Nasional

Kunci Keberhasilan Berkhidmah adalah Penguatan Organisasi

Selasa, 16 Februari 2021 | 12:30 WIB

Kunci Keberhasilan Berkhidmah adalah Penguatan Organisasi

Sekjen PBNU, H Ahmad Helmy Faishal Zaini. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Helmy Faishal Zaini menyebut bahwa kunci keberhasilan dalam memberikan khidmah kepada masyarakat adalah dengan melakukan penguatan organisasi. 


“Karena yang namanya organisasi itu memerlukan perpanjangan, yaitu struktur. Maka penguatan organisasi menjadi kunci,” ungkapnya dalam diskusi virtual bertajuk Formula Penerapan Klasterisasi Akreditasi dan Database bagi Kemajuan Organisasi yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU), pada Senin (15/2) malam.


Ia mencontohkan, fungsi pelayananan kepada masyarakat yang dilakukan PBNU akan menjadi lemah jika tidak didukung oleh struktur yang ada di tingkat cabang, MWC, dan ranting. Termasuk lembaga-lembaga yang menjadi ujung tombak seperti LAZISNU. 


“Maka dengan membedah arah kebijakan organisasi dalam konteks melakukan pemetaan klasterisasi kaderisasi, bahkan akreditasi itu adalah bagian dari penguatan struktur kelembagaan,” tutur Helmy.


Tantangan organisasi masa kini


Menurutnya, orang-orang yang akan bertahan lama terlibat di organisasi harus mampu beradaptasi dengan segala macam tantangan. Terdapat setidaknya tiga tantangan organisasi yang dihadapi saat ini. 


Era revolusi industri 4.0 yang berkaitan dengan budaya baru yaitu penggunaan teknologi informasi. Bahkan, kata Helmy, menurut survei Asosiasi Penyedia Jasa Internet, saat ini sudah lebih dari 60 persen penduduk Indonesia yang terhubung dengan internet. 


“Tantangan organisasi yang kedua adalah era disrupsi atau era memangkas. Kita tidak pernah bisa bayangkan bahwa di era media sosial ini kita bisa melakukan live streaming. Setiap warga dunia pada dasarnya saat ini adalah seorang pewarta. Maka disebut sebagai citizen journalism,” jelasnya.


Tren seperti itu berpengaruh terhadap media-media mainstream. Helmy mengaku pernah bertemu dengan salah satu pemimpin umum media cetak terbesar di Indonesia. Di zaman yang sudah sangat berubah sejak ada media sosial, omzet media cetak menurun drastis.


“Itu artinya terjadi perubahan yang sangat luar biasa. Era yang disebut paperless. Orang sudah tidak lagi menggunakan kertas. Orang sekarang butuh proses cepat, waktu ringkas, dan pelayanan yang lebih bisa menjangkau di mana pun mereka berada. Bahkan dari segi harga, mereka sekarang mencari yang lebih murah,” terang Helmy.


Kemudian tantangan yang ketiga bagi organisasi di masa sekarang adalah dihadapkan pada merebaknya Covid-19. Saat ini, pasien yang terkonfirmasi positif sudah menembus angka 1,2 juta dan sangat memprihatinkan. 


“Begitu banyak para ulama, kiai, tenaga medis, dan masyarakat yang menjadi korban akibat tertular Covid-19. Karena itu, untuk melahirkan pemimpin bangsa ke depan, kita harus menanam atau menyiapkan satu estafet kepemimpinan,” tegasnya.


Helmy pun menyambut baik upaya PP IPNU dalam melakukan transformasi besar-besaran. Sebab, ciri organisasi modern adalah jika mampu terus berproses di segala kondisi sehingga keberlangsungan organisasi berjalan secara efektif. 


Klaster akreditasi PP IPNU


Ketua PP IPNU Bidang Organisasi Hasan Malawi mengatakan bahwa klaster akreditasi dan database yang dilakukan IPNU menjadi tolok ukur soal pengelolaan organisasi ke depan. Sebab di usia yang sudah cukup tua, 67 tahun, IPNU diharapkan tidak larut dalam kerja-kerja seremonial dan melupakan disiplin organisasi.


“Kita tahu IPNU bukan hanya sebatas organisasi keterpelajaran atau perkumpulan orang-orang paling terdidik di NU, tetapi inilah wajah sesungguhnya bagaimana kemudian NU melahirkan organisatoris dan melahirkan orang-orang yang nantinya akan menggerakan NU itu sendiri,” tegas Hasan.


Klaster akreditasi dan database ini dilakukan PP IPNU sebagai pelajaran atas pemahaman organisasi yang menjadi landasan bagi para kader dan pengurus untuk terlibat secara panjang di dalam organisasi. 


“Kesadaran atas pemahaman organisasi menjadi landasan. Kesadaran itu dimulai dari kita memahamai betul aturan, PD/PRT, PO, atau lainnya yang berkaitan dengan diktat organisasi. Ketika pemahaman itu sudah merata, kuncinya bisa melalui kadaerisasi formal, informal, nonformal atau ruang lain,” ujar Hasan.


Ia menegaskan, kader IPNU harus terdidik secara pengetahuan dan terorganisasi secara manajerial yang rapi. Tak hanya itu, Hasan juga menyebut agar gerakan-gerakan yang dilakukan IPNU mesti terpimpin.


“Semua hal itu tidak akan bisa berjalan kalau tidak ada keterdidikan organisasi. Dari sinilah garis organisasi akan berjalan. Sebagai kader, pemahaman organisasi seharusnya sudah menjadi nafas atas kehidupan kita di organisasi,” pungkasnya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad