Internasional

Berziarah ke Ma’la, Tempat Keluarga Nabi dan KH Maimoen Zubair Dimakamkan

Rabu, 3 Agustus 2022 | 05:58 WIB

Berziarah ke Ma’la, Tempat Keluarga Nabi dan KH Maimoen Zubair Dimakamkan

Batu Nisan Mbah Maimoen Zubair di Mala. (Fot: MCH)

Makkah, NU Online
Jannatul Ma’la atau lebih dikenal dengan sebutan Ma’la merupakan lokasi pemakaman yang sudah ada sejak Rasulullah belum lahir. Hingga kini pemakaman yang tertata rapi ini masih menjadi tempat mengebumikan jenazah Muslim yang meninggal dunia di Makkah.
 

Beberapa keluarga Rasulullah dikebumikan di Ma'la, di antaranya, Sayyidah Khadijah (istri), Aminah (ibu), Qasim dan Abdullah (anak), Abu Thalib (paman), dan Abdul Muthalib (kakek).

 

Ulama Indonesia yang dikuburkan di sini salah satunya adalah Syekh Nawawi Al Bantani dan yang terbaru KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) yang meninggal pada tahun 2019 ketika musim haji sedang berlangsung.

 
Bagi jamaah haji atau umrah asal Indonesia, makam ini semakin dikenal sejak meninggalnya Mbah Moen yang kemudian dimakamkan di tempat ini. Banyak orang Indonesia kemudian menyempatkan diri untuk berziarah ke Ma’la, apalagi lokasinya sangat dekat dengan Masjidil Haram.

 
Dari Masjidil Haram, pemakaman ini hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer sehingga dapat ditempuh dengan jalan kaki sekitar 10-15 menit. Lokasinya dapat diakses dengan mudah dari terminal bus Syib Amir. Di depan Ma'la tersebut, terdapat jalan besar dengan trotoar lebar yang nyaman bagi pejalan kaki. Lokasi Ma'la tersebut dipagar tembok tinggi yang di tengah-tengahnya terdapat lubang sehingga gampang dilihat.

 
Pada Selasa (3/8/2022) pukul 5 sore ketika matahari sudah tidak terik saya berziarah ke Ma’la, berdua dengan seorang jurnalis sebuah media cetak nasional. Di pintu gerbang terdapat sebuah pos keamanan. Namun mereka membiarkan saja peziarah masuk. Bahkan saat di dalam, seorang sopir kendaraan memanggil. Ternyata ini merupakan kendaraan yang mengantar jamaah keliling makam, yang sebenarnya tidak terlalu luas.

 
Di dalam kendaraan, sudah terdapat seorang jamaah haji asal Malaysia. Kami diantar menuju makam Sayyidah Khadijah yang posisinya di ujung dan berada dalam lokasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada nisan bertuliskan nama, hanya areanya dibatasi oleh pagar persegi panjang warna putih. Di bagian luarnya, terdapat tembok tinggi. Jamaah yang berziarah hanya dapat menengok melalui jeruji.

 
Pada masa lalu, makam Ma’la seperti makam-makam lain di seluruh dunia. Ada nisan bertuliskan nama. Dahulu, makam Sayyidah Khadijah dinaungi sebuah kubah besar sehingga lebih mudah dikenal. Namun, pada tahun 1925, semua penanda dan nisan dihancurkan ketika keluarga Al Saud berkuasa.

 
Makam ini dibagi dalam beberapa blok yang dibatasi dengan pagar berwarna putih. Nisan dari batu tak bernama berjajar rapi dari ujung ke ujung. Selebihnya, tanah berpasir meratakan seluruh kawasan. Kawanan merpati beterbangan dari satu area ke area lainnya.

 
Begitu juga dengan Makam Mbah Moen yang berada di kompleks 70 deret 151 baris keempat. Sebagai penandanya, sebuah batu berukuran sedang bertuliskan KH Maimoen Zubair. Jadi tidak akan keliru lagi. Jika pun tidak tahu, akan ada jamaah asal Indonesia yang berziarah ke sana. Tinggal mengikuti saja. Terbukti, pada sore tersebut, silih berganti jamaah asal Indonesia menuju lokasi makam tersebut.

 
Makam ini disebut Ma’la yang dalam bahasa Arab berarti tanah yang tinggi. Lokasi makam ini memang berada di kaki bukit Al-Hujun. Dari pemakaman tersebut bukit batu cadas menjadi pembatas. Di atasnya bangunan bertingkat yang terlihat seperti pemukiman penduduk dengan mudah dapat dilihat.

 
Ketika kami merasa cukup, kami pun berjalan kaki beranjak pergi keluar dari Ma'la. Namun sopir dengan sigap mendekat dengan pintu kendaraan sudah terbuka. Kami pun tak kuasa menolak tawaran tersebut, sekalipun lokasinya juga tak terlalu jauh untuk jalan kaki.

 
Pewarta: Achmad Mukafi Niam
Editor: Muhammad Faizin