Masjid Al-Osmani, Istana Maimoen, dan Legenda Meriam Puntung
NU Online · Ahad, 4 November 2018 | 18:40 WIB
Medan, NU Online
Di hari kedua di Kota Medan, tim Ekspedisi Islam Nusantara berkunjung ke Masjid Al-Osmani. Di kiri kanan masjid tersebut terdapat pemakaman. Dari tahun yang tertera di batu nisan, terdapat makam lama dan baru. Di sebelah kiri masjid terdepat bedug dan sebelah kanan terdapat kentungan.
Masjid tersebut telah dipugar beberapa kali. Tapi ada yang masih tetap dipertahankan, yaitu daun pintu, kaca di atas pintu, dan mimbar, kentungan dan bedug.
Berdasarkan keterangan yang ada di dinding, masjid tersebut adalah sebagai berikut:
1854 didirikan oleh Sultan Osman Perkasa Alam dari bahan kayu
1870 sampai 1872dijadikan bangunan permanen oleh Sultan Mahmud Perkasa Alam
1927 direhab oleh Deli Maatohappij
1963-1964 direhab oleh T. Burhanuddin Dirut Deli II
1977 direhab dari dana presiden masa wali kota KHD TK II Medan HM Soleh Arifin
1991-1992 pemugaran diprakarsai H Bachtiar Jafar Wali Kota KDH TK II Medan
Setelah mengunjungi masjid tersebut, tim ekspedisi menuju Istana Maimoen. Yang pertama dikunjungi adalah meriam puntung yang berada di sebelah kanan istana yang dibangun Sultan Ma’moen Al-Rasyid Perkasa Alam.
Menurut prasasti yang ada di situ, Meriam Puntung terkait dengan legenda Putri Hijau. Berikut keterangan prasasti tersebut:
Menurut hikayat puak Melayu Deli Meriam Puntung adalah penjelmaan dari adik Putri Hijau dari Kerajaan Deli Tua bernama Khayali yang berubah menjadi meriam dalam mempertahankan Istana dari serbuan Raja Aceh yang ditolak pinangannya oleh Putri Hijau.
Akibat larasnya yang cukup panas karena menembak terus menerus maka akhirnya pecah menjadi dua bagian.
Ujung meriam yang merupakan bagian yang satu melayang dan menurut dongeng jatuh di kampung Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Tanah Karo. Sedangkan bagian yang lain disimpan pada bangunan ke cil di sisi kanan Istana Maimoeon. (Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Panduan Shalat Idul Adha: dari Niat, Bacaan di Antara Takbir, hingga Salam
2
Takbiran Idul Adha 1446 H Disunnahkan pada 5-9 Juni 2025, Berikut Lafal Lengkapnya
3
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
4
Khutbah Idul Adha: Mencari Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam Diri Manusia
5
Terkait Polemik Nasab, PBNU Minta Nahdliyin Bersikap Bijak dan Kedepankan Adab
6
Khutbah Jumat: Meraih Hikmah Kurban di Hari Raya Idul Adha
Terkini
Lihat Semua