Internasional

Innalillahi, Ulama Besar Suriah Syekh Nuruddin Itr Wafat

Kamis, 24 September 2020 | 01:30 WIB

Innalillahi, Ulama Besar Suriah Syekh Nuruddin Itr Wafat

Syekh Nuruddin Itr. (Foto: FB Dr Ali Jumah)

Damaskus, NU Online
Seorang ulama besar ahli hadits, tafsir, dan fiqih dari Suriah, Syekh Nuruddin Muhammad Hasan Itr telah wafat pada Rabu, 23 September 2020 atau bertepatan dengan 6 Safar 1442 H. Syekh Nuruddin Itr menghembuskan nafasnya yang terakhir di usia 83 tahun.    


Syekh Nuruddin lahir di Kota Aleppo pada 1937 M. Ayahnya, Al-Hajj Muhammad Itr, adalah seorang pendidik, pengajar, dan pekerja keras. Sementara kakeknya, Syekh al-Najib Siraj al-Husaini, adalah seorang ulama besar dalam bidang hadits. 


Dia menganut akidah Asy’ariyah dan bermadzhab Hanafi. Selain seorang sufi, seperti dijelaskan Syekh Ali Jumah dalam sebuah keterangan di Facebooknya, Syekh Nuruddin Itr adalah seorang yang ahli dalam bidang hadits. Bahkan, kepakarannya dalam bidang hadits diakui oleh ulama-ulama di dunia Islam. Dia adalah seorang ulama yang rajin mengajar, menulis, dan mentahkik.


Syekh Nuruddin Itr sudah mengenyam pendidikan agama Islam sejak kecil secara intensif. Pada saat remaja, dia melanjutkan studinya di Madrasah Tsanawiyah Syar’iyah Al-Khasrawiyah. Ia lulus pada 1954 dengan nilai cumlaude. Dia kemudian meneruskan pendidikannya ke Universitas Al-Azhar dan meraih gelar Lc pada 1958. Syekh Nuruddin Itr dikenal sebagai orang yang cerdas, giat, gigih, dan berkepribadian shaleh.  


Pada 1964, Syekh Nuruddin Itr mendapatkan gelar doktor dari Jurusan Tafsir dan Hadits pada Fakultas Ushuluddin di Universitas Al-Azhar dengan predikat summa cumlaude. Judul disertasinya adalah Thariqah at-Tirmidzi fi Jami’ihi wa al-Muwazanah Bainahu wa Baina ash-Shahihain.


Setelah itu, Syekh Nuruddin Itr pulang kampung ke Suriah dan mengajar di sebuah madrasah di sana. Namun tidak lama kemudian, dia diangkat menjadi dosen di Universitas Islam Madinah (1965-1967).  Setelah itu, dia balik ke Damaskus dan mengajar kembali mengajar di madrasah. Dia kemudian menjadi dosen di Universitas Damaskus dan Universitas Aleppo dan mengajar mata kuliah Tafsir dan Hadits. 


Selain itu, dia juga mengajar di sejumlah universitas Arab, mengisi majelis di beberapa masjid, dan pernah menjadi tenaga ahli yang mengkaji metode pendidikan jenjang sarjana di sejumlah universitas Arab. 


Selama hidupnya, Syekh Nuruddin Itr telah menulis lebih dari 50 kitab, baik dalam bentuk karangan buku maupun tahkikan kitab. Di antara karyanya adalah Al-Imam at-Tirmidzi wa al- Muwazanah baina Jami'ahu wa Shahihain, I'lamul Anam, Syarah 'Ilal at-Tirmidzi, Manhaj an-Naqd fi Ulum al-Hadits, Al-Mughni fi Ad-Dlu'afa li al-Imam adz-Dzahabi, tahkik atas kitab Nuzhatun Nadzor karya Imam Ibn Hajar al-Asqalani, dan lainnya. 


Manhaj an-Naqd fi ‘Ulum al-Hadits (Metodologi Kritik dalam Studi Ilmu Hadits) adalah karya Syekh Nuruddin Itr yang paling terkenal karena kitab ini dinilai sebagai fase baru dalam ilmu Musthalah Hadits, setelah fase Ibnu Hajar al-Asqalani. Sebagian besar karyanya dijadikan sebagai buku ajar di banyak kampus di Universitas Damaskus, Universitas Al-Azhar, dan lainnya.


Syekh Nuruddin adalah orang yang sangat mencintai Al-Azhar. Dalam suatu kesempatan, dia pernah berujar “Hal yang aku persiapkan untuk berjumpa dengan Allah adalah cintaku pada Al-Azhar.”


Di antara guru-guru Syekh Nuruddin Itr adalah Syekh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Syekh Musthafa Mujahid, Syekh Abdul Wahab Al-Buhairi, dan Syekh Muhamamd Muhammad As-Samahi. Namun di antara guru-gurunya itu, Syekh Abdullah Sirajuddin Al-Husaini—yang notabennya masih kerabat- dinilai sebagai guru yang membentuk kecerdasan ilmu dan kebeningan spiritual Syekah Nuruddin Itr. 
  

Pewarta: Muchlishon
Editor: Alhafiz Kurniawan