Kiai Zulfa Sampaikan Alasan Larangan Meremehkan Ibadah Seseorang
NU Online · Selasa, 20 Mei 2025 | 12:00 WIB

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Musthofa saat menghadiri Hari Lahir ke-6 Majelis Sabilu Taubah di Markas Sabilu Taubah, Srengat, Blitar, Jawa Timur.
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Musthofa menjelaskan larangan meremehkan ibadah seseorang yang dianggap menyalahi aturan di mata masyarakat. Hal ini disampaikannya saat menghadiri Hari Lahir ke-6 Majelis Sabilu Taubah di Markas Sabilu Taubah, Srengat, Blitar, Jawa Timur.
"Kalau bisa yang sempurna. Tapi jangan remehkan orang yang mungkin ngajinya diselingi shalawatan. Tadi saya lihat yang datang ke sini ada yang bertato dan lain-lain. Orang semacam ini jangan dimusuhi," imbaunya dikutip NU Online dari kanal Youtube Gus Iqdam Official pada Selasa (20/5/2025) pagi dalam.
Kiai Zulfa menegaskan bahwa tak ada satupun yang mengetahui kapan rahmat Allah tiba kepada seseorang. Seburuk apapun seseorang akan lebih baik jika mendapat sentuhan rahmat dan kelembutan Tuhan.
"Nah, justru kadang-kadang orang semacam ini itu nanti begitu ketika Allah swt memberikan rahmatnya dan kelembutannya, engkau bisa lebih soleh dari santri-santri yang mondoknya lama," ujarnya di hadapan jamaah Gus Iqdam yang dijuluki garangan(berandal) itu.
Dalam pemaparannya, ada tiga level niat orang ibadah menurut Imam Nawawi dalam syarh kitab hadisnya, Al-Arba'in an-Nawawiyah. iLevel pertama disebut dengan 'ibadatut akhyar, yakni ibadahnya orang-orang yang berniat hanya untuk Allah semata. Level kedua yakni 'ibadatut tujjar alias ibadah atau ngajinya seseorang dengan harapan peroleh keuntungan atau ganjaran.
Penulis buku bertajuk Diqqatul Qannas fi Fahmi Kalamis Syafi'i itu menengahkan para ulama sufi sebagai contoh seseorang dalam level pertama. Kalangan ini menempatkan dunia sebagai pengantara untuk menuju ridha Allah ta'ala.
"kalau yang pertama itu tujuannya hanya ridha Gusti Allah bukan surga, seperti Robiah Adawiyah dan Ibnul Farid," terangnya.
Adapun level ketiga disebut dengan 'ibadatul 'abid, yaitu ibadahnya sebagian besar hamba. Dalam level ini, ekspresi penghambaannya didasarkan pada kesalahan atau dosa yang dilakukannya.
Kiai Zulfa pun menegaskan bahwa Allah tidak pandang bulu dalam mengucurkan rahmat-Nya. Menurutnya, semangat ini yang selama ini dilakukan para ulama Nahdlatul Ulama dalam berdakwah di masyarakat. Meski demikian, ia menganjurkan para hadirin untuk meningkatkan kualitas ibadahnya.
"Ini lah yang membuat para kiai dan dai NU, seperti Gus Iqdam dan yang lain-lain ini mau menemani panjenengan semua," katanya.
Sebab, teringat hadits qudsi berikut, "Saya dekat sama orang-orang yang mengharap rahmat-Ku, yaitu Gusti Allah swt."
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua