Internasional

Cerita di Balik Masjid Bersalib di Los Angeles

Senin, 21 Oktober 2019 | 01:30 WIB

Cerita di Balik Masjid Bersalib di Los Angeles

Masjid At-Thohir di 1200 S Kenmore Ave, Los Angeles, Amerika Serikat. (Foto: Gus Hayid)

Los Angeles, NU Online
Jika Anda pergi ke Los Angeles, Amerika Serikat, Anda bisa melihat sebuah masjid yang bangunannya tampak berbeda dari bangunan masjid-masjid lainnya. Jika biasanya terdapat kubah di atas bangunan masjid, di Masjid yang bernama At-Thohir ini masih terdapat tanda salib, simbol palang yang masih tampak asli dan belum dilepas. 

Memang awalnya Masjid At-Thohir yang berada di 1200 S Kenmore Ave, Los Angeles, Amerika Serikat ini adalah sebuah gereja yang tidak dipakai lagi karena tak ada jamaahnya. Lalu Gereja tua ini pun dijual dan dibeli oleh komunitas Muslim di Los Angeles, Amerika Serikat. Sampai saat ini bentuknya masih sama seperti bangunan lama. Hal ini karena untuk merenovasi gedung apalagi bangunan tua di Amerika Serikat, membutuhkan izin dari pemerintah setempat. 

"Insyaallah kabarnya sudah bisa dimulai renovasi untuk masjid ini di tahun 2020 mendatang. Mohon doa dari kaum muslimin di seluruh tanah air semoga ikhtiar kaum muslimin di Los Angeles ini mendapat ridho serta dimudahkan Allah dalam urusan-urusan pembangunan, perizinan dan dakwah Islamiyahnya," ujar Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Muhammad Nur Hayid kepada NU Online saat berkesempatan mengisi kajian Islam di masjid tersebut, Rabu (16/10) lalu.
 
 
Saat hadir pada kajian tersebut, pria yang karib disapa Gus Hayid ini mengaku bersyukur atas sambutan hangat dan kepercayaan masyarakat Muslim Los Angeles yang telah mengundang dirinya untuk bersilaturahmi dan mengisi pengajian tersebut. Pengurus Komisi Dakwah MUI Pusat ini pun menjelaskan pentingnya menjaga persatuan dan persaudaraan antar sesama kaum muslimin di wilayah perantauan.

"Sebab hanya dengan persatuan dan ukhuwah yang kuat insyaallah keberhasilan akan mudah diraih dan kesulitan akan mudah dipecahkan. Jaga terus persatuan dan kesatuan kita sebagai warga negara Republik Indonesia yang ada di perantauan,” ajaknya.

Pria yang pernah menjadi Sekretaris Dubes RI di Aljazair ini juga meminta para jamaah untuk terus menjaga ukhuwah Islamiyah dan menjauhkan diri dari perbedaan apalagi permusuhan sesama umat islam hanya gara-gara perbedaan madzhab dan aliran. 

"Jaga juga ukhwah Islamiyah kita, apapun latar belakang organisasi dan pemahaman keagamaan kita, selama kita masih bersyahadat yang sama, cara ibadah kita masih sama, maka semua kita adalah saudara sesama iman yang harus menguatkan, dan saling membantu serta saling memotivasi untuk menjadi lebih baik," ajaknya. 

Selain tentang persatuan dan ukhuwah Islamiyyah, Gus Hayid juga menyinggung soal pentingnya berdakwah dengan cara santun dan  dengan cara yang menyejukkan sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Hal ini penting ditegaskan, karena tantangan dakwah di Amerika berbeda dengan dakwah di Indonesia. 

"Dakwah di Amerika ini harus betul-betul mengedepankan aspek keteladanan seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah, yaitu keteladanan dari aspek kesabaran, kesantunan dan keramahan. Berbeda dengan dakwah di Indonesia yang mayoritas penduduknya sudah beragama Islam. Jadi titik dan fokus dakwahnya adalah menjadikan muslim yang sudah ada menjadi muslim yang kuat, lebih baik serta lebih meresapi nilai-nilai kehidupan sehari-hari," terang Gus Hayid. 

Dai yang sudah sering berdakwah keliling dunia ini mengingatkan bahwa dakwah di Amerika tidak bisa disamakan dengan dakwah di Indonesia. Dakwah di Amerika ini mengajari orang-orang yang sama sekali belum mengenal Islam atau bahkan phobia dengan Islam atau Islamophobia. 

“Maka caranya adalah dengan keteladanan seperti yang dicontohkan Rasulullah dengan kesabaran, kejujuran, dengan toleransi dan dengan berbagai macam metode dakwah yang lebih praktis. Tidak mengedepankan perbedaan apalagi dakwah yang mencaci maki dan saling menghinakan dan  mengkafirkan, tentu cara semacam ini harus dihindari kalau kita dakwah di Amerika ini," paparnya.

Berbeda dengan dakwah di Indonesia yang sudah banyak orang muslim dari sejak lahirnya dan hanya pemahaman keagamaannya yang perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu menurutnya, cara berdakwahnya pun harus berbeda dalam menghadapi orang yang sudah muslim dengan orang yang sama sekali belum mengenal Islam, lebih-lebih yang sudah terkena Islamophobia. 

“Jadi, nasehat saya, pastikan dakwah yang kita lakukan di Amerika sini adalah dakwah yang santun, toleran dan dakwah yang mendamaikan, sehingga dengan dakwah yang santun dan mendamaikan ini, kita berharap dan berdoa kepada Allah, orang-orang Amerika akan tertarik dan bersama-sama untuk berbondong-bondong mengikuti agama Islam yang diridhoi Allah SWT ini,” imbaunya. 
 
Gus Hayid berharap acara pengajian terus dilestarikan dan dijaga dengan niat yang tulus untuk menjaga dan menyebarkan agama Allah yang Rahmatan Lil alamin.  Dengan ketulusan dan keikhlasan yang terus dijaga ini, dakwah dan syiar Islam di Amerika insyaallah akan semakin besar mendapatkan atensi dan perhatian serta penerimaan yang baik dari warga Amerika Serikat umumnya. 

"Saya cukup mendoakan dan mendukung dari dekat maupun dari jauh atas usaha dan kerja keras saudara-saudara yang membeli gereja sampai memakmurkan masjid yang awalnya gereja ini. Saya juga siap untuk membimbing secara langsung atau jarak jauh problem-problem apa yang misalnya dihadapi terkait keberagamaan kita, tentang hukum, dan lain sebagainya. 24 jam kalau ada masalah silahkan kontak baik melalui telepon melalui WA atau saluran komunikasi lain. Insyaallah saya akan ikut memikirkan perjuangan Islam dan dakwah di Amerika Serikat ini khususnya Los Angeles. Jangan sungkan-sungkan insyaallah selama niat kita sama untuk menambah amal sholeh bekal kita di akhirat kelak dan untuk membantu menyebarkan agama Allah yang Rahmatan lil 'Alamin, saya siap bersama-sama bapak ibu sekalian,” katanya.

Acara pengajian tersebut dihadiri oleh Muslim Indonesia yang berada di wilayah Los Angeles dan sekitarnya. Mereka berasal dari kalangan mahasiswa, pekerja, maupun pengusaha serta warga Indonesia yang sudah menetap di Los Angeles. 

"Kami menginginkan setiap ada ustadz atau kiai yang berkunjung ke Amerika untuk bisa bersilaturahim dengan warga kaum muslim di Los Angeles dan mengunjungi masjid yang baru kami beli yang awalnya gereja ini. Ini penting agar syiar Islam di sini semakin marak, dan silaturahim antar ulama dan umatnya bisa terus terjalin," ungkap Widodo Pengurus Takmir Masjid At-Thohir.

Dia berharap acara semacam ini terus berlanjut tidak hanya pada pengajian perdana tetapi selalu berlanjut di masa yang akan datang termasuk di bulan suci Ramadhan. 

Hal yang sama juga diungkapkan Zezen Zainul Muttaqin, jamaah yang sedang menyelesaikan studi  S3 nya di Universitas California Los Angeles, UCLA. Menurutnya, acara semacam ini penting terus dijaga guna memperkuat Ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyyah atau memperkuat persaudaraan sesama anak bangsa yang merantau di luar negeri.

"Kami sangat senang dengan acara ini, karena bisa memperkuat silaturahmi diantara kita," ungkapnya.

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Fathoni Ahmad