Nasional

Prof Mukri: Butuh Banyak Ilmu untuk Jadi Moderat

Senin, 7 Maret 2022 | 17:00 WIB

Prof Mukri: Butuh Banyak Ilmu untuk Jadi Moderat

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. KH Mohammad Mukri. (Foto: Ist.)

Bandarlampung, NU Online
Sikap moderat dalam beragama menjadi hal yang penting untuk dimiliki umat Islam. Selain memang menjadi perintah Allah yang jelas termaktub dalam Al-Qur’an dengan kata-kata ‘ummatan wasathan’ (umat moderat), sikap moderat yang bermakna seimbang atau proporsional dalam beragama ini juga akan mampu mewujudkan imbas positif lainnya seperti terwujudnya kedamaian dan ketenangan dalam kehidupan.


Sikap dan prilaku moderat ini tidak bisa dimiliki secara instan. Seseorang harus memiliki banyak ilmu dan pengetahuan saat berupaya untuk memoderasikan diri. Hal ini bisa dicapai dengan banyak belajar, membaca, dan merenungi pengalaman serta dinamika kehidupan. Semakin banyak seseorang membaca, merenung, dan mendapatkan ilmu agama secara mendalam, maka sikap dan prilaku moderat dalam beragama pun akan muncul.


“Butuh banyak ilmu untuk jadi moderat. Tak perlu banyak ilmu untuk jadi radikal,” kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. KH Mohammad Mukri, Senin (7/3/2022).


Tingkat moderasi seseorang menurutnya bisa terlihat dari perilakunya dalam membaca, menyikapi, dan melakukan sesuatu. Seperti saat seseorang meletakkan secangkir kopi di atas meja misalnya. Jika orang yang sudah dewasa dan memiliki banyak pengalaman, maka ia akan meletakkan gelas kopi ataupun benda lainnya di tengah meja. Namun bagi orang yang tidak banyak pengalaman ataupun memiliki perilaku gampang terburu-buru, maka ia akan meletakkannya sembarangan atau bahkan pinggir meja.


“Kalau moderat berada di tengah. Kalau tidak moderat di pinggir dan ini rawan jatuh. Bisa jadi tersenggol orang,” jelas pria yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung ini.


Sehingga bisa jadi orang yang tidak moderat diakibatkan oleh kurang membaca ataupun tidak selektif dalam memilih mana hal yang benar dan mana yang salah. Terlebih di era media sosial saat ini di mana informasi yang diterima harus benar-benar diteliti kebenarannya.


“Saat ini, satu orang yang dalam posisi benar, namun seribu orang menuduh salah dan menviralkannya di medsos, maka akan semakin banyak yang menuduhnya salah. Begitu juga sebaliknya, hal yang salah tapi diviralkan sebagai hal yang benar, maka akan semakin banyak yang meyakini kalau itu benar,” kata guru besar Ilmu Ushul Fiqih UIN Raden Intan Lampung ini.


Oleh karenanya, sikap moderat, termasuk dalam menyikapi segala informasi di medsos, akan membantu menyelamatkan seseorang dari penyesalan karena bersikap ceroboh.


Hal ini selaras dengan sebuah tulisan NU Online berjudul Anda Warga NU? Ini Empat Ciri Utamanya, yang menyebut bahwa salah satu sikap yang harus dimiliki warga NU adalah tawassuth (moderat). Karena ini sesuai dengan Fikrah (pemikiran) Nahdlatul Ulama yang senantiasa mengusung nilai-nilai yang berhaluan pada konsep tasammuh (toleran), tawassuth (moderat), tawazzun (seimbang) dan ‘adalah (adil). Artinya, NU tidak condong pada pemikiran-pemikiran liberal ataupun pemikiran-pemikiran radikal.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan