Lingkungan

Menyehatkan Lahan Gambut Butuh Kemauan Kuat Petani

Ahad, 19 Mei 2019 | 14:15 WIB

Menyehatkan Lahan Gambut Butuh Kemauan Kuat Petani

Lahan gambut di Kalsel

Hulu Sungai Selatan, NU Online
Banyak petani yang tinggal di kawasan gambut merasa kebingungan saat hendak mengolahnya, mereka masih yakin tanah gambut sebagai tanah yang susah untuk dirubah menjadi tanah yang bisa produktif, sehingga cara lama yaitu membakar gambut adalah solusi yang dianggap paling baik.

Ternyata keyakinan masyarakat itu salah, lahan gambut bisa diolah dengan maksimal, tergantung masyarakat itu mau atau tidak melakukannya.

Kader Sekolah Lapang BRG, Sodikun telah membuktikannya, beragam sayuran ia tanam di kawasan gambut dan semuanya tumbuh secara normal bahkan telah lebih terlihat bagus dibanding dengan sayuran pada umumnya.

Menurut Sodikun, untuk mengolah lahan gambut butuh waktu yang lumayan panjang, sebab, harus ada pengolahan tanah termasuk membuat pupuk organik yang harus diolah petani itu sendiri.

"Misalnya kayapo (rumput sawah), kayapo ini manfaatnya besar, dari akarnya saja menurut pengetahuan itu mampu menyerap unsur unsur kimia yang menjadi racun di dalam tanah bisa diserap menjadi nutrisi," kata Sodikun saat memaparkan materi pada Doa Bersama Menuju Kalimantan Selatan Hijau dan Mengelola Lahan Gambut Tanpa Bakar di Pesantren Murodiyah di Pandak Daun, Daha Utara, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, Sabtu (18/5) sore.

Ia mengatakan, karena tidak tahu masyarakat seolah menganggap tidak penting untuk mengolah lahan gambut tersebut. Sehingga bercocok tanamnya masih menggunakan cara-cara instan seperti penggunaan pupuk kimia yang berbahaya untuk kesehatan tanah.

Seperti diketahui, Gambut merupakan hamparan yang terbentuk dari timbunan materi organik yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut, dan jasad hewan. Semuanya menumpuk sejak ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal.

Pada umumnya, gambut berada di area genangan air, seperti rawa, cekungan antara sungai maupun daerah pesisir. Gambut yang terbentuk di atas tanah liat atau lempung relatif lebih kayak mineral dibanding gambut diatas pasir.

Berdasarkan data yang diolah BRG, setiap lapisan gambut dari permukaan terluar hingga terdalam dapat menyerap gas karbon. Meski hanya mengisi 3 persen dari luas daratan bumi, lahan gambut dapat menyimpan 550 gigaton karbon. Jumlah tersebut setara dengan 75 persen karbon yang ada di atmosfer atau dua kali jumlah karbon yang dikandung seluruh hutan non gambut.

Selain itu, di Indonesia lahan gambut berfungsi sebagai pintu air alamai, padat akan serat. Lahan gambut dapat menyerap air sebanyak lima sampai belas kali bobot keringnya.

Pada musim hujan, ekosistem gambut menghalau aliran air sehingga tidak membanjiri daerah sekitar. Sementara pada musim kemarau gambut berfungsi cadangan air bagi lahan dan warga sekitar. (Abdul Rahman Ahdori/Muiz)