Nasional

Pesan Gus Yahya Jelang Pemilu: Jangan Manfaatkan Kiai NU untuk Meraup Suara

Selasa, 14 Maret 2023 | 13:15 WIB

Pesan Gus Yahya Jelang Pemilu: Jangan Manfaatkan Kiai NU untuk Meraup Suara

Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja beserta jajaran Anggota Bawaslu RI mengunjungi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, Selasa (28/2/2023). (Foto: TVNU).

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya, meminta semua pihak untuk mengakhiri politik identitas menjelang Pemilu 2024. Ia juga berpesan kepada para aktor politik untuk tidak memanfaatkan para kiai NU sebagai alat meraup suara.

 

“Yang paling penting jelang Pemilu 2024 itu adalah bagaimana agar identitas tidak dijadikan senjata politik, termasuk identitas NU,” kata Gus Yahya, ketika menerima kunjungan anggota Bawaslu di kantor PBNU beberapa waktu yang lalu.

 

“Saya juga nanti akan sowan kepada para kiai dan mengingatkan mereka untuk jangan tergoda pada politisi yang meminta doa restu, direstui saja, tapi tidak berarti bahwa politisi yang minta doa restu itu pantas didukung, harus dilihat dulu bagaimana kualitasnya,” sambung tokoh kelahiran Rembang, Jawa tengah itu.

 

Sebab, kata dia, jika para kiai memberikan dukungan tanpa melihat terlebih dulu kualitas, rekam jejak, bahkan prestasi dan gagasan dari aktor politik, dikhawatirkan menimbulkan persoalan yang merugikan.

 

“Kalau para kiai sembarangan dukung-mendukung politisi, maka akan mudah difitnah seolah-olah menerima sesuatu dari politisi tersebut. Dan, itu akan menurunkan marwah para kiai,” jelas Gus Yahya.

 

Menambahkan soal politik identitas, dia berharap agar hal itu tidak terus menerus muncul pada masa-masa pemilu selanjutnya. Ia juga berharap agar para tokoh politik yang mencalonkan diri, baik sebagai calon anggota legislatif maupun calon presiden di Pemilu 2024 tidak membawa identitas NU.

 

"Melainkan atas nama kredibilitas masing masing, atas nama track record masing masing, kapasitas masing masing, prestasi masing masing. Jangan lalu mengatasnamakan NU," tegas dia.

 

Hal ini ditujukan agar persatuan dan keharmonisan dalam masyarakat dapat terus dