Ketua Umum Organisasi Buruh Nahdlatul Ulama (Sarbumusi) dari Masa ke Masa
NU Online · Jumat, 4 Juli 2025 | 14:20 WIB
Ajie Najmuddin
Kolomnis
Sarbumusi merupakan organisasi badan otonom (banom) Nahdlatul Ulama (NU) yang bergerak di bidang perburuhan. Lebih lengkap, dalam Anggaran Rumah Tangga NU Pasal 18 ayat 8d hasil Muktamar ke-34 NU tahun 2021, dijelaskan Sarbumusi termasuk dalam banom NU berbasis profesi dan kekhususan lainnya, terutama buruh, karyawan, dan tenaga kerja.
Dalam catatan sejarah, Sarbumusi lahir pada 27 September 1955 atau 9 Shafar 1375 H di pabrik gula Tulangan Sidoarjo, Jawa Timur (Lihat AD/ART Sarbumusi Pasal 2). Alfanny dalam skripsi berjudul Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) 1955-1973 (FSUI, 2001, hlm 29) menerangkan kehadirian Sarbumusi menjadi wadah perjuangan Nahdliyin di bidang perburuhan sekaligus akan menjadi penentu gerakan kaum buruh di masa sesudahnya.
Sebelum lahir Sarbumusi, dari hasil Muktamar ke-20 NU tahun 1954, NU telah menunjuk H Zainal Arifin Tanamas untuk mengetuai bidang perburuhan. (Greg Fealy, Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952-1967, 2009). Sebetulnya di beberapa daerah juga telah muncul serikat buruh NU, seperti Ikatan Buruh NU (IBNU) di Karawang dan Sarikat Buruh NU (SBNU) di Tanjung Perak Surabaya (Burhan AS, Sarbumusi Riwayatmu Kini, 1998) sebagaimana dikutip Alfanny, 2001).
Setelah resmi dibentuk, disusunlah kepengurusan Sarbumusi. Di berbagai data, semisal dari skripsi yang ditulis Alfanny (FSUI, 2001), kemudian artikel di NU Online berjudul Inilah Profil Konfederasi Sarbumusi, Banom NU Beranggotakan Buruh yang mengutip data dari NU Pedia (2022), terdapat data nama para ketua umum Sarbumusi dari masa ke masa (1955-2022), dan juga profil pada laman resmi Konfederasi Sarbumusi (sarbumusi.org).
Sayangnya dalam tulisan-tulisan tersebut, menyebut KH Thohir Bakri (wafat 1959) sebagai pemimpin pertama Sarbumusi (meski tidak disertai data pendukung) dan tidak menyebut nama H Murtadji Bisri sebagai salah satu Ketua Umum (Ketum) PB Sarbumusi, meskipun ia sebetulnya pernah menjadi ketum sekaligus salah satu pendiri Sarbumusi.
Maka, dalam artikel ini, penulis sajikan daftar nama Ketua Umum (yang kemudian disebut dengan istilah presiden konfederasi) Sarbumusi dari masa ke masa, sesuai data yang penulis temukan, mulai dari tahun 1955 hingga 2025 berikut catatan singkat semasa kepengurusannya:
1. H Murtadji Bisri (1955-1960)
H Murtadji Bisri tercatat menjadi Anggota Tanfidziyah PBNU juga Ketua PB Sarbumusi, seperti yang tercantum dalam susunan kepengurusan PBNU hasil Muktamar NU ke XXI tahun 1956. (Lihat Buku Kenang-kenangan Mu'tamar ke-XXII Partai NU Tahun 1959 di Djakarta, JAMUNU, 1962).
Mengenai profil singkat H Murtadji Bisri, penulis dapatkan di buku Hasil Rakjat Memilih Tokoh-Tokoh Parlemen (Hasil Pemilu Pertama - 1955) di Indonesia (Parlaungan, 1956) disebutkan profil singkatnya. Ia dilahirkan pada tanggal 15 Agustus 1918 di Jetis Kabupaten Ponorogo Madiun.
Ketika NU menjadi Partai Politik dan ikut dalam kontestasi Pemilu 1955, H Murtadji Bisri terpilih menjadi Anggota DPR RI dari Partai NU hasil Pemilu 1955, dari daerah pemilihan Jawa Timur. Kemudian berlanjut sebagai anggota DPR RI pasca-Dekrit Presiden 1959 (1959-1960), dan DPR-GR (1960-1966) mewakili dari Buruh (Sarbumusi).
Ketika menjadi anggota wakil rakyat sekaligus Ketum Sarbumusi, H Murtadji Bisri tergolong cukup vokal menyuarakan pendapat, utamanya yang berkaitan dengan buruh. Pada tahun 1955, ia ikut mendirikan Sarbumusi dan menjadi Ketua Umum hingga Muktamar NU tahun 1959.
2. KH Masykur (1960-1969)
Pada Muktamar ke-22 NU tahun 1959, KH Masykur mendapat amanah sebagai Ketua I PBNU. Dalam pemilihan sebagai Ketua Umum PBNU, ia memperoleh 39 suara, sedangkan Ketum PBNU terpilih, KH Idham Chalid memperoleh 139 suara. Bagi warga NU, nama tokoh kelahiran 1902 tersebut tentu tidaklah asing. Ia pernah menjadi Ketua Umum PBNU.
Kemudian, dalam konteks sebagai Ketua PP Sarbumusi, dalam profilnya yang tercantum dalam Riwayat Hidup Anggota-Anggota MPR RI Hasil Pemilu 1971 (Lembaga Pemilihan Umum, 1972, hal 173) menyebutkan ia pernah menjadi Ketum Sarbumusi pada tahun 1958-1969.
Tentu data ini akan sedikit berbeda dengan H Murtadji yang menjadi Ketum hingga Muktamar 1959. Pelaksanaan Muktamar 1959 sendiri berlangsung pada bulan Desember dan pengurus yang disusun pun baru terbatas pada pengurus harian.
Maka, dari perbandingan data tersebut, besar kemungkinan KH Masykur baru terpilih pada Kongres (yang selanjutnya disebut sebagai Kongres Akbar) Sarbumusi yang pertama pada tahun 1960. (Lihat Tosari Widjaja, Karir Politik Anak Desa : Otobiografi Tosari Widjaja, Jakarta : Princeton University Press, 2004, hal 253). Kemudian pada Kongres Akbar II Sarbumusi tahun 1965, ia kembali terpilih menjadi ketum. (Lihat Duta Masjarakat, edisi Maret 1965)
3. H Soetanto Martoprasono (1969-1973)
Kongres Akbar III Sarbumusi pada tanggal 5 sampai dengan 10 September 1969 di Jakarta, memilih H Soetanto Martoprasono sebagai Ketua Umum PP Sarbumusi menggantikan KH Masykur. Sebagai organisasi federasi buruh di segala sektor termasuk Pegawai Negeri (PN). Sarbumusi membawahi sejumlah Gerakan Buruh (GB) PN seperti GB Postel, Kehakiman, Pegadaian, Pemerintah Daerah, dan lain-lain.
Namun, pada masa orde baru, terlebih sejak terbentuknya Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) pada tahun 1971, anggota Sarbumusi yang menjadi pegawai negeri tidak diperbolehkan rangkap keanggotaan atau dengan kata lain mereka mesti menanggalkan keanggotaan/kepengurusan di Sarbumusi. (Alfanny, Sarikat... , hlm 56)
Praktis, kebijakan ini membuat Sarbumusi dan beberapa organisasi buruh menjadi melemah. Kemudian, mencapai titik nadir ketika akhirnya Sarbumusi ikut dilebur bersama organisai buruh lainnya dalam wadah Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) pada tahun 1973 dan kemudian menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) pada 1985. Sejak saat itu, Sarbumusi seperti mengalami mati suri.
4. H Junaidi Ali (2004-2010)
Setelah era reformasi, sejumlah organisasi buruh yang sempat vakum atau bahkan mati suri di masa orba kembali bergeliat. Salah satunya Sarbumusi yang sejak Muktamar ke-31 NU tahun 2004, kembali dihidupkan sebagai banom dan menunjuk kembali H Soetanto Martoprasono sebagai Ketum. Namun, dengan berbagai pertimbangan, ia mengundurkan diri, dan kemudian ditunjuklah H Junaidi Ali sebagai Ketum Sarbumusi.
