Nasional

Gus Baha Buktikan Kebenaran Ucapan Mbah Moen tentang Dakwah PNS

Rabu, 12 Agustus 2020 | 00:30 WIB

Gus Baha Buktikan Kebenaran Ucapan Mbah Moen tentang Dakwah PNS

Rais Syuriyah PBNU, KH Baha'udin Salim (Foto: Istimewa)

Kudus, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Baha'udin Nur Salim atau yang akrab disapa Gus Baha menceritakan terkait kebenaran ucapan almaghfurlah KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) yang sekarang jadi kenyataan. Ia menegaskan bahwa ucapan Mbah Moen itu benar-benar terjadi.

 

"Ini cerita kenangan, beliau (KH Maimoen Zubair) pernah berkata kepada saya, seperti ini, 'Ha', besok yang bawa (menyebarkan) agama itu pegawai negeri (PNS)'. Berhubung saya tidak pegawai negeri saya membantahnya bersama teman-teman," katanya sambil tertawa ringan.

 

Ia kemudian bertanya, kalau santri kemana kiai? Mbah Maimoen kemudian menjawab, 'santri sudah pasti manfaatnya' kutip jawaban Mbah Maimoen.

 

"Setelah bapak saya wafat tahun 2005, setelah itu saya menjadi kiai. Kemudian saya punya muhibbin yang menjadi seorang dokter," jelas Gus Baha, Senin (10/8) malam pada saat acara Haul KH Maimoen Zubair yang diselenggarakan Himpunan Mutakhorrijin Mutakhorrijat Al-Anwar (HIMMA) Kudus, Jawa Tengah.

 

Dalam cerita tersebut ia mengatakan, bahwa muhibbin ini bertugas di Papua dan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Karena tugas negara, dia di kampung-kampung bisa membangun mushala, bisa menunjukkan tata cara shalat tanpa dicurigai jadi misionaris.

 

"Ini kisah nyata. Dia bilang, 'Gus saya ini dokter lho, lebih keren dari jenengan (kamu). Kenapa, karena saya tugas di Papua dan NTT dilindungi oleh negara. Saya di kampung-kampung bisa membangun mushala, memperlihatkan cara shalat, tanpa dicurigai jadi misionaris," terangnya.

 

Gus Baha lebih lanjut mengungkapkan, karena dia sebagai seorang aparatur negara, maka dia di fasilitasi negara. "Saya butuh mushala, dibuatkan mushala. Butuh masjid, dibuatkan masjid," kutip Gus Baha' dari cerita muhibbin tersebut

 

Dikatakan, begitu juga dengan tentara-tentara yang ada di daerah-daerah minoritas. Mereka bisa membuat masjid untuk menunjukkan ke-Islaman karena mereka formal sebagai pegawai negeri.

 

"Tapi andaikan di daerah-daerah tersebut yang membawa adalah seorang kiai, maka tidak laku dan akan ada gesekan-gesekan. Karena dianggap kedatangannya murni karena menyebarkan agama tertentu dan akhirnya gesekan dengan agama tertentu," katanya.

 

Ini makanya, Syaikhuna (KH Maimoen Zubair) dulu berkata seperti itu. "Besok yang bawa (menyebarkan) agama itu pegawai negeri," jelas ulama muda Ahli Ilmu Tafsir asal Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah tersebut.

 

Kontributor : Aan Ainun Najib
Editor: Abdul Muiz