Marsudi Syuhud: Islam Agama Kemanusiaan, tapi Tak Selalu Sama dengan HAM
NU Online · Selasa, 15 Desember 2015 | 07:28 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua PBNU H Marsudi Syuhud mengatakan Islam dam konsep hak asasi manusia memiliki banyak kesamaan, tetapi dalam hal tertentu, memiliki pandangan yang berbeda. Salah satu contohnya adalah dalam hal perlakuan terhadap homoseksual.<>
Menurut Islam, homoseksual adalah tindakan tercela dengan kategori dosa besar karena melanggar fitrah manusia. HAM ala Barat, memandang bahwa menjadi heteroseksual atau homoseksual adalah pilihan pribadi.
Demikian diantara diskusi yang berlangsung di pesantren Al Uchwah ketika H Marsudi Syuhud menerima rombongan tamu dari The Foundation for International Human Rights Reporting Standards (FIHRRST) yang terdiri dari Yudha Akbar, Sofia Giannini, dan Sivaia Batello, Selasa (15/12).
Marsudi menjelaskan, dalam konsep Islam, manusia tidak sepenuhnya memiliki hak atas dirinya karena Allah telah mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia yang tujuannya untuk kebaikan manusia sendiri. Hal ini berbeda dengan konsep HAM ala Barat bahwa manusia memiliki hak sepenuhnya atas diri mereka.
“Meskipun berbeda, kita harus menghargai perbedaan masing-masing pandangan,” katanya.
Agama kemanusiaan
Dalam kesempatan tersebut juga diputar film tentang Islam Nusantara kepada para santri pesantren Al Uchwah. Dalam kesempatan tersebut, Marsudi menjelaskan Islam bisa berkembang di Indonesia karena menggunakan pendekatan nilai-nilai kemanusiaan, bukan menekankan formalitas keagamaan. Karena itulah, Islam dengan mudah diterima oleh masyarakat lokal di Nusantara. Mereka tersentuh dengan nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam Islam.
Islam, katanya, tidak pernah memaksakan seseorang untuk masuk dalam agama ini karena ada konsep hidayah, yaitu orang masuk Islam karena mendapat petunjuk dari Allah. Ia mencontohkan, Paman Nabi yang tidak mau masuk Islam karena tidak mendapat hidayah.
“Sekarang ini ada orang yang memaksakan orang lain masuk Islam dengan cara-cara kekerasan. Kalau tidak ikut mereka dianggap kafir dan kalau kafir, boleh dibunuh. Ini tidak sesuai dengan ajaran Islam,” paparnya. (Mukafi Niam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
4
LF PBNU Rilis Data Hilal Jelang Rabiul Awal 1447 H
5
Prabowo Minta Proses Hukum Berjalan Sepenuhnya untuk Wamenaker yang Kena OTT KPK
6
Pemerintah Berencana Tambah Utang Rp781,9 Triliun, tapi Abaikan Efisiensi Anggaran
Terkini
Lihat Semua