Nasional

Dakwah Ramah Wali Songo, Fondasi Keislaman Masyarakat Indonesia

NU Online  ·  Selasa, 13 Mei 2025 | 22:00 WIB

Dakwah Ramah Wali Songo, Fondasi Keislaman Masyarakat Indonesia

Ketua LD PBNU Gus Aab dalam acara Dakwah Sphere: Ngaji dan Temu Pegiat Dakwah Digital NU di Plaza Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (13/5/2025).

Jakarta, NU Online

Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Abdullah Syamsul Arifin atau Gus Aab menyampaikan bahwa Wali Songo sebagai pendakwah Islam awal di Indonesia menerapkan pola dakwah yang ramah dan humanis.


Menurutnya, pendekatan ini terbukti berhasil membentuk karakter keislaman masyarakat Indonesia yang kuat, damai, dan berakar dalam budaya.


“Kita melanjutkan dakwah yang diajarkan Wali Songo. Kita semua tahu bahwa Wali Songo masuk ke Indonesia, awalnya penduduk Nusantara ini mayoritas menganut agama Hindu, Buddha, dan aliran kepercayaan,” ujarnya dalam acara Dakwah Sphere: Ngaji dan Temu Pegiat Dakwah Digital NU di Plaza Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (13/5/2025).


Dengan pendekatan tanpa kekerasan, lanjut Gus Aab, Wali Songo berhasil mengislamkan mayoritas penduduk Nusantara.


“Penduduk Nusantara ini berbalik, 90 persen bahkan lebih menjadi Muslim, tanpa kekerasan dan tanpa ada paksaan,” katanya.


Ia menekankan bahwa Islam di Indonesia menjadi kuat karena diterima melalui kesadaran dan interaksi sosial yang harmonis.


“Siapa pun yang menjadi pemimpinnya, bagaimana pun bentuk negaranya, diyakini kuat bahwa Islam di Indonesia ini tidak gampang berubah, kenapa? Karena keislaman penduduk kita berangkat dari kesadaran, dari interaksi-interaksi sosial yang penuh dengan keramahan,” ungkapnya.


Lebih lanjut, Gus Aab menjelaskan bahwa pola dakwah Wali Songo sangat menghargai budaya lokal. Nilai-nilai budaya yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam justru dijadikan media dakwah yang efektif.


“Pendekatan (Wali Songo) yang persuasif, lebih memanusiakan manusia, menggugah tingkat kesadaran, dan mencerdaskan intelektual mereka, sehingga mereka Islam dengan sangat kuat,” katanya.


Pola dakwah semacam ini, menurutnya, tidak mudah tergoyahkan, bahkan dalam dinamika perubahan sosial dan politik.


“Diyakini pola-pola ini tidak mudah berubah walau terjadi perubahan kepemimpinan, rezim, dan lain sebagainya, karena kekuatannya sudah mengakar di masyarakat,” ucapnya.


Gus Aab juga menyoroti perbedaan antara pola dakwah Wali Songo dan proses Islamisasi yang terjadi di sejumlah negara lain, yang dilakukan melalui paksaan dan kekuasaan. Pendekatan seperti itu, menurutnya, cenderung tidak bertahan lama.


“Banyak dari negara lain, di mana keislaman penduduknya melalui proses pemaksaan dan proses kekerasan. Ketika kekuasaannya terkikis, haluannya berubah, terjadi perubahan yang fundamental dalam keyakinan dan keimanan masyarakat,” ujarnya.


“Banyak negara Uni Soviet, itu awalnya jajahan dari negara Islam tapi ternyata terjadi perubahan-perubahan yang luar biasa dari keyakinan dan agama mereka,” lanjutnya.


Gus Aab berharap agar pola dakwah damai ala Wali Songo ini terus dilestarikan dan dikembangkan di tengah masyarakat.


“Pola-pola dakwah ini yang perlu terus dikembangkan di masyarakat,” ucapnya.