bahawi juga dalam tradisi-tradisi umat Islam di Indonesia ini selain memperkuat keimanan terhadap Allah juga mampu mempererat kesatuan dan persatuan antar anak bangsa. Ini sangat penting sekali untuk terus mengawal ajaran Ahlussunah wal Jamaah dan juga menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia dari upaya kelompok yang ingin memecah belah bangsa Indonesia,” ungkapnya.

 

Ia mengingatkan bahwa  Indonesia diperjuangkan oleh para ulama dan pejuang dengan mempertaruhkan juwa dan raga. Sehingga menurutnya wajib hukumnya untuk mempertahankan negara dengan cara memperkuat persatuan dan kesatuan. Tahlilan bisa menjadi cara memperkuat persatuan dan kesatuan tingginya intensitas bertemunya masyarakat.

 

Ia pun mengajak umat Islam di Indonesia khususnya di daerahnya untuk terus mengaktifkan tradisi positif ini. Untuk di Desa Pedukuhan Kalijambu RT 03 RW 01 Desa Sitail Kecamatan Jatinegara, kegiatan Tahlilan dilaksanakan setiap hari Rabu malam Kamis.

 

“Kegiatan ini sudah menjadi rutinan setiap seminggu sekali, yang diadakan bergantian ke rumah-rumah anggota Jamiyah," kata Ahmad Sein salah anggota Ansor Sitail yang juga tokoh masyarakat setempat kepada NU Online di sela sela kegiatan tersebut, Rabu (11/12)

 

Kegiatannya Tahlilan tidak hanya diikuti oleh kaum pria. Ibu-ibu dan remaja muslim pun bergabung pada kegiatan tersebut. Selain Tahlilan, didaerahnya juga banyak tradisi yang bersifat masal seperti Jamiyyah Maulidan dan Manaqiban yang diadakan di hari yang berbeda.

 

Tradisi tersebut menurutnya penting dilakukan dalam rangka menguatkan aspek hubungan sesama manusia (hablum minannas). Berkumpul bersama, saling berjabat tangan penuh dengan keakraban, makan bersama sangat indah terasa dan tak jarang dengan pertemuan tersebut muncul ide gagasan untuk membangun daerah ke arah yang lebih baik.

 

Kontributor: Tahmid

Editor: Muhammad Faizin