Internasional

Rumah Sakit Nasser di Gaza Selatan Dibombardir Israel dalam 48 Jam Terakhir

Rabu, 20 Desember 2023 | 11:00 WIB

Rumah Sakit Nasser di Gaza Selatan Dibombardir Israel dalam 48 Jam Terakhir

Kondisi Gaza. (Foto: WAFA)

Jakarta, NU Online

Sebuah rumah sakit terbesar di Jalur Gaza selatan, Rumah Sakit Al Nasser, menghadapi serangan brutal oleh pasukan Israel dalam dua serangan terpisah dalam kurun waktu 48 jam terakhir. 


Juru bicara UNICEF James Elder mengonfirmasi bahwa rumah sakit tersebut menjadi salah satu rumah sakit yang masih beroperasi untuk menangani korban perang dan juga menampung warga sipil yang mencari tempat aman. 


“Selama 48 jam terakhir, rumah sakit terbesar yang tersisa berfungsi penuh ditembaki, dua kali. Rumah sakit itu Al Nasser di Khan Yunis,” katanya saat konferensi pers di Jenewa, dilansir Unicef pada Selasa (19/12/2023). 


Ia menyampaikan kompleks medis tersebut terletak di kota Khan Younis yang terkepung.


"Tidak hanya menjadi tempat perlindungan bagi anak-anak yang mengalami luka perang yang mengerikan, tetapi juga menjadi tempat berlindung bagi ratusan wanita dan anak-anak dari seluruh Jalur Gaza yang mencari keselamatan," paparnya.


Ia menambahkan, serangan terakhir semalam menyebabkan kematian tragis seorang gadis muda, Dina yang baru berusia 13 tahun. Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan bahwa Dina "syahid setelah gedung bersalin di Kompleks Medis Nasser menjadi target serangan."


“Ketika rumahnya di Khan Younis hancur total, dia terluka dan kemudian kaki kanannya diamputasi. Dia kehilangan kedua orang tua dan dua saudara laki-lakinya, tapi Dina tidak kehilangan harapan,” jelas Elder.


“Dia memberi tahu kami tentang mimpinya menjadi pengacara. Dia berkata, 'Saya merasa tidak adil; ketika saya dewasa, saya akan menjadi pengacara sehingga saya dapat menikmati hak-hak saya dan hak-hak semua anak',” imbuhnya


Elder menyatakan keprihatinan mendalamnya, menyebut Jalur Gaza sebagai tempat paling berbahaya di muka bumi bagi anak. Ia menekankan perlunya gencatan senjata segera serta mengizinkan pasokan makanan, air, obat-obatan, dan tempat tinggal yang memadai bagi warga sipil.


“Jadi, ke mana anak-anak dan keluarga mereka pergi? Mereka tidak aman di rumah sakit. Mereka tidak aman di tempat penampungan. Dan mereka tentu saja tidak aman di apa yang disebut zona 'aman',” ungkapnya.


Ia menyebut, kasus diare yang dialami anak-anak telah mencapai 100.000. Kasus penyakit pernapasan akut pada warga sipil di atas 150.000. 


Sementara itu, dengan malnutrisi yang melonjak di antara anak-anak Gaza, penyakit diare menjadi sangat mematikan. 


“Dengan skenario seperti itu - dan tanpa air bersih, makanan, dan sanitasi yang cukup, hanya gencatan senjata kemanusiaan yang dapat menyebabkan kematian anak - karena penyakit dapat melampaui mereka yang tewas dalam pemboman,” ujar dia.