Lingkungan

Catatan dari Doa Bersama menuju Riau Hijau di Pesisir Selat Malaka

Rabu, 10 April 2019 | 16:30 WIB

Catatan dari Doa Bersama menuju Riau Hijau di Pesisir Selat Malaka

Doa Bersama menuju Riau Hijau dan Pengolahan Lahan Gambut Tanpa Bakar.

Kepulauan Meranti, NU Online
Setelah beberapa hari mengunjungi beberapa pondok pesantren di empat kabupaten di Provinsi Riau dengan jarak tempuh yang jauh, akhirnya kegiatan Road Show Doa Bersama menuju Riau Hijau dan Pengolahan Lahan Gambut Tanpa Bakar oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) selesai dengan sukses.  

Ada momen yang tidak dapat dilupakan dari kegiatan tersebut. Jarak dan medan tempuh yang jauh dengan kondisi  infrastrukutur agak sulit membuat seluruh personalia kepanitaan merasa mendapatkan ruh dari sebuah pengabdian untuk masyarakat Indonesia. 

Empat pondok pesanten yang dikunjungi BRG pada kegiatan itu antara lain Pondok Pesantren Darul Fattah, di Kabupaten Kampar; Pondok Pesantren Al-Muttaqin di Kabupaten Siak; Pondok Pesantren Al-Amin di Kabupaten Bengkalis; dan Pondok Pesantren Annur di Kabupate Kepulauan Meranti. 

Doa bersama diawali di Pondok Pesantren Daarul Fattah pada Ahad (7/4) dan ditutup di Pondok Pesantren Annur Kabupaten Meranti  Selasa (9/4) malam. Semua terlaksana dengan penuh khidmat dan khusyuk. Ribuan santri dan masyarakat yang hadir tampak atusias mengikuti rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir.

Program yang digagas BRG ini berjalan sesuai dengan rencana. Rangkaian kegiatan antara lain Dialog dan Sosilisasi Pengelolaan lahan gambut tanpa bakar serta pengajian dan istigotsah.  

Suasana penutupan sangat khidmat. Ratusan santri di Pesantren Annur nampak dengan semangat secara bersamaan melantunkan Shalawat Asyghil. Shalawat yang kerap dilantunkan ulama NU ini berbuah jadi bait indah nan sakral malam itu. 

Ratusan hadirin begitu fokus mengikuti shawlatan secara berulang-ulang. Saat shalawat dibaca jamaah, mendadak mati lampu. Beruntung, alat pengeras suara tetap menyala sehingga shalawat tetap dilanjutkan.

Haru bingar dari penanggungjawab kegiatan ini terlihat. Adalah Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan pada BRG, Myrna A Safitri. Sejak hari pertama semangatnya tidak surut untuk tetap menjalankan tugasnya.

Meski memiliki latar belakang pendidikan di luar negeri, perempuan berkacamata ini tetap sederhana dengan gaya sosialnya yang merakyat. Malam itu ia ikit serta melafalkan Shalawat Asyghil dengan penuh kefasihan. 

Tidak ada yang menyangka di balik jabatan dan kebijakan, ternyata Myrna mampu mejadi perempuan yang tahu kodratnya. Itu dapat terlihat dari gayanya yang penuh keibuan ketika bertemu dengan masyarakat dan santri. Termasuk kemahirannya dalam melantunkan shalawat, bukti Myrna A safitri seorang yang memiliki keilmuan agama yang kuat. 

"Meski saya sekolah di luar negeri, di Belanda, insyaallah amalan-amalan saya masih NU. Saya masih shalawatan, tahlilan, manakiban," kata Myrna di hadapan santri dan masyarakat.

Ia berharap kegiatan tersebut dapat dijadikan pelajaran untuk semuanya termasuk untuk dirinya. Dia juga meminta kepada masyarakat untuk melakukan hal-hal baru dalam pengolahan lahan gambut. (Abdul Rahman Ahdori/Kendi Setiawan)