Internasional

Pengalaman Pelajar NU Kuliah di Belanda

Rabu, 5 Februari 2020 | 23:00 WIB

Pengalaman Pelajar NU Kuliah di Belanda

Pelajar NU Tulungagung, Ikbar Sallim Al Asyari (memegang bendera) bersama rekan-rekannya di Belanda. (Foto: Abdullah)

Wageningen, NU Online

​​Belanda merupakan negara favorit yang menjadi tujuan para pelajar internasional untuk mencari ilmu. Hal ini karena sejumlah universitas terbaik kelas dunia dapat ditemukan di negeri ini dengan berbagai macam background keilmuan.

 

Selain itu, berbagai beasiswa juga tersedia di sini baik berupa beasiswa dari kampus lokal, Pemerintah Belanda, dan juga Pemerintah Indonesia melalui LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), serta beasiswa lain.

 

Salah satu pelajar NU dari Kecamatan Kalidawir, Tulungagung, Ikbar Sallim Al Asyari menceritakan pengalamannya bagaimana dia bisa sampai negeri van orange dan mengenyam pendidikan tinggi untuk gelar Master of Aquaculture and Marine Resource Management dari Wageningen University and Research periode 2019-2021.

 

Menurutnya, saat ini kesempatan sangat terbuka lebar bagi siapa pun untuk studi lanjut. Meskipun berasal dari kalangan yang kurang mampu sekalipun, tidak perlu takut untuk belejar ke luar negeri.

 

"Beasiswa sangat terbuka lebar termasuk santri atau pelajar NU. Saya sendiri alhamdulillah mendapatkan kesempatan untuk studi Master dengan dukungan beasiswa penuh dari LPDP," ungkap mantan Sekjen IPNU Komisariat Universitas Brawijaya, Malang ini.

 

Ikbar, sapaan akrabnya, menuturkan pelajar NU tidak boleh takut apalagi minder, karena pelajar NU pada dasarnya sangat mampu untuk berkompetisi dengan dunia internasional. Stereotype tentang NU adalah kalangan wong ndeso dan ketinggalan jaman sudah tidak relevan lagi saat ini.

 

"Bahkan sudah banyak kader NU yang mendunia dengan karyanya, tidak hanya di bidang agama tapi dalam sains dan teknologi. Tidak hanya belajar di negara-negara Islam, tapi juga di negara dan kampus sekuler terbaik di dunia sekalipun," tuturnya.

 

Biaya tinggal di Belanda pun bervariatif. Di kota besar seperti Amsterdam dan Rotterdam biaya tentu akan lebih mahal dibanding kota kecil semacam Wageningen. Di Wageningen, biaya hidup per bulan bisa cukup dengan 200 euro atau sekitar 3 juta rupiah untuk makan, biaya housing 250 euro (3,7 juta).

 

Dengan beasiswa penuh oleh LPDP yangdiberikan dalam bentuk living allowance per bulan sebesar 1,200 euro (18,2 juta). Tentu nominal ini sangat cukup untuk biaya hidup di Belanda, mengingat semua keperluan kuliah mulai dari uang SPP (tuition fee), asuransi, dana riset, hingga uang buku sudah ditanggung LPDP.

 

"Untuk yang tidak menggunakan beasiswa tentu agak sedikit berat, karena uang SPP saja di Wageningen University & Research mencapai lebih dari 18,000 euro per tahun atau sekitar lebih dari 270 juta," katanya.

 

Proses Persiapan

Beasiswa yang sangat populer dan saat ini menjadi incaran banyak orang adalah LPDP dari Kementrian Keuangan RI. Total pelamar tiap tahun mencapai ribuan orang dan terkenal sangat kompetitif. Hal pertama yang harus dipahami adalah persyaratan, alur pendaftaran seleksi, serta ketentuan lainnya yang masih kadang sering berubah-ubah.

 

Selain itu, yang harus diperhatian adalah tujuan universitas serta jurusan yang dipilih karena LPDP saat ini sudah sangat selektif. "Tidak semua kampus dan jurusan dapat diterima oleh LPDP saat ini. LPDP sudah memiliki list yang bisa diakses secara online kampus dan jurusan mana yang bisa dituju," jelas Ikbar.

 

Rekan Ikbar, sapaan akrabnya di kalangan aktivis IPNU, menegaskan bahwa saat ini santri atau pelajar lulusan pesantren sudah memiliki jalur khusus melalui Afirmasi Santri yang sangat menguntungkan. "Hal ini berbeda dibanding zaman saya dulu tahun 2017, di mana belum ada jalur khusus Afirmasi Santri," bebernya.

