Nasional

Dua Hal Ini Harus Diikuti Orang yang Beriman Saat Mendapat Cobaan

Rabu, 15 Juli 2020 | 14:00 WIB

Dua Hal Ini Harus Diikuti Orang yang Beriman Saat Mendapat Cobaan

Ulil Abshar Abdallah di acara tahli masysayikh NU di Unusia Jakarta

Jakarta, NU Online
Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi cobaan yang besar sekali berupa pandemi Covid-19. Pandemi ini merupakan cobaan yang tidak dihadapi oleh bangsa Indonesia saja, tetapi juga dihadapi oleh umat manusia secara global.

 

“Tentu saja dalam menghadapi cobaan ini sebagai orang beriman kita mengikuti dua hal sekaligus. Ini sesuatu yang penting untuk kita ingat secara terus menerus,” ujar Ulil Abshar Abdalla.

 

Hal ini disampaikan oleh Ulil Abshar Abdalla saat memberikan sambutan pada acara 'Tahlilan untuk Masyayikh Nahdlatul Ulama' yang diselenggarakan Fakultas Islam Nusantara (FIN) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) bersama P3M Community pada Senin (13/7) malam secara virtual melalui aplikasi Zoom.

 

Dikatakan, sebagai orang yang beriman, khususnya sebagai penganut Islam Ahlussunnah wal Jamaah, ada hal yang harus diikuti dalam menyikapi cobaan tersebut. 

 

“Saya ingin membawa teman-teman kepada kesadaran bahwa seorang yang beriman, yang percaya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di setiap kita menghadapi keadaaan seperti ini, maka sebagaimana diajarkan di dalam tradisi kita, tradisi aqidah Asy'ariyah. Ini adalah aqidah yang diikuti oleh mayoritas ummat Islam Sunni selain aqidah Maturidiyah,” tambahnya.

 

Menurutnya, sebagai seorang muslim sunni, terutama sebagai warga NU, sikap yang harus dilakukan setiap kali menghadapi pandemi musibah besar semacam ini adalah dengan menerapkan dua hal sekaligus.

 

Pertama adalah berkesadaran yang mendalam bahwa hal semacam ini apapun yang terjadi di dalam kehidupan sebagai manusia itu semuanya sudah merupakan ketentuan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

 

“Jadi sikap atau pandangan bahwa segala hal itu merupakan ketentuan Allah, itu merupakan sikap dasar, sikap keimanan yang sangat penting sekali. Dari pemahaman semacam ini, kita juga memahami, kita juga meyakini bahwa di balik hal-hal seperti ini selalu ada hikmah,” beber Gus Ulil, sapaan akrabnya.

 

Kedua lanjutnya, adalah senantiasa untuk berikhtiar dalam menghadapi hal semacam ini. “Jadi ada iman yang mendalam kepada Allah bahwa ini adalah cobaan yang mengandung hikmah tapi juga ada usaha dari pihak kita untuk mengatasi itu semua,” ungkapnya. 

 

Dikatakan, sebagai orang yang beriman tidak boleh untuk membiarkan sikap-sikap yang menyepelekan musibah seperti ini. “Karena ini adalah musibah yang memakan korban besar sekali, dampaknya luar biasa, sehingga ikhtiar kita juga harus besar juga,” tukasnya.

 

Ia juga mengkritik pihak-pihak yang berupaya untuk meremehkan musibah pandemi yang sedang terjadi pada saat ini. Oleh karena itu, dirinya mengajak para jamaah tahlilan virtual untuk mengoreksi pandangan semacam ini sebab tidak termasuk ke dalam ikhtiar.

 

“Karena itu kalau ada upaya yang meremehkan musibah ini dengan misalnya menyebarkan teori konspirasi, menyebarkan suatu pandangan bahwa ini semua adalah buatan untuk menguntungkan pihak tertentu, dan seterusnya bahwa virus ini tidak berbahaya karena itu kita bisa hidup seperti keadaan normal dulu. Pemahaman semacam itu harus kita koreksi, karena itu bukan merupakan ikhtiar,” jelasnya.

 

“Jadi salah satu ikhtiar selain ikhtiar berupa untuk mengikuti protokol kesehatan, ikhtiar kita adalah mengoreksi, memberi tahu kepada sahabat-sahabat kita, saudara-saudara kita, dan publik lebih luas yang berupaya untuk menyepelekan adanya pandemi ini,” imbuhnya.

 

Dirinya melanjutkan bahwa upaya untuk mengoreksi, meluruskan pandangan orang lain jika mereka punya pandangan yang menyepelekan musibah ini termasuk ke dalam salah satu tugas kebangsaan sebagai Nahdliyin.

 

“Jadi kita juga tugas kebangsaan juga untuk ikut serta mengikhtiari musibah ini dengan cara tadi, mengoreksi, meluruskan pandangan orang lain jika mereka punya pandangan yang menyepelekan musibah ini dan menyebarkan kesadaran kepada masyarakat luas tentang betapa pentingnya mematuhi protokol kesehatan,” urainya.

 

“Kesehatan ini tidak datang dengan gratis dan harus diikhtiari. Karena itu mematuhi protokol kesehatan juga penting,” tutupnya.

 

Kontributor: Ahmad Hanan
Editor: Abdul Muiz