Nasional

Orang yang Hidupkan Malam Idul Fitri Hatinya Tidak Akan Mati

Rabu, 27 April 2022 | 14:00 WIB

Orang yang Hidupkan Malam Idul Fitri Hatinya Tidak Akan Mati

Orang yang Hidupkan Malam Idul Fitri Hatinya Tidak Akan Mati

Jakarta, NU Online 
Hari Raya Idul Fitri menjadi momen paling bergembira bagi Muslim setelah menjalani puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Meski begitu, bukan berarti Idul Fitri selalu diidentikkan dengan senda gurau sehingga lalai untuk beribadah. Sebab itu, Rasulullah saw menganjurkan umatnya untuk menghidupkan malam ini dengan beribadah. 


Dalam salah satu hadits Rasulullah bersabda:


مَنْ قَامَ لَيْلَتَىِ الْعِيدَيْنِ لِلهِ مُحْتَسِبًا لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ. (رواه الشافعي وابن ماجه) 


Artinya, “Siapa saja yang qiyamul lail pada dua malam Id (Idul Fitri dan Idul Adha) karena Allah demi mengharap ridha-Nya, maka hatinya tidak akan mati pada hari di mana hati manusia menjadi mati,” (HR As-Syafi’i dan Ibn Majah). 


Melansir artikel NU Online berjudul Keutamaan dan Cara Menghidupkan Malam Idul Fitri hadits di atas dengan tegas menganjurkan umat Islam untuk menghidupkan malam Idul Fitri dengan beribadah. Orang yang bisa menjalankan hal ini hatinya tidak akan mati.


Syekh Ahmad As-Shawi dalam Bulghatus Salik li Arqabil Masalik (1/345-346) menjelaskan bahwa maksud tidak matinya hati adalah seseorang tidak akan mengalami kebingungan di saat banyak orang mengalaminya, yaitu pada saat sakaratul maut, saat ditanya oleh dua malaikat (di alam barzakh), dan ketika hari kiamat. 


Senada, Syekh Ali Khawash dalam Lawaqihul Anwar Al-Qudsiyyah (h. 92) memaparkan bahwa manfaat ibadah yang dilakukan seseorang saat Idul Fitri itu adalah nur ibadahnya akan memancar sepanjang hari sehingga terhindar dari kelalaian sepanjang hari akibat kebahagiaan pada hari itu. Sebaliknya, orang yang bermalas-malasan akan terjerumus ke dalam kelalaian sepanjang hari. 


Terkait kriteria “menghidupkan malam Idul Fitri” sendiri ada tiga perbedaan pendapat sebagaimana dijelaskan Imam Nawawi dalam Al-Adzkar (h. 145). Pertama, ketika kegiatan ibadah seseorang pada malam Idul Fitri lebih dominan. Kedua, dengan seseorang beribadah beberapa saat saja pada malam harinya seperti melakukan shalat sunnah, berdzikir, dan sebagainya. 


Ketiga, dengan seseorang melaksanakan shalat Isya berjamaah dan bertekad akan shalat subuh berjamaah pula. Hal ini sebagaimana dikutip oleh Al-Qadhi Husain dari Ibn Abbas ra. 


Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Syamsul Arifin