Banjir Bandang Afghanistan Tewaskan 162 orang, Rusak Ratusan Rumah
NU Online · Sabtu, 29 Agustus 2020 | 15:00 WIB

Banjir banda yang terjadi di Afghanistan menyebabkan setidaknya 162 orang meninggal dan ratusan rumah hanyut. (Foto: Reuters/Mohammad Ismail)
A Muchlishon Rochmat
Penulis
Kabul, NU Online
Banjir banda yang terjadi di Afghanistan menyebabkan setidaknya 162 orang meninggal dan ratusan rumah hanyut. Pada Sabtu (29/8), tim penyelamat di Afghanistan terus melakukan pencarian terhadap orang-orang yang hilang di tengah lumpur dan puing-puing bangunan yang ambruk akibat banjir.
Kementerian Manajemen Bencana Afghanistan melaporkan bahwa 13 provinsi yang sebagian besar berada di utara negara itu telah terkena banjir. Dikatakan pejabat lokal dan nasional, 116 orang tewas, lebih dari 120 luka-luka, dan 15 orang masih hilang di Provinsi Parwan—terletak di utara Ibu Kota Kabul. Sementara korban jiwa di Kabul mencapai sedikitnya 19 orang dan di Kapisa 30 orang.
“Tim penyelamat masih di area dan mencari korban-korban hilang,” kata juru bicara Gubernur Parwan, Wahida Shahkar, seperti dilansir Reuters, Sabtu (29/8).
Pejabat senior dari Kementerian Manajemen Bencana Afghanistan, Qasim Haidary, mengatakan bahwa pihaknya masih terus mengkaji tingkat kerusakan secara keseluruhan akibat banjir bandang. Laporan sementara menyebutkan bahwa sekitar 200 rumah hancur total dan 600 ternak mati di Provinsi Parwan.
Sebagaimana diketahui, banjir bandang menerjang sejumlah provinsi—termasuk Parwan- di Afghanistan pada Rabu (26/8) pagi. Juru bicara polisi Parwan mengatakan, komunitas yang paling terdampak dari banjir bandang tersebut adalah petani dan pekerja informal yang berjuang secara finansial.
Kementerian Pertahanan Afghanistan mengatakan, pasukan keamanan ikut membantu upaya pemulihan dan mendistribusikan bantuan. Untuk menangani bencana alam itu, otoritas Afghanistan juga meminta badan bantuan internasional untuk ikut membantu.
Seorang buruh yang bekerja di Ibu Kota Parwan, Charikar, Abdul Ghayor, menceritakan, dia langsung bergegas ke ibu kota setelah banjir untuk mencari keluarganya. Namun ketika sampai di sana, dia mendapati rumahnya sudah hanyut. Dia mengaku, 10 kerabatnya meninggal dan satu lainnya hilang akibat banjir bandang tersebut.
“Seluruh keluargaku hilang,” katanya, diberitakan AFP.
Untuk membantu evakuasi, warga sekitar menggunakan sekop dan dayung. Mereka mengangkat puing-puing bangunan runtuh untuk mencari korban banjir.
Pewarta: Muchlishon
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua