Nasional

Jangan Biarkan Anak Habiskan Liburan dengan Gadget, Ini Rekomendasi Aktivitasnya

NU Online  ·  Jumat, 20 Juni 2025 | 10:00 WIB

Jangan Biarkan Anak Habiskan Liburan dengan Gadget, Ini Rekomendasi Aktivitasnya

Ilustrasi keluarga sedang liburan ke pantai. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Menjelang libur semester genap, para orang tua dihadapkan pada tantangan agar anak tidak larut dalam penggunaan gadget sepanjang hari. Jika tidak diarahkan dengan tepat, masa liburan bisa menjadi waktu kosong yang justru menghambat perkembangan anak, baik secara fisik maupun emosional.


Alih-alih membiarkan anak menghabiskan hari hanya dengan bermain atau menatap layar gadget, liburan justru dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang bermanfaat.


Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Mahmud Yunus Mustofa menekankan pentingnya masa liburan sebagai waktu untuk beristirahat sekaligus mengeksplorasi minat anak.


“Liburan sekolah dari sisi pendidikan memiliki beberapa urgensi, tentunya sebagai waktu istirahat fisik dan mental. Selain itu, liburan juga dapat digunakan untuk mencari minat lain anak di luar sisi akademis, seperti hobi yang selama ini tertunda karena padatnya kalender sekolah,” ujar Yunus kepada NU Online, pada Kamis (19/6/2025).


Yunus menegaskan, liburan bukan berarti harus diisi dengan tugas atau kegiatan akademik semata. Menurutnya, masa jeda sekolah ini justru menjadi sarana untuk meningkatkan produktivitas anak dalam aspek lain, yakni pengelolaan emosi dan pengembangan diri.


“Produktivitas tidak hanya diukur dari hasil belajar formal. Liburan memberi ruang bagi anak untuk mengeksplor dirinya lebih dalam. Dalam psikologi pendidikan Islam, ketika anak bertemu banyak orang dan menjumpai hal-hal baru, itu bisa meningkatkan kemampuan mereka secara menyeluruh,” jelasnya.


Rekomendasi aktivitas liburan

Beberapa aktivitas yang direkomendasikan Yunus antara lain tadabbur alam, hiking, camping, membuat karya kreatif, membantu orang tua, hingga kunjungan ke tempat-tempat edukatif.


Yunus menekankan bahwa kegiatan tersebut tidak hanya menyehatkan fisik, tetapi juga membangun daya pikir dan karakter anak.


Khusus untuk aktivitas edukatif, ia menyarankan agar kegiatan disesuaikan dengan jenjang usia. Untuk siswa SD, kegiatan eksploratif seperti eksperimen sains sederhana atau menjelajah alam sangat dianjurkan.


Bagi siswa SMP, lanjut Yunus, bisa diarahkan pada minat seperti seni atau fotografi. Sementara untuk siswa SMA, masa liburan bisa dimanfaatkan untuk proyek sosial atau merintis usaha kecil.


Salah satu tantangan terbesar selama liburan adalah kecenderungan anak untuk menghabiskan waktu dengan gadget. Yunus mengingatkan pentingnya peran orang tua dalam mengarahkan anak agar tidak larut dalam dunia digital.


“Solusinya, perbanyak kegiatan luar rumah. Estimasikan waktu dan siapkan anggaran untuk aktivitas yang bermanfaat selama liburan,” ujarnya.


Meski demikian, ia juga mengakui bahwa teknologi bisa digunakan secara positif. Beberapa contoh yang ia sebutkan adalah menonton film edukatif yang mampu memicu rasa ingin tahu anak.


Menurut Yunus, masa libur juga merupakan waktu yang ideal bagi keluarga untuk membangun kedekatan emosional. Kehadiran orang tua, terutama ayah, dalam proses tumbuh kembang anak dinilai penting dalam pembentukan karakter.


“Indonesia termasuk negara dengan tingkat fatherless cukup tinggi. Padahal dalam teori perkembangan kognitif, anak yang sering bermain dan berinteraksi dengan orang tua cenderung lebih kreatif,” paparnya.


Ia mengingatkan pesan Nabi Muhammad bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, dan peran orang tua sangat menentukan arah tumbuh kembang mereka.


Karena itu, Yunus berpesan agar liburan tidak menjadi waktu kosong tanpa arah, melainkan dimanfaatkan sebagai momen untuk menumbuhkan potensi anak melalui pendekatan yang menyenangkan.


“Orang tua harus bijak menyisihkan waktu lebih untuk anak, terutama ketika liburan. Buatkan timeline yang jelas, agar anak tetap merasa terarah dan diperhatikan,” pungkasnya.