Nasional

Kelompok Pemerhati Manuskrip Tumbuh Kembang, Tapi Belum Sinergis 

Sabtu, 16 November 2019 | 08:00 WIB

Kelompok Pemerhati Manuskrip Tumbuh Kembang, Tapi Belum Sinergis 

Para peneliti Puslitbang Lektur Kemenag dalam seminar Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara (PKMKN) di Bogor. (Foto: Dok. LKKMO/Sukoco)

Bogor, NU Online
Kelompok yang memiliki perhatian terhadap manuskrip terus tumbuh dan berkembang, baik dari pemerintah maupun kalangan akademisi. Namun, di antara mereka belum ada sinergi untuk melakukan kerja sama. 

Hal itu mengemuka pada Seminar Pendirian Pusat Kajian Manuskrip Keagamaan Nusantara (PKMKN) yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) serta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kementerian Agama. 

“Lembaga-lembaga yang menangani naskah sudah banyak. Tapi belum terikat dengan kuat. Mereka seperti lidi yang terpisah,” ungkap Peneliti Puslitbang Lektur Kemenag RI Ridwan Bustamam pada seminar yang berlangsung sejak Kamis (14/11) sampai Sabtu (16/11). 
 
Menurut Ridwan, hal itu karena belum ada lembaga yang memayunginya sekaligus mengatur fokus masing-masing. 
 
“Ada pembagian tugas. Lembaga ini melakukan apa, lembaga itu melakukan apa. Ada semacam komando. Sementara lembaga yang memayungi yang akan melakukan koordinasi dan konsultasi terkait naskah supaya tidak tumpang tindih mengerjakannya. Perpustakaan mengurusi apa, museum mengurusi apa. Lembaga di perguruan tinggi mengurusi apa?” 

Selama ini, kata dia, ada naskah yang telah didigitalisasi oleh sebuah lembaga, ternyata sudah dilakukan lembaga lain. Sementara naskah yang belum tersentuh sama sekali masih banyak dan tersebar di berbagai daerah. Hal itu karena tidak ada pembagian tugas. 

Kepala Puslitbang Lektur Kemenag RI Muhammad Zain mengatakan pihaknya tengah berupaya membentuk lembaga yang memayunginya. Ia optimis hal itu bisa terlaksana tahun depan.  

Ia menceritakan, lembaga tersebut merupakan usulan Menteri Agama Kabinet Kerja, Lukman Hakim Saifuddin, pada 2018. Waktu itu, ia meminta staf ahlinya, Oman Fathurahman untuk membentuk Pusat Kajian Manuskrip. Pendirian tersebut kemudian diamanatkan ke Puslitbang Lektur untuk menyusun naskah akademiknya. 

“Saya optimis lembaga ini akan terbentuk. Sekali layar terkembang, pantang kembali ke tepian,” ungkap pria asal Mandar Sulawesi Barat ini. 

Kegiatan tersebut diawali dengan pemaparan manuskrip di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Jawa Barat. 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Musthofa Asrori