Internasional

Lawatan Kiai Said dan Penguatan Peran Masjid oleh Nahdliyin di Korsel

Selasa, 25 September 2018 | 03:25 WIB

Lawatan Kiai Said dan Penguatan Peran Masjid oleh Nahdliyin di Korsel

Kiai Said di PCINU Korsel

Jakarta, NU Online
Untuk ke sekian kalinya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj melawat ke negeri ginseng Korea Selatan. Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Korea Selatan mengundang Kiai Said untuk memperingati hari lahir (milad) ke-9 Masjid Al-Huda di Gumi, Korsel.

Aktivitas keagamaan yang dilakukan oleh pengurus PCINU Korsel mendapat dukungan pemerintah Korsel karena disadari bahwa NU membawa ajaran-ajaran Islam ramah dan damai. Pemerintah Korsel tidak resisten terhadap aktivitas Muslim di negeri K-Pop itu. Ini dibuktikan dengan berdirinya lebih dari 50 masjid di Korsel yang didirikan oleh WNI yang mayoritas Nahdliyin.

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korsel mencapai lebih dari 30.000 orang. Dari jumlah tersebut, rata-rata merupakan kaum santri yang taat beragama. Dukungan dari Pemerintah Korsel merupakan bentuk simbiosis mutualisme dengan TKI karena mereka juga membutuhkan keterampilan mereka dalam menggerakkan aktivitas ekonomi. Sebab itu, Pemerintah Korea memberikan keleluasaan bagi para imigran untuk menjalankan keyakinannya selama tidak mengganggu pekerjaan.

Pengurus PCINU yang juga sebagian besar merupakan pegawai imigran kerap melakukan pengajian akbar dengan mengundang dai kondang dari Indonesia. Sekali kumpul pengajian bisa ratusan hingga ribuan WNI datang dari berbagai penjuru Korea Selatan.

Terdekat, mereka mengundang Kiai Said pada Ahad (23/9) untuk mengisi pengajian dalam rangka peringatan ke-9 tahun Masjid Al-Huda Gumi di Gedung GumiCO, Korsel. Selain mengundang Kiai Said, PCINU Korsel yang saat ini dinakhodai Kang Madi juga mengundang penyanyi religi Wafiq Azizah. Mereka berdua menyambut kedatangan Kiai Said di Bandara Internasional Inchoen.

Dalam ceramahnya, Kiai Said yang didampingi Ketua Umum Pagar Nusa M. Nabil Haroen dan Wakil Ketua LD PBNU H Syaifullah Amin mengatakan, hijrah Nabi Muhammad ke Kota Yatsrib (Madinah) diawali dengan mendirikan masjid di daerah Kuba bernama Masjid Kuba. Nabi juga berhasil mewujudkan peradaban manusia modern berdasarkan persatuan dan persamaan hak. Sebab ketika itu, ego suku kerap dikedepankan.

“Nabi berhasil membangun umat yang satu di tengah banyaknya suku. Mewujudkan tamaddun yaitu kewargaan, citizenship, orang yang menaati peraturan bersama dilindungi, yang melanggar peraturan dan kesepakatan bersama dihukum,” jelas Kiai Said saat memberikan ceramah di Gedung GumiCO diakses NU Online, Selasa (25/9) lewat video yang disiarkan PCINU Korsel lewat facebooknya.

Dari prinsip tamaddun tersebut, sambung Kiai Said, lahirlah nama Madinah sebagai identitas baru menggantikan nama Yatsrib. Dari langkah dakwah yang dilakukan Nabi tersebut, dalam Al-Qur’an disebutkan ummatan wasathan (umat yang adil, umat pilihan), yakni umat yang mampu memposisikan diri di tengah untuk menciptakan keadilan sehingga bisa mewujudkan umat yang satu dalam persatuan (ummatan wahidah).

Setelah menyampaikan ceramah di Gedung GumiCo, Kiai Said melanjutkan pengajian di Masjid Al-Huda Gumi. Dalam pengajian tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini memberikan penjelasan bahwa kemajuan Islam disebabkan peradaban dan ilmu pengetahuan yang dilahirkan oleh cendekiawan dan umatnya.

Dalam konteks saat ini di beberapa negara, Kiai Said juga menyampaikan keprihatinannya terhadap sebagian kelompok yang mangusung simbol-simbol Islam namun perlakunya merusak peradaban dan kemanusiaan. Hal ini menimbulkan preseden buruk umat Islam dalam pandangan sebagian masyarakat internasional.

Sehari kemudian, pada Senin (24/9) Kiai Said menyambangi Kantor Sekretariat PCINU Korsel dan Masjid Al-Mujahidin di Inchoen, Korsel. Aktivitas dakwah Islam rahamatan lil ‘alamin terus diupayakan oleh warga NU di Korsel. Untuk itu, mereka juga sudah membentuk beberapa banom dan lembaga NU seperti Muslimat NU, GP Ansor beserta Banser-nya, LAZISNU, Fatayat, dan lain-lain.

Sementara di dalam negeri, penguatan hubungan antara NU dan Pemerintah Korsel juga terus dilakukan. PBNU beberapa kali menerima kehadiran Duta Besar Korsel untuk Indonesia. Terkahir 16 Agustus 2018 lalu, PBNU menerima lawatan Dubes Korsel Kim Chang-boem ke Kantor PBNU Jalan Kramat Raya Jakarta. (Fathoni)