Nasional

Hikmah Covid-19, Gus Mus: Kita Diajar untuk Merenungi Keterbatasan Manusia 

Selasa, 21 April 2020 | 22:00 WIB

Hikmah Covid-19, Gus Mus: Kita Diajar untuk Merenungi Keterbatasan Manusia 

"Ini mestinya menjadi perenungan kita ketika kita bersendiri, menjaga jarak dengan dunia, sendiri dengan diri kita, sendiri dengan Allah subhanahu wa ta'ala agar kemudian kita bisa kembali menjadi hamba yang dhaif di hadapan-Nya."

Jakarta, NU Online
Beragam anggapan muncul tentang keberadaan pandemi virus Corona atau Covid-19 yang telah menjadi persoalan global ini. Ada yang menganggap sebagai musibah, cobaan, pelajaran, bahkan pencucian dunia.

Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus menyatakan, sebagai sebuah pelajaran, keberadaan Covid-19 telah membuat orang-orang yang sebelumnya sibuk dengan dunia, mendadak menjaga jarak dengannya.

"Kita dipaksa oleh makhluk kecil itu, lembut itu untuk membikin jarak dengan dunia, untuk kembali di rumah dengan keluarga, dan kembali kepada diri kita sendiri," kata Gus Mus pada acara Munajat Hamba yang ditayangkan GusMus Channel pada Selasa (21/4).

Menurut Gus Mus, kehadiran Covid-19 seharusnya cukup untuk menghancurkan kesombongan dan keangkuhan siapa pun baik dalam hal kekayaan, kepintaran, maupun kekuasaan.

"Orang yang mengandalkan ilmunya sekarang kelimpungan. Kita diajar kembali untuk menengok diri sendiri sebagai manusia, manusia saja. Kita dipaksa untuk ingat bahwa kita ini semuanya adalah anak cucu Adam," katanya sambil mengutip potongan khutbah Nabi Muhammad ketika haji wada', yaitu "kullukum min adam wa adam min thurab."

Sabda Nabi Muhammad tersebut dikutip Gus Mus karena dalam pandangannya, selama ini terdapat orang yang tidak mau menjalin hubungan persaudaraan dan merasa bukan berasal dari keturunan yang sama, yaitu Nabi Adam.

Kehadiran Covid-19 juga mestinya mengingatkan manusia yang mengemban tugas sebagai khalifah, yakni mengatur dan merawat bumi. Selain itu harusnya menyadarkan manusia sebagai hamba yang lemah di hadapan Allah.

"Ini mestinya menjadi perenungan kita ketika kita bersendiri, menjaga jarak dengan dunia, sendiri dengan diri kita, sendiri dengan Allah subhanahu wa ta'ala agar kemudian kita bisa kembali menjadi hamba yang dhaif di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala, kita lalu bertobat," ucap pengasuh pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang itu.

Menurutnya, sekali pun manusia telah berbuat zalim terhadap diri sendiri, tapi kemudian mengakui kesalahannya dan bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya. Hal itu dinyatakan Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 39.

"Mari kita bertobat kepada Allah. Kalau kita sudah mengakui bahwa kita kemarin itu menzalimi diri kita sendiri, telah berbuat kesalahan, mari kita bertobat. Allah sangat baik dengan kita. Allah memperingatkan, Allah memberikan pelajaran, tapi juga menerima kalau kita bertobat," ucapnya.

Ia melanjutkan, seusai bertobat dan menyadari segala keangkuhan baik karena gaya, ilmu, maupun pangkat, kemudian berkomitmen kepada Allah bahwa dirinya akan kembali menjadi khalifah yang merawat bumi.

Menurutnya, hasil tobat dapat diketahui dari kerinduan yang muncul, yaitu apakah merindukan tempat-tempat ibadah, bersilaturahim ke saudaranya, atau justru kerinduan untuk kembali ke tempat-tempat hiburan.
 

Pewarta: Husni Sahal
Editor: Alhafiz Kurniawan