Di masa kepemimpinan H Junaidi Ali, upaya pengembangan terus dilakukan, terutama di kantong-kantong NU yang selama ini belum tergarap sektor perburuhannya. Berdasarkan hasil verifikasi keanggotaan SP/SB yang dilakukan Depnakertrans tahun 2007, jumlah anggota Sarbumusi mencapai 96.000 orang. Pada penyelenggaraan Kongres Akbar IV Sarbumusi tahun 2010 diikuti 35 DPW dan 36 DPC. (warta NU Online, 2 Agustus 2010).
5. H M Syaiful Bahri Anshori (2010-2022)
Warta NU Online tanggal 3 Agustus 2010 menuliskan berita dengan judul Saiful Bahri Terpilih Aklamasi. Kongres Akbar IV Sarbumusi tahun 2010 memilih H. M. Syaiful Bahri Anshori sebagai Ketua Umum Sarbumusi 2010-2015.
Mantan Wakil Sekjen PBNU tersebut kemudian terpilih kembali sebagai sebagai pemimpin tertinggi Konfederasi Sarbumusi pada Kongres Akbar V Konfederasi Sarbumusi yang diselenggarakan pada Mei 2016. Jabatannya bukan lagi Ketua Umum, melainkan Presiden Konfederasi. Dalam laman sarbumusi.org, pada tahun 2016, Sarbumusi telah berubah dari Federasi menjadi Konfederasi yang menaungi sejumlah Federasi.
6. H Irham Ali Saifuddin (2022-sekarang)
Kongres Akbar ke-VI Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) di Sidoarjo, Jawa Timur tahun 2022 menetapkan H Irham Ali Saifuddin sebagai Presiden untuk masa khidmah 2022-2027.
Dikutip dari NU Online Jabar, Irham adalah sosok yang telah lama terjun di dunia perburuhan. Selain aktif di Sarbumusi, ia juga memiliki pengalaman sebagai Programme Officer Kantor Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) untuk Indonesia dan Timor Leste.
Pada masa kepemimpinannya ini, Sarbumusi telah merumuskan 8 program kerja prioritas, di antaranya adalah penciptaan lapangan kerja, promosi hubungan industrial Aswaja, perlindungan sosial inklusif, serta pengorganisasian dan konsolidasi. Selain itu kaderisasi dan pelatihan, manajemen penanganan kasus dan advokasi, pembangunan jejaring dan aliansi strategis, serta komunikasi, media dan dokumentasi.
Dalam profil laman resmi Konfederasi Sarbumusi, tercatat Konfederasi Sarbumusi menaungi 12 Federasi dengan jumlah anggota 450.000 ribu di seluruh wilayah Indonesia hingga saat ini.
Demikianlah daftar nama Ketua Umum/Presiden Sarbumusi dari masa ke masa. Bila kita ringkas daftar namanya adalah sebagai berikut:
1. H Murtadji Bisri (1955-1960)
2. KH Masykur (1960-1969)
3. H Soetanto Martoprasono (1969-1973)
Tahun 1973-2004 Sarbumusi sempat mengalami mati suri
4. H Junaidi Ali (2004-2010)
5. H M Syaiful Bahri Anshori (2010-2016, 2016-2022)
6. H Irham Ali Saifuddin (2022-sekarang)
Ajie Najmuddin, pemerhati sejarah NU
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Meraih Keutamaan Bulan Muharram
2
Koordinator Aksi Demo ODOL Diringkus ke Polda Metro Jaya
3
5 Fadilah Puasa Sunnah Muharram, Khusus Asyura Jadi Pelebur Dosa
4
Khutbah Jumat: Memaknai Muharram dan Fluktuasi Kehidupan
5
Khutbah Jumat: Meraih Ampunan Melalui Amal Kebaikan di Bulan Muharram
6
5 Doa Pilihan untuk Hari Asyura 10 Muharram, Lengkap dengan Latin dan Terjemahnya
Terkini
Lihat Semua