Internasional

Upacara Hari Santri di Hongkong Serukan Perdamaian Dunia

Kamis, 24 Oktober 2019 | 15:15 WIB

Upacara Hari Santri di Hongkong Serukan Perdamaian Dunia

Upacara Hari Santri Nasional 2019 yang digelar oleh PCI NU Hongkong di Lapangan Rumput Vixtoria Park, Causeway Bay Hongkong, Ahad (20/10).

Hongkong, NU Online

Perwakilan Konsulat Jendral Republik Indonesia Hongkong-Macao, Erwin Muhammad Akbar mengungkapkan bahwa hari santri yang diperingati pada tanggal 22 Oktober setiap tahunnya bertujuan untuk meneladani semangat jihad para santri, khususnya dalam membangkitkan semangat berbangsa dan bernegara sebagaimana diserukan oleh Pahlawan Nasional Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari pada tanggal 22 Oktober 1945.

 

Momentum inilah yang menjadi dasar penetapan Hari Santri Nasional sebagai bentuk pengakuan pemerintah Indonesia atas peran besar umat Islam khususnya para santri dalam berjuang dan mempertahankan pemerintahan serta menjaga keutuhan NKRI.

 

“Tema HSN tahun ini Santri Indonesia Untuk Perdamaian Dunia merupakan tema yang relevan dengan situasi dan kondisi saat ini, baik di Indonesia maupun di Hong Kong. Di mana suasana pertentangan sosial politik tidak jauh berbeda diwarnai dengan konflik, demo dan kekerasan,” katanya saat menjadi Pembina upacara Hari Santri Nasional 2019 yang digelar oleh PCI NU Hongkong di Lapangan Rumput Vixtoria Park, Causeway Bay Hongkong, Ahad (20/10).

 

Untuk itu, para santri NU di Hongkong diharapkan dapat menjadi agen penyampai pesan-pesan perdamaian kepada masyarakat. Apalagi pada 17 Oktober 2019 lalu Indonesia terpilih sebagai Anggota Dewan HAM PBB yang merupakan salah satu bukti bahwa Indonesia mampu menjaga dan menciptakan perdamaian dunia. Hal ini bisa dilakukan dengan senantiasa menjaga dan melaksanakan Resolusi Jihad NU dan Ikrar Santri seperti yang sudah dibacakan pada upacara tersebut.

 

Pada kesempatan tersebut KJRI Hongkong juga menyerukan imbauan kepada warga negara Indonesia yang ada di Hongkong untuk selalu waspada dengan perkembangan situasi dengan terus memonitor tempat-tempat aksi demo yang sering terjadi. WNI juga harus menaati seluruh peraturan yang ada di Hongkong dan menjauhi lokasi-lokasi kekerasan serta menjauh dan tidak ikut terlibat dalam aksi demo kekerasan di Hongkong.

 

WNI juga diimbau melaporkan kepada KJRI apabila mengalami masalah dan memerlukan bantuan hukum agar mendapat perlindungan dan penanganan dari KJRI.

 

Sebanyak 300 peserta hadir pada upacara tersebut yang terdiri dari  beberapa organisasi Islam serta Organisasi BMI yang ada di Hongkong.  Hadir sekaligus menjadi panitia, para pengurus Badan Otonom NU seperti Muslimat NU, Fatayat NU dan Pagar Nusa Hongkong.

 

Acara pembacaan Shalawat Nariyah & Istighotsah untuk perdamaian dunia, festival shalawat dan atraksi dari santri Pagar Nusa Hongkong juga mewarnai dan menambah meriahnya suasana.

 

Kontributor: Mba Wie

Editor: Muhammad Faizin