Nasional ANJANGSANA ISLAM NUSANTARA

Alasan KH Fuad Affandi Ciwidey Fokuskan Pesantren pada Pertanian

Selasa, 14 Januari 2020 | 20:00 WIB

Alasan KH Fuad Affandi Ciwidey Fokuskan Pesantren pada Pertanian

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ittifaq Ciwidey KH Fuad Affandi. (Foto: NU Online/Syakir NF)

Bandung, NU Online
Pondok Pesantren Al-Ittifaq Ciwidey, Bandung, Jawa Barat tidak saja mengajarkan beragam pengetahuan agama Islam, tetapi juga mendidik para santrinya terampil bertani. Hal itu mulai dilakukan oleh KH Fuad Affandi, generasi ketiga dari pendiri pesantren, Kiai Manshur.
 
Kiai Fuad menjelaskan bahwa pilihannya pada pertanian karena beberapa alasan. Pertama, katanya, sektor tersebut paling mudah untuk dikerjakan mengingat boleh dilakukan siapa saja tanpa syarat apa pun.
 
"Pekerjaan paling mudah pertanian. Semua sah jadi petani. Siapa saja boleh," terangnya kepada para pengajar Fakultas Islam Nusantara (FIN) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) saat sowan kepadanya pada Selasa (14/1).
 
Kedua, lanjutnya, pesantren yang diasuhnya itu tidak menjamin para lulusannya nanti bakal bekerja sebagai apa. Keterampilan para santri bertani menjadi nilai lebih untuk tidak menambah jumlah pengangguran dalam negeri.
 
"Al-Ittifaq tidak menjamin selesai di pondok kerja apa. Tidak ingin menambah pengangguran," ujar kiai yang mondok di Pondok Pesantren Lasem, Rembang, Jawa Tengah itu.
 
Di samping itu, ada hadis Nabi juga yang menyebut keberkahan dalam bertani. Pasalnya, pertanian tidak saja memikirkan diri sendiri manusia saja, tetapi juga binatang-binatang hidup dengannya.
 
Kiai Fuad menegaskan bahwa tidak ada sejarahnya petani terkena pemutusan hubungan kerja. "Gak ada petani di-PHK," ujarnya.
 
Ia pernah dikritik oleh beberapa kiai soal setiap pesantren pada umumnya bertarekat. Dengan entengnya, ia menjawab Pesantren Al-Ittifaq bertarekat sayuriyah karena banyak menghasilkan sayur. Hasil budidaya tanamannya itu sudah diekspor sampai ke Belanda dan Jepang.
 
Penamaan Al-Ittifaq yang berarti kerjasama yang baik itu betul-betul diimplementasikan dalam bentuk program bisnisnya. Kiai yang akrab disapa Mang Haji oleh santri dan warga sekitar itu mengatakan kerjasama tidak saja dilakukan dengan kalangan Muslim, tetapi juga dibangun dengan non-Muslim.
Bahkan, jelasnya, ada siswa dari Kanisius yang pernah tinggal di pesantrennya. Ia menerimanya dengan baik. Tidak hanya itu, mahasiswa dari beragam perguruan tinggi juga magang di pesantrennya.
 
Pertaniannya juga ditunjang dengan teknologi. Penyiramannya cukup dikendalikan melalui aplikasi ponsel.
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan