Nasional

Pengemudi Ojol Keluhkan Relasi Mitra dengan Aplikator yang Tak Setara

NU Online  ·  Selasa, 20 Mei 2025 | 22:44 WIB

Pengemudi Ojol Keluhkan Relasi Mitra dengan Aplikator yang Tak Setara

Subagyo, pengemudi ojol yang ditemui NU Online di depan Pasar Kenari, Jakarta Pusat, pada Selasa (20/5/2025). (Foto: NU Online/Haekal)

Jakarta, NU Online

Pengemudi ojek online (ojol), Subagyo (65), mengeluhkan relasi antara mitra dengan pihak aplikator yang tidak setara. Ia mengaku harus bekerja seharian penuh untuk mendapatkan Rp100 ribu, sedangkan aplikator memperoleh Rp180 ribu.


Ia menjelaskan bahwa aplikator pernah melakukan potongan lebih dari 10 persen, bahkan jumlahnya lebih dari 20 persen. Ia meminta agar relasi antara ojol sebagai mitra dan aplikator setara.


"Kita udah bekerja seharian full itu cuma dapet kurang dari Rp100.000, sedangkan aplikator dapat Rp180.000," katanya yang sudah menekuni profesi sebagai pengemudi ojol sejak 2016.


Subagyo juga mengeluhkan beragam penawaran aplikator kepada pengguna yang hanya menguntungkan sepihak. Ia mencontohkan, penawaran multi-instan yang hanya menghabiskan waktu karena pengguna dapat menitipkan barang kepada pengemudi ojol lantaran satu arah dengan tujuan semestinya. Padahal ojol perlu waktu mengambil barang tersebut.


"Harganya cuma satu, seperti nggak ada tambahan. Jadi ini semua hanya buang-buang waktu saja dan pasti merugikan kita," jelasnya kepada NU Online di depan Pasar Kenari, Jakarta Pusat, pada Selasa (20/5/2025).


Karena itulah, di saat ribuan pengemudi ojol menggelar aksi menuntut potongan aplikator maksimal 10 persen, Subagyo lebih memilih melanjutkan pekerjaannya untuk mengantar barang dari Pasar Kenari, Jakarta Pusat menuju Serpong, Tangerang.


Subagyo beralasan, ia terpaksa tidak ikut aksi untuk memenuhi memenuhi ekonomi keluarga. Meski harus menempuh 1-1,5 jam, ia mengaku telah terbiasa bekerja di bawah terik matahari dan deraian air hujan.


"Saya dapat uang hari ini, hanya bisa dipakai untuk hari esok, begitu saja setiap hari karena pendapatannya sama. Tetapi pengeluaran dan potongan dari aplikator yang besar," kata Subagyo.


NU Online juga menemui seorang pengendara ojol perempuan, Musyarafah (53). Ia juga mengeluhkan bahwa potongan dari aplikator yang semestinya tidak melebihi 10 persen.


"Saya kebetulan single fighter. Suami sudah tidak ada. Sekarang tahu sendiri, bensin naik apa-apa naik, bayar parkir saja Rp2.000 sedangkan penumpang difasilitasi aplikator bisa membayar jasa kami hanya Rp5.000 kalau pesan yang hemat-hemat," katanya.


Meski taak ikut demo, Musyarafah mengaku tidak menyalakan aplikasi demi menghormati massa aksi yang berdemo di berbagai daerah.


"Aplikator jangan bikin aturan sendiri, harusnya mereka transparan. Yang membesarkan perusahaan bukan hanya orang-orang yang di kantor, tapi kita-kita juga yang di jalanan," tegasnya.