 

Secara umum menurut Ikbar, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dan diperhatikan untuk pendaftar. Di antaranya adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), karena LPDP punya kriteria IPK minimal untuk setiap jalurnya. Meskipun memang benar IPK bukan segalanya, akan tetapi ini menjadi prasyarat awal dari banyak penyedia beasiswa termasuk LPDP.

 

Selanjutnya adalah kemampuan bahasa yang dibuktikan dengan Sertifikat TOEFL atau IETLS. Ini sangat krusial mengingat Bahasa Inggris bukan bahasa ibu kita, dan banyak orang mengalami kendala dalam Bahasa.

 

"Saya masih ingat, dulu saya harus beberapa kali mengambil test IETLS karena gagal, hehe..." imbuhnya sambil tersenyum mengingat perjalanannya.

 

Selain hal di atas, pengalaman organisasi, pretasi akademis non-akademis, publikasi ilmiah, dan pengalaman kerja menjadi selling point tersendiri yang juga harus diperhatikan oleh pelamar.

 

Proses Perkuliahan

Di Belanda, seluruh kegiatan belajar mengajar (KBM) dan interaksi dengan kolega menggunakan Bahasa Inggris. Oleh karena itu penguasaan Bahasa Inggris adalah wajib hukumnya. Namun, penguasaan Bahasa Belanda akan menjadi nilai plus, karena kebanyakan fasilitas umum berupa transportasi, pertokoan, dan lainnya dikemas menggunakan Bahasa Belanda.

 

"Secara umum kuliah di sini berlangsung dua tahun dengan total credit 120 ECTS. Hal ini tidak berlaku semua jurusan kok. Saya dengar di jurusan lain ada yang hanya satu tahun program juga," ujar alumni Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya tersebut.

 

Ikbar menambahkan, untuk bisa mengikuti proses belajar di kelas yang dinamis, hal utama yang harus diperhatikan adalah membaca dan memahami materi sebelum masuk kelas. Kalau tidak, bisa jadi di kelas akan mejadi seperti anak hilang yang tersesat tidak tahu arah. Selain itu, mahasiswa juga dituntut untuk aktif dalam diskusi baik dalam bentuk lecture ataupun group work.

 

"Dosen di sini sangat kooperatif apabila berdiskusi dan tidak intimidatif kalau argumentasi kita salah. Justru malah dosen sangat open minded kalau ada kritik dan saran dari mahasiswanya," jelasnya

 

Pria yang berprofesi sebagai social entrepreneur melalui Kopi Mangrove Segara ini juga menekankan untuk lebih disiplin dan pintar dalam manajemen waktu. Pasalnya jadwal perkuliahan sangat padat terdiri dari lecture class, praktikum, group work, hingga field study ke lapangan. Biasanya di akhir course ditutup dengan tugas dalam bentuk paper dan atau ujian tulis.

 

Refleksi Diri

Ikbar mengatakan, secara umum perkuliahan yang ia jalani sangat menantang, menguras tenaga, dan pikiran. Namun, bukan berarti semua tidak mungkin untuk diselesaikan dengan baik.

 

"Saya sendiri tidak menyangka akan memiliki kesempatan kuliah S2, apalagi ke luar negeri di salah satu kampus terbaik juga," katanya.

 

Pada awalnya, dia mengira kuliah ke luar negeri hanya bagi kalangan yang mampu. "Dan jujur saya minder awalnya, karena saya hanya berasal dari kampung kawasan pesisir Selatan di Tulungagung, bukan dari kalangan berada, bukan anak kiai atau ulama, apalagi anak pejabat," cerita Ikbar.

 

Ikbar pun menambahkan, untuk bisa sampai ke Belanda pun ceritanya panjang dan berliku-liku. "Tapi saya benar-benar membuktikan bahwa pelajar atau santri NU yang terkenal sarungan, pakai peci hitam, ngluthuk, dan ndeso sangat layak untuk belajar hingga ke luar negeri dan kita tidak boleh minder," tegasnya.

 

Para santri yang ingin belajar ke Belanda juga tidak perlu khawatir dengan identitas santrinya. Di Belanda juga ada kegiatan keagamaan yang sangat massif di bawah PCINU Belanda melalui majelis taklim, yasinan, dan shalawatan di berbagai kota seantero Belanda. Dengan begitu, nuansa dan atmosfer kesantrian dapat terus dijaga di tengah hedonisme dan kebebasan berekspresi di Negeri Wilhelmina ini.

 

Kontributor: Abdullah

Editor: Kendi Setiawan