Nasional

Kasus Positif Covid-19 Tembus 100 Juta di Seluruh Dunia

Kamis, 28 Januari 2021 | 01:05 WIB

Kasus Positif Covid-19 Tembus 100 Juta di Seluruh Dunia

Ilustrasi pandemi virus corona Covid-19. (NU Online)

Jakarta, NU Online

Jumlah kasus positif Covid-19 di seluruh dunia melampaui angka 100 juta pada Kamis (28/1) menurut data terbaru yang dirilis laman Worldometers. Tepatnya sebanyak 101.396.581 kasus Covid-19 di seluruh dunia.


Lebih dari 26,1 juta kasus tercatat di Amerika Serikat sejak dimulainya pandemi. India melaporkan hampir 10,7 juta infeksi dan Brasil 9,0 juta.


Jumlah kematian global mencapai lebih dari 2,1 juta, di mana 439.449 di antaranya tercatat di AS. Brasil berada di urutan kedua dalam daftar itu dengan 220.237 kematian, disusul oleh India dengan 153.885 kematian.


Perusahaan farmasi AS Moderna pada Senin mengumumkan bahwa vaksinnya tampaknya bekerja melawan jenis virus B.1.1.7 yang ditemukan di Inggris, namun kurang efektif terhadap B.1.351 yang ada di Afrika Selatan.


Vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Amerika Pfizer dan mitranya di Jerman, BioNTech, bekerja melawan 15 kemungkinan mutasi virus.


Sementara itu, kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 1.024.298 kasus dari data Worldometers pada Kamis (28/1). Kasus kematian di Indoensia mencapai 28.855 kematian. Sedangkan yang berhasil sembuh mencapai 831.330 orang.


Vaksinasi di Indonesia


Proses vaksinasi di Indonesia sudah mencapai dosis kedua dengan vaksin Sinovac. Program vaksinasi saat ini baru diperuntukan bagi tenaga kesehatan (nakes).


Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Kesehatan, Syahrizal Syarif menegaskan bahwa program vaksinasi harus didukung oleh semua pihak untuk mengendalikan wabah virus corona.


menyayangkan keputusan pemerintah yang tidak memprioritaskan orang lanjut usia (lansia) untuk mendapatkan vaksin segera. Sebab, para lansia baru akan mendapatkan vaksinasi pada April mendatang.  Sementara itu, telah ratusan kiai sepuh di lingkungan NU yang wafat selama pandemi Covid-19 ini.


Menurut data yang dihimpun Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU), terdapat 234 kiai pesantren wafat sejak Maret hingga Desember 2020. Namun, pemerintah tetap bersikukuh untuk memprioritaskan vaksin kepada tenaga kesehatan dan pelayan publik di tahap awal vaksinasi ini.

 

“Tetap saya masih menyayangkan ketika kita punya vaksin Sinovac yang sebenarnya bisa diberikan kepada lansia. Tiap hari kita mendengar berita duka dari para kiai NU,” ujar Syahrizal Syarif kepada NU Online, Selasa (12/1) lalu.


Padahal, dijelaskan Syahrizal, vaksin yang digunakan di Indonesia itu sama saja dengan Turki dan Brazil. Tetapi di kedua negara itu, memprioritaskan pemberian vaksinasi kepada lansia, setelah tenaga kesehatan.


“Kenapa kita masih memberikan lansia bukan dari Sinovac, tapi dari vaksin yang lain? Itu artinya lansia di Indonesia harus menunggu sampai terealisasi bantuan vaksin yang dari WHO itu,” tegasnya.


Menurut Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) ini, kebijakan pemberian vaksin kepada lansia setelah tenaga kesehatan dan pelayan publik dengan mengacu pada uji klinis di Bandung, sangat tidak masuk akal. “Karena Sinovac yang sama diberikan kepada lansia di Turki dan Brasil.


China pun sudah memberikan vaksin Sinovac kepada lansia. Jadi apa alasannya kita menahan Sinovac untuk tidak diberikan kepada lansia hanya karena alasan tidak ada di uji klinis Bandung,” sebut Syahrizal, mempertanyakan kebijakan pemerintah yang tidak masuk akal.


“Padahal selalu kita menyebut bahwa uji klinis Sinovac itu multicenter. Artinya melihat uji klinis Sinovac harus dilihat tidak hanya uji klinis Bandung. Tapi juga hasil uji klinis di Turki dan Brazil. Bahkan yang juga dilakukan di China pada orang lansia,” sambungnya. 


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Kendi Setiawan