Nasional

Agama Bukan Alat Perpecahan, Justru Pemersatu Bangsa

Selasa, 20 Agustus 2019 | 04:00 WIB

Agama Bukan Alat Perpecahan, Justru Pemersatu Bangsa

Yang harus lebih dikedepankan adalah moderasi kehidupan beragama.

Jakarta, NU Online
Kalau mengambil dari sejumlah sumber dari kitab suci sudah pasti tidak ada satupun agama yang tidak moderat. Oleh karenanya, ketika ada kasus konflik yang berkaitan masalah keagamaan, jangan menyalahkan identitas agama. Sebab pada hakikatnya agama diturunkan untuk mendamaikan, mengharmonisasikan, serta memoderasikan masyarakat.
 
Demikian disampaikan oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama, Muharam. Hal tersebut menyikapi konflik yang belakangan cenderung muncul dari masalah keagamaan.
 
Muharam merasakan akhir-akhir ini masyarakat terbawa dengan arus politik, sehingga kadang-kadang paham keagamaan yang agak keras bisa muncul. 
 
“Ini salah satu upaya kita untuk merajut persatuan yang tercabik-cabik dengan persoalan politik atau kehidupan lainnya, seperti hukum maupun ekonomi yang dapat menimbulkan perpecahan,” katanya, Senin (19/8).
 
Menurutnya, agama hendaknya tidak dijadikan alat perpecahan, tapi justru menjadi pemersatu dan memperkuat paham kebangsaan. Karena pada hakikatnya di negeri ini telah mengakui keberadaan agama secara sah.
 
“Jangan dibalik, agama mengandung paham kekerasan maupun radikalisme. Bukan agamanya yang radikal, mengandung intoleran, kekerasan, tapi penganutnya yang tidak memahami nilai-nilai keagamaan,” urainya.
 
Melihat kondisi yang demikian, kata Muharam, Kementerian Agama akan merilis Buku Putih Moderasi Beragama yang disusun dari sumber-sumber moderasi sejumlah agama. Selain didefiniskan, moderasi beragama dilihat dari berbagai aspek, seperti sosiologis, antropoligis, budaya, yang memang satu sama lain saling berkaitan.
 
“Buku ini mengantarkan tidak hanya pegawai Kemenag, tetapi juga masyarakat luas, terutama para tenaga pengajar di sekolah dan perguruan tinggi, agar mampu mengajarkan moderasi kepada siswa atau mahasiswanya,” terang Muharam.
 
Ia menjelaskan bahwa moderasi beragama menjadi salah satu target utama Kemenag yang diimplementasikan dalam berbagai kebijakan program. Hal tersebut agar masyarakat dapat menyuarakan nilai-nilai keagamaan. Yang harus lebih dikedepankan adalah moderasi kehidupan beragama.
 
“Harapannya, melalui buku moderasi beragama, masyarakat mempunyai keinginan untuk menciptakan program di masyarakat yang dapat membaur semua kepentingan,” pintanya. (M Zidni Nafi’/Ibnu Nawawi)