Dai muda, KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) pada suatu pengajian di Jawa Tengah. (Foto: dok NU Online)
A. Syamsul Arifin
Penulis
Nganjuk, NU Online
Menjalin silaturahim atau menyambung tali kasih sayang dengan sesama adalah anjuran Nabi Muhammad saw kepada umatnya. Karenanya, silaturahim sampai saat ini masih kerap dilakukan oleh Muslim, apalagi di momentum tertentu, seperti lebaran dan momentum lainnya.
Dai muda, KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) dalam tausiyahnya menyampaikan, setidaknya Muslim dapat melestarikan silaturahim karena Allah swt akan memperpanjang umurnya dan akan dilapangkan rezekinya. Hal ini seperti sabda Nabi Muhammad saw.
Silaturahim menurut Gus Miftah tidak sekadar bisa dilakukan kepada sesama. Namun, juga kepada Allah swt meski tentu dengan praktik yang berbeda. Seorang hamba, katanya, harus bisa menjalin kasih sayang dengan Tuhannya, karena manusia sendiri diciptakan karena kasih sayang Allah swt.
"Silaturahim bentuknya macam-macam. Silaturahim dengan Allah yaitu dengan kita melaksanakan shalat. Orang kalau sudah bilang 'ushalli fardal maghribi' itu sebetulnya sudah menjalin silaturahim," katanya saat mengisi pengajian di Nganjuk, Jawa Timur, Senin (8/8/2022).
Shalat adalah sarana hamba Muslim untuk dikenal Allah swt. Karenanya, Gus Miftah mengimbau agar umat Islam tidak meninggalkan shalat. "Karena orang yang meninggalkan shalat berarti meninggalkan silaturahim dengan Allah," ujarnya.
Shalat sarat dengan faedah. Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa shalat dapat mencegah perbuatan-perbuatan keji dan kemungkaran.
Kendati demikian, Gus Miftah menyebut bahwa ada umat yang meski sudah melaksanakan shalat, tapi masih kerap berbuat kemungkaran. Hal ini menurutnya ada sesuatu yang tidak beres dalam shalatnya.
"Kita shalat tapi kok masih mungkar, barangkali ada yang harus didandani (dibenahi) dari shalatnya (silaturahimnya dengan Allah swt)," tuturnya.
Gus Miftah mengatakan, keinginan seorang hamba kepada tuhannya kadang tak selaras dengan tindakannya. Hamba ingin dikasihi, tapi saat silaturahim dengan Allah (shalat) tidak menunjukkan sikap yang baik.
"Shalat itu sejatinya membawa kenyamanan, kamu shalat kok masih belum ayem (tenang damai) berarti ada yang kurang benar dalam shalatnya, harus dievaluasi, apa? Mungkin sudah shalat tapi belum tepat waktu, datang pas qamat, salam langsung pergi," ucapnya.
Shalat harus dilakukan dengan sebaik mungkin, mengikuti syarat dan rukunnya, bahkan melaksanakan sunnah-sunnahnya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa hamba ingin menjalin silaturahim bersama Allah dengan baik pula.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Gus Baha Jelaskan Alasan Mukjizat Nabi Muhammad Tak Seperti Nabi Sebelumnya
2
Kemenag Umumkan Hasil Seleksi Administrasi CPNS 2024 Malam Ini, Berikut Cara Ceknya
3
Harlah Ke-95, LP Ma’arif NU akan Wujudkan Visi Pendidikan Bereputasi Internasional
4
Mengenal Susu Ikan, Cek Kandungan Gizinya bagi Tubuh
5
Kitab Haulal Ihtifal bi Dzikra Maulidin Nabi, Menelusuri Sejarah dan Hukum Maulid Nabi
6
Direktur PD Pontren Kemenag Sayangkan Beberapa Pihak Belum Paham UU 18/2019 tentang Pesantren
Terkini
Lihat Semua