Internasional HAJI 2023

Dapatkah Angka Kematian Jamaah Haji 2023 Menurun?

Selasa, 13 Juni 2023 | 23:00 WIB

Dapatkah Angka Kematian Jamaah Haji 2023 Menurun?

Proses penguburan jenazah salah seorang calon jamaah haji Indonesia di Makkah. (Foto: MCH)

Makkah, NU Online

Jumlah jamaah haji yang wafat di Arab Saudi terus bertambah setiap hari. Menurut Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) yang diakses Selasa (13/6/2023) pukul 15.32 waktu Arab Saudi, pada hari ke-21 operasional haji tahun ini, tercatat ada 56 jamaah haji yang meninggal dunia, baik di Madinah maupun Makkah.


Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi setidaknya dalam rentang tahun 2015-2023. Pada 2022, jamaah yang wafat pada hari ke-21 "hanya" berjumlah 13 orang. Sementara pada 2019 sebanyak 24 orang, 2018 (36 orang), 2017 (38 orang), 2016 (36 orang), dan 2015 (54 orang).


Perkembangan dalam tiga pekan ini kontras dengan tren total kematian dalam satu musim haji pada tahun-tahun sebelumnya yang cenderung menurun. Jumlah jamaah wafat pada 2015 mencapai 627 orang, 2016 (342 orang), 2017 (658 orang), 2018 (388 orang), 2019 (473 orang), dan 2022 (89 orang). Padahal, pemerintah menargetkan angka kematian musim haji 2023 mengalami penurunan signifikan. 


"Kita berkomitmen untuk menurunkan angka kematian jamaah haji Indonesia di Arab Saudi menjadi kurang dari atau sama dengan 1 per mil," kata Liliek Marhaendro Susilo, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI, di hadapan peserta bimbingan teknis Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Jakarta, Mei 2023.


Menurut data Pusat Kesehatan Haji Indonesia Kemenkes RI, tingkat kematian jamaah haji Indonesia mencapai 2,07 per mil sepanjang 2010-2022. Angka ini lebih tinggi dari mortalitas rata-rata jamaah haji dari sejumlah negara lain seperti India, Pakistan, Malaysia, dan Bangladesh. Dengan target angka kematian 1 per mil, itu artinya total kematian jamaah haji Indonesia tahun ini tidak boleh lebih dari 221 orang (dengan asumsi jumlah jamaah 221 ribu orang).


Besarnya Jamaah dengan Risiko Tinggi

Salah satu tantangan berat musim haji 2023 adalah tingginya angka jamaah yang memiliki risiko tinggi (risti). Berdasarkan data Penyelenggara Kesehatan Haji di Arab Saudi Kemenkes RI, total jamaah risti pada jamaah haji reguler mencapai 73,95 persen atau lebih dari 150 ribu jamaah.


Mereka yang masuk kategori risti adalah para lansia dan para pengidap penyakit berat. Berbeda dari Kemenag yang menetapkan batas minimal lansia 65 tahun, Kemenkes menggunakan standar WHO yang menghitung lansia mulai dari usia 60 tahun ke atas.


Kepala Bidang Kesehatan Haji dr Muhammad Imran mengatakan, dari persentase jamaah yang risti tersebut, 55 persennya mengidap penyakit berat seperti hipertensi, diabetes, gagal ginjal, jantung, dan paru. Akibat dari kondisi risti inilah, lanjutnya, jamaah banyak yang sudah sakit sejak dalam perjalanan.


“Jamaah yang wafat kurang dari 12 jam atau kurang dari satu hari meninggal itu lebih banyak. Jadi baru mendarat, sakit, dirujuk, wafat. Proses perjalanan di pesawat itu sudah membuat mereka sakit berat, padahal belum beraktivitas di Madinah,” jelasnya saat ditemui di Makkah, Senin (12/6/2023).


