Lingkungan

Budidaya Sagu Fokus BRG Kelola Lahan Gambut di Papua

Kamis, 9 Mei 2019 | 08:10 WIB

Budidaya Sagu Fokus BRG Kelola Lahan Gambut di Papua

Pengelola BRG Papua

Jakarta, NU Online
Budidaya sagu dan pengolahan sagu menjadi salah satu fokus kegiatan pemberdayaan pendampingan masyarakat oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) di Kabupaten Mappi Provinsi Papua. 

Budidaya dilakukan dengan merawat tumbuhan sagu, sementara pengolahan sagu dilakukan dengan mengolah sagu menjadi aneka makanan yang bernilai ekonomi termasuk memproduksi sagu menjadi bahan setengah jadi yang siap dipasarkan ke sejumlah daerah yang membutuhkan.

Pengelolaan dan budidaya dilakukan untuk memanfaatkan kawasan gambut menjadi lahan yang produktif. Selain itu, sagu juga merupakan makanan pokok masyarakat Papua dan diyakini akan sangat mudah jika hasil olahan sagu di kawasan gambut tersebut diperjualbelikan sehingga secara langsung akan membantu perekonomian keluarga masyarakat Papua itu sendiri.

Bupati Mappi, Provinsi Papua, Kristosimus Yohanes Agawemu mengatakan, pemilihan sagu sebagai objek program BRG dan Pemerintah Kabupaten Mappi semata-mata karena ingin sagu yang berfungsi sebagai makanan pokok, tidak hilang di tanah Papua. 

Menurutnya, saat ini masyarakat Papua mulai banyak yang meninggalkan budidaya sagu dan pengolahan sagu karena menganggap sudah ada makanan pokok lain seperti beras. Padahal, beras yang dikirim dari daerah lain kerap terganjal oleh berbagai kendala misalnya jaraknya yang sangat jauh yang menyebabkan tidak terkirimnya beras tersebut, juga tidak ada petani yang melakukan budidaya padi.

Ia menuturkan, ada dua priortas dalam pengembangan budidaya sagu di Kabupaten Mappi. Antara lain pemeliharaan kepada sagu yang tumbuh secara alami dan budidaya sagu yang dikelola sejak awal oleh masyarakat.

"Itu sudah kami bicarakan dengan BRG, BRG telah memberikan kami ruang untuk ada pengembangan bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan sagu untuk menghasilkan produk produk turunan yang bisa menghasilkan ruang manfaat ekonomi rumah tangga yang lebih baik," katanya saat Diskusi bersama sejumlah awak media di salah satu Resto di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (8/5) kemarin.

Ia menilai program BRG sangat mengena karena bersentuhan langsung dengan warga. Untuk itu, kehadiran lembaga yang fokus menyehatkan lahan gambut tersebut memiliki peranan penting untuk wilayah yang terkena dampak gambut. Ia optimis jika lembaga tersebut terus diberikan tanggung jawab kawasan gambut akan terus terjaga bahkan sebaliknya akan banyak memberikan manfaat untuk masyarakat yang hidup di sekitar lahan gambut.

Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG, Myrna A Safitri mengatakan, kegiatan yang dilakukan bersama pemerintah daerah yang memiliki lahan gambut tidak dilakukan secara tiba-tiba. Ada perencanaan yang diawali dengan diskusi panjang dengan berbagai pihak, dilakukan kajian akademis dan anlisis yang matang. 

Menurutnya, atas dasar itulah maka BRG memiliki fokus merangkai berbagai program yang diyakininya memang sangat bisa menyehatkan gambut dan memberikan manfaat di masyarakat.

"Sebelum masuk, kami sudah diskusi dengan Pemda, dengan masyarakat Papua, kami berkonsultasi dengan Bupati melihat kampung mana dan bagaiman kami harus berdialog, bukan tiba-tiba itu semua hasil diskusi yang cukup lama," pungkasnya. (Abdul Rahman Ahdori/Muiz)