Nasional

LPBINU Sebut Gelombang Panas Ekstrem di Eropa Tanda Perubahan Iklim Nyata

Jumat, 29 Juli 2022 | 13:15 WIB

LPBINU Sebut Gelombang Panas Ekstrem di Eropa Tanda Perubahan Iklim Nyata

LPBINU Sebut Gelombang Panas Ekstrem di Eropa Tanda Perubahan Iklim Nyata

Jakarta, NU Online
Gelombang panas ektrem terjadi di Eropa, China, dan Amerika dengan suhu mencapai 40 derajat celcius. Kondisi ini dipicu pemanasan global yang terjadi sejak Juni-Juli 2022.

 

Kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa mengabarkan bahwa gelombang panas yang membakar Eropa telah menyebabkan lebih dari 1.700 kematian di semenanjung Iberia, tepatnya Portugal dan Spanyol.

 

Menanggapi informasi tersebut, Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) M Ali Yusuf menyebutkan, gelombang panas atau heatwave merupakan fenomena peningkatan suhu harian yang lebih tinggi daripada rata-rata suhu biasanya secara berturut-turut.

 

“Itu salah satu wujud dan bukti bahwa perubahan iklim benar-benar telah terjadi dan dampaknya benar-benar telah dirasakan,” kata Ali dalam keterangannya kepada NU Online, Jumat (29/7/22).

 

Menurut dia, perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang terjadi menunjukkan bahwa bumi memerlukan perhatian dan kepedulian dari semua penghuninya dalam menjaga dan melestarikan dari ancaman kerusakan lingkungan hidup.

 

Sehingga diperlukan langkah kongkrit yang memerlukan tindakan dan dukungan nyata untuk mengantisipasi kerusakan tersebut.

 

“Semua pihak harus memperkuat komitmennya untuk meningkatkan upayanya dalam mengatasi krisis dan mengendalikan perubahan iklim baik mitigasi maupun adaptasi,” ujarnya.

 

Tanpa upaya yang kuat dan massif, lanjutnya, laju perubahan iklim akan semakin cepat dan dampaknya tentu akan lebih parah serta mengancam peradaban manusia dan keberlangsungan kehidupan di muka bumi.

 

Untuk itu, LPBI PBNU menghimbau seluruh masyarakat untuk bersama-sama menyelamatkan bumi dengan memanfaatkan produk ramah lingkungan, melakukan penanaman pohon, menjaga sumber-sumber air, menjaga kebersihan lingkungan hidup dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan sebaik-baiknya.

 

“Hemat energi, kemudian perbanyak  jalan kaki dan bersepeda untuk mengurangi emisi dari alat transportasi berbahan bakar fosil. Kurangi sampah dan limbah serta perbanyak menanam pohon untuk menyerap polusi dan emisi gas rumah kaca,” imbaunya.

 

Bagi Ali, kata menyelamatkan bumi harus diartikan sebagai sesuatu yang patut untuk dijaga dan dilestarikan. Seperti harta kekayaan.

 

“Maka melalui upaya-upaya kecil itu secara tidak langsung kita sedang menghadang perubahan iklim sehingga masa depan kehidupan di bumi dapat diselamatkan,” terangnya.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi