Nasional

Kenapa Ulama Sufi di Suriah Kerap Jadi Sasaran Serangan Bom Teroris?

Jumat, 23 Oktober 2020 | 07:30 WIB

Kenapa Ulama Sufi di Suriah Kerap Jadi Sasaran Serangan Bom Teroris?

Sekjen Alsyami, M. Najih Arromadloni (kiri) saat mendampingi almarhum Syekh Adnan Al-Afyouni (kanan) di Kantor PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta. (Foto: dok. pribadi)

Jakarta, NU Online

Kejahatan luar biasa berupa terorisme dan serangan bom masih kerap menghantui dan mengancam dakwah ulama-ulama sufi nan moderat di Timur Tengah, termasuk di Suriah. Paling mutakhir serangan bom yang menimpa Syekh M. Adnan Al-Afyouni, ulama sufi yang juga Mufti Damaskus.


Dakwah yang dilakukan Syekh Adnan mencapai lintas batas bangsa-bangsa Muslim di seluruh dunia untuk menyuarakan perdamaian internasional. Hal itu tidak lepas dari pengalaman pada negaranya sendiri yang porak-porakanda karena propaganda para ekstremis.


Pandangan moderatnya membawa Syekh Adnan berhubungan baik dengan ulama-ulama di Indonesia, seperti karibnya dengan Maulana Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan. Bersama para ulama sufi dunia, Syekh Adnan kerap menghadiri forum ulama internasional di Pekalongan.


Syekh Adnan Al-Afyouni bukan ulama pertama yang gugur terkena serangan bom oleh teroris. Sebelumnya, ulama sufi terkemuka Syekh Said Ramadhan al-Buthi juga mendapat serangan serupa. Bahkan bom yang diledakkan oleh teroris kepada Syekh Said Ramadhan al-Buthi dilakukan saat Syekh al-Buthi sedang mengajar ngaji sebuah kitab di masjid.


Dr Said Ramadhan al-Buthi wafat pada Kamis, 23 Maret 2013 sebagai syahidul mimbar saat sedang menyampaikan pengajian di mimbar Masjid Al-Iman Mazra, Kota Damaskus. Peristiwa tragis dan memilukan ini juga juga menewaskan sekitar 20 orang lainnya termasuk cucu Syekh Al-Buthi sendiri.


Sekjen Ikatan Alumni Syam (Suriah) Indonesia (Alsyami), M. Najih Arromadloni menegaskan bahwa ulama-ulama sufi di Suriah kerap mendapatkan serangan bom teroris karena para ulama aktif menjelaskan kepada masyarakat terkait bahaya radikalisme dan terorisme.


“Para ulama juga selalu mengimbau pentingnya menjaga stabilitas negara. Dan itu tidak disukai oleh kelompok teroris,” jelas Najih kepada NU Online, Jumat (23/10).


Najih yang alumnus Universitas Kuftaro Damaskus itu mengungkapkan bahwa Syekh Adnan sebelumnya telah mengalami percobaan pembunuhan oleh kelompok teroris sudah puluhan kali.


“Sebelumnya juga ada mursyid tarekat yang dibunuh dengan cara dipenggal. Ulama tasawuf menjadi sasaran utama kelompok teroris, karena merekalah yang mampu mematahkan argumentasi-argumentasi keagamaan kelompok teroris,” terang Najih.


Sebelumnya diinformasikan, almarhum Syekh Adnan wafat akibat mobilnya meledak dalam sebuah perjalanan karena dipasang bom. Almarhum wafat dalam perjalanan di Qudsia, pinggiran Damaskus.


Syekh Adnan adalah sosok ulama yang mempunyai peran sangat penting dalam proses rekonsiliasi konflik di Suriah. "Beliaulah ulama yang turun langsung meng-ishlah-kan pihak-pihak yang bertikai," kata Gus Najih.


Ia juga merupakan ulama yang mendapatkan kepercayaan dari pemerintah dan oposisi, karena integritasnya yang tinggi.

 

Lebih lanjut, Gus Najih menjelaskan bahwa Syekh Adnan juga termasuk ulama yang sangat dekat dengan umat Islam Indonesia, mempunyai ratusan murid di Indonesia, melakukan serangkaian puluhan kunjungan ke Indonesia semasa karirnya menjadi mufti Provinsi Damaskus.


Karenanya, ia mempunyai kedekatan dengan ulama-ulama Indonesia, terutama Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Anggota Wantimpres RI dan Rais 'Aam Jam'iyah Ahlith Thariqah al-Mutabarah al-Nahdliyah (JATMAN).


"Kami kehilangan seorang guru, ulama, dan rekonsiliator," katanya.


"Semoga dilipatgandakan segala kebaikannya, dikumpulkan bersama para pendahulunya di surga firdaus-Nya. Amin," harapnya. 


Syekh Adnan merupakan ulama yang memimpin rapat pemilihan Maulana Habib Luthfi bin Yahya sebagai Ketua Forum Sufi Dunia yang berlangsung di Pekalongan, Jawa Tengah pada April 2019 lalu.


Di tempat yang sama, Pekalongan, Syekh Adnan bersama tokoh-tokoh sufi dunia juga menghadiri Konferensi Ulama Internasional bertajuk Bela Negara pada 27-29 Juli 2016 lalu.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Kendi Setiawan