Menurutnya, penerbangan jarak jauh di ketinggian menimbulkan risiko emboli atau penggumpalan darah dan ini biasanya terjadi pada lansia. Tubuh lansia juga rentan dehidrasi yang bisa memicu naiknya gula darah lalu mendorong berbagai penyakit lainnya. 


Menurut data Penyelenggara Kesehatan Haji di Arab Saudi hingga 12 Juni 2023, ada 17.478 jamaah haji yang terdeteksi mengidap infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Ini adalah jumlah terbanyak, lalu disusul hipertensi (14.689) dan fatigue atau kelelahan (7.432). Jumlah ini dihimpun hanya dari Pelayanan Kesehatan Kloter. Belum termasuk pelayanan kesehatan di KKHI (Klinik Kesehatan Haji Indonesia), TKB (Tim Kesehatan Bandara), EMT (Emergency Medical Team), dan rumah sakit rujukan di Arab Saudi.


Hingga saat ini, penyakit terbanyak yang menyebabkan jamaah haji wafat adalah infark miokard atau serangan jantung, syok kardiogenik atau kondisi ketika jantung tak dapat memompa darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh, dan stroke.


Data ini tak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Menurut Pusat Kesehatan Haji, pada tahun 2018, 2019, dan 2022, jenis penyakit terbanyak yang menjadi penyebab kematian antara lain secara berurutan adalah iskemia jantung (ischemic heart disease), yakni kondisi ketika pembuluh darah arteri yang membawa oksigen ke otot jantung terhambat; pneumonia atau sesak napas, lalu stroke dan gagal jantung.

Periode Kritis Haji 2023

Belajar dari kasus tahun-tahun sebelumnya, grafik angka kematian harian potensial menanjak ketika memasuki hari ke-28 atau untuk musim haji tahun ini diperkirakan jatuh pada 20 Juni. Tren angka kematian tinggi ini berlangsung hingga hari ke-60. Pusat Kesehatan Haji Kemenkes menyebutnya "periode kritis".


Dalam catatan Pusat Kesehatan Haji, puncak angka kematian harian tertinggi terjadi ketika jamaah haji berada di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) sampai dengan lima hari setelahnya. Jika mengacu pada jadwal perencanaan, jamaah haji akan mulai meninggalkan Makkah pada 8 Dzulhijjah (26 Juni 2023) untuk menginap di Arafah lalu melaksanakan wukuf keesokan harinya.


"Sore harinya (9 Dzulhijjah) mereka berangkat menuju ke Muzdalifah. Begitu melewati tengah malam, mereka lantas bergerak ke Mina. Nah, di Mina ini perlu energi karena ada kegiatan lempar jumrah setiap harinya dan tidak ada (kendaraan) angkutan," ujar Ketua PPIH Arab Saudi Subhan Chalid.


Pada tahap ini, jamaah benar-benar diuji ketahanan fisiknya. Karena tanpa kendaraan, jalan kaki berkilo-kilometer menjadi hal yang harus ditempuh, dan tak jarang harus berdesak-desakan dengan jamaah lain. Dua juta lebih manusia yang berkumpul di waktu dan tempat yang sama membuat sarana transportasi nyaris mustahil beroperasi seperti hari-hari normal.


Tantangan tersebut berlipat karena jamaah mesti berhadapan dengan sengatan suhu panas Arab Saudi yang bisa mencapai 45 derajat celcius. Selalu ada potensi mereka terserang dehidrasi, heat exhaustion (kelelahan ekstrem akibat terpapar suhu panas disertai dehidrasi), serta heat stroke atau cedera panas yang paling serius dan dapat menyebabkan kematian.


 

Strategi Kesehatan Haji

Pemerintah Indonesia sebetulnya sudah jauh-jauh hari membentuk PPIH Arab Saudi melalui sistem rekrutmen yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan. Total petugas ada lebih dari 4.200 orang.


PPIH Arab Saudi telah mendirikan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah dan Madinah, di samping juga menyediakan pos-pos kesehatan di tingkat kloter, bandara, sektor dan sektor khusus, Arafah, Muzdalifah, dan Mina.


Petugas bidang kesehatan sendiri terbagi menjadi sejumlah kelompok, antara lain Tim Promosi Kesehatan, Tim Kegawatdaruratan Medis Sektor, Tim Kuratif dan Rehabilitatif, Tim Obat dan Perbekalan Kesehatan, Tim Sanitasi dan Pengawasan Makanan, Tim Surveilans, Tim Siskohatkes, dan Tenaga Pendukung Kesehatan.


Dalam menghadapi situasi ini, Kabid Kesehatan Haji Imran mengaku sudah melakukan berbagai upaya untuk membendung angka kematian jamaah. Di Madinah, misalnya, ia memerintahkan tim kesehatan untuk bersiap di lobi hotel, terutama pada jam-jam shalat untuk memastikan jamaah membawa air minum dan APD, serta menolong mereka manakala ada yang kelelahan atau sakit sepulang dari ibadah Arbain (shalat fardhu berjamaah selama 40 waktu di Masjid Nabawi).


Pihaknya juga telah menyediakan Layanan Kesehatan Satelit di setiap hotel dan pemondokan jamaah. Fasilitas yang beroperasi 24 jam ini bertujuan untuk mendekatkan jamaah dengan layanan kesehatan. Karena anggota yang terbatas, sistem sif dibuat menjadi dua sehari-semalam, yakni masing-masing tim bekerja 12 jam secara bergantian.


Di samping mengandalkan 306 petugas kesehatan haji, Imran berharap manajemen kloter perlu diperkuat agar terbangun saling mendukung satu sama lain. 


“Setiap regu itu perlu ada pendampingan dari kloternya. Sehingga tidak semua lansia atau yang risti dibebankan ke teman kamarnya. Bahkan kalau perlu itu dibuatkan jadwal untuk mendampingi jemaah lansia,” ujar Imran yang juga mengapresiasi Kemenag yang sudah massif melakukan edukasi-edukasi kepada jamaah.


Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah Andi Ardjuna menambahkan, tim kesehatan juga memiliki poli risti yang bertujuan untuk memeriksa (screening) kembali jamaah yang masuk kategori risti. Hal ini juga merupakan langkah untuk menghadapi safari wukuf nanti, yakni prosesi wukuf bagi jamaah sakit berat yang dilakukan di atas kendaraan.


“Langkah lain yang kita lakukan adalah memberikan informasi-informasi atau edukasi-edukasi kepada jamaah terkait aktivitas yg mereka lakukan, baik itu terkait dengan edukasi pelaksanaan ibadahnya maupun waktu-waktu yang mesti diperhatikan,” ujarnya.


Menurut Ardjuna, pemilihan waktu yang tepat ini sangat penting mengingat cuaca ekstrem di Arab Saudi yang bisa mencapai 47 derajat celcius. Salah memilih waktu ibadah di luar hotel dapat menurunkan kondisi fisik, terutama jamaah lansia dan komorbid.


Dalam pantauan NU Online di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah di kawasan Aziziyah Janubiyah, Makkah, para petugas kesehatan hingga kini tengah sibuk melayani pasien rawat inap, rawat jalan, bahkan gawat darurat.


Dengan kompleksitas tantangan yang dihadapi jamaah haji Indonesia musim ini, mulai dari cuaca ekstrem, banyaknya populasi jamaah lansia dan risiko tinggi, dan makin padatnya massa dari berbagai negara, dapatkah target penurunan angka kematian 1 per mil terpenuhi?


“Kalau upaya kan harus. Target boleh-boleh aja kita buat. Tapi yang penting adalah upaya kita, yaitu melakukan melakukan yang terbaik,” tutur Ardjuna yang tampak kurang istirahat. Ia hanya tersenyum saat ditanya tentang durasi jam tidurnya.


Pewarta: Mahbib Khoiron

Editor: Fathoni Ahmad