Daerah

Warga Cikarang Barat Masuk Islam, Diimbau Tebarkan Kasih Sayang

Sabtu, 30 November 2019 | 07:00 WIB

Warga Cikarang Barat Masuk Islam, Diimbau Tebarkan Kasih Sayang

Warga Cikarang Barat berikrar masuk Islam. (Foto: NU Online/Aru Elgete)

Bekasi, NU Online
Seorang non-Muslim dari Cikarang Barat Handreas berikrar memeluk agama Islam dengan membaca dua kalimat syahadat. Pembacaan dua syahadat tersebut dituntun oleh KH Nurul Huda di Masjid Nurul Anwar, Pesantren Motivasi Indonesia, Burangkeng, Setu, Bekasi, Jumat (29/11) petang.
 
Setelah resmi masuk Islam, kiai yang akrab disapa Ayah Enha ini menambahkan nama baru di depan nama asal yang bersangkutan, yaitu Abdurrahman. Sehingga nama lengkap dia saat ini Abdurrahman Handreas.
 
kiai Enha memberikan tambahan nama tersebut  bukan tanpa alasan. Diberikannya nama itu lantaran ia terinspirasi oleh sosok KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, salah seorang ulama NU yang selalu menebarkan kasih sayang kepada sesama.
 
Sebelum dilakukan prosesi pengislaman, Kiai Enha memberikan mauidzah hasanah sebagai upaya penguatan keislaman waraga setempat yang hadir, termasuk Handreas setelah nantinya resmi memeluk agama Islam.
 
Dalam ceramahnya, ia menjelaskan tentang makna silaturahim yang berasal dari dua kata. Yakni silah dan arrahim. Silah bermakna keterhubungan atau koneksi, sedangkan arrahim adalah kasih sayang.
 
"Jadi, silaturrahim adalah hubungan yang didasari dengan rasa kasih sayang. Sehingga setiap saat sebenarnya kita ini sedang membangun hubungan kasih sayang," kata Kiai Enha.
 
Membangun hubungan yang didasari rasa kasih sayang merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan bagi seorang Muslim. Sebab, Islam hadir sebagai rahmat yang berarti kasih sayang.
 
"Sehingga hubungan yang dibangun di atas dasar kasih sayang merupakan hubungan yang diperkenalkan oleh Islam," jelasnya.
 
Menurutnya, manusia seyogyanya tidak bisa lepas dengan kasih sayang atau rahamat. Sebelum dilahirkan ke dunia saja, manusia terlebih dahulu ditempatkan di sebuah ruang yang dinamakan kantung rahim. Dan saat meninggalpun banyak orang menyebutnya dengan istilah berpulang ke rahmatullah. Jadi, kata dia, hidup seorang Muslim itu berasal dari rahim menuju rahmat.
 
Untuk itu ia menegaskan, jika ada seorang Muslim yang menjalankan agamanya tidak didasarkan pada rasa kasih sayang, maka sama saja merusak pola yang sudah dibuat oleh Allah.
 
"Kita semua adalah alumni kantung rahim. Maka kalau hidupnya tidak membawa kerahmatan, itu berarti mengkhianati Tuhan," tegasnya.
 
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa manusia, terutama Muslim, dalam hidupnya terdapat sebuah misi. Yakni, misi kerahmatan yang sebenarnya sudah ada sejak berada di dalam kantung rahim, hingga di ujung usianya.
 
Dengan demikian, Kiai Enha menuturkan, kalau ada orang Islam yang mengkhianati misi kerahmatan, maka hidupnya pasti akan dipenuhi oleh ketegangan dan kemarahan. "Jadi kita tidak boleh mengkhianati misi yang telah dititipkan Allah itu. Misi itu adalah misi kerahmatan atau kasih sayang," pungkasnya.
 
Kontributor: Aru Elgete
Editor: Syamsul Arifin