Muhammad Faizin
Penulis
Tanggamus, NU Online
Nahdlatul Ulama merupakan ormas keagamaan terbesar di Indonesia. Jumlah warganya yang mengamalkan amaliah-amaliah Ahlussunah wal Jamaah ini menjadi mayoritas umat Islam di Negeri Katulistiwa ini. Amaliah NU inilah yang menurut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Mohammad Mukri menjadikan NU spesial.
Amaliah-amaliah Nahdlatul Ulama seperti Yasinan, Dzibaan, Maulidan, Halal Bihalal dan sejenisnya mampu menjadi pembeda antara warga NU dan anggota ormas lainnya. Amaliah ini juga yang terus menjadikan NU mampu tumbuh besar dan mampu melewati perubahan zaman dan peradaban.
Untuk menjadi warga NU, menurut Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar Jawa Timur ini, sangatlah mudah. Hal ini bisa terlihat dengan mudah dari apakah seseorang melakukan amaliah Aswaja atau tidak dalam praktik ibadah hariannya.
âJika sudah senang amaliah-amaliah ini, maka untuk menjadi NU tinggal satu, yakni perasaan,â ungkapnya saat hadir pada kegiatan Halal Bihalal pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tanggamus, Lampung, Sabtu (28/5/2022).
âOrang merasa NU atau nggak NU, itu tinggal perasaannya saja. Kalau amaliahnya sudah Ahlussunnah Wal Jamaah, ya tinggal hati dan perasaannya saja NU atau bukan,â imbuhnya pada acara yang digelar di Aula Global Nusantara kantor PCNU Tanggamus ini.
Inilah yang menjadikan NU menjadi organisasi yang sangat terbuka. Sehingga dalam NU pun lebih familiar menggunakan istilah âwarga NUâ yang memberi kesan luas, bukan menggunakan istilah âanggota NUâ yang terkesan memiliki cakupan sempit. Hal ini juga tergambar dari simbol tali yang longgar pada logo NU.
Namun, keterbukaan ini tidak serta-merta menjadikan NU membiarkan warganya berjalan sendiri-sendiri. Saat ini, NU terus melakukan langkah-langkah untuk menjaga kekompakan warganya dengan istilah âmenjamiyyahkan jamaahâ. Upaya ini menjadi jawaban atas perintah Allah swt dalam Al-Qurâan untuk bersatu dan tidak bercerai-berai.
Perintah untuk bersatu inipun disebutkan dalam Muqaddimah Qanun Asasi NU dengan menyebutkan ayat Al-Qurâan surat Al-Imran ayat 103 yang artinya: âDan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.â
Sementara untuk memaksimalkan langkah âmenjam'iyyahkan jamaahâ, para pengurus NU harus memiliki komitmen tinggi dalam berkhidmah. Para pengurus harus mampu memposisikan diri sebagai khadimul ummah (pelayan umat). Tidak boleh para pengurus menjadikan NU sebagai objek untuk kepentingan sesaat.
âJangan main-main dengan NU. NU itu malati (bisa membuat orang kualat). Kalau berkhidmah dengan niat tulus dan ikhlas, maka pasti akan dibesarkan oleh Allah swt,â kata Ketua PCNU Kabupaten Tanggamus KH Samsul Hadi pada kesempatan yang sama.
Di antara khidmah yang bisa dilakukan oleh para pengurus adalah mewujudkan program nyata yang mampu memberi manfaat pada jamaah. Di antaranya adalah program yang mampu menyentuh langsung warga di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sektor yang menjadi kebutuhan hidup warga.
âJangan hanya siap menjadi pengurus tapi tidak siap mengurusi. Apalagi hanya menjadi pengurus yang tidak mengurusi, malah jadi urusan organisasi,â tegasnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Pramoedya Ananta Toer, Ayahnya, dan NU Blora
2
Amalan Gus Baha saat Haji dan Khataman di Bulan Syaban
3
Gus Baha: Jangan Berkecil Hati Jadi Umat Islam Indonesia
4
Munas NU 2025: Hukum Kekerasan di Lembaga Pendidikan adalah Haram
5
Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang Kembali Gelar Festival Ilmiah Santri
6
Konbes NU 2025 Rumuskan Masa Jabatan Ketua Umum PBNU: Diusulkan Maksimal 2 Periode
Terkini
Lihat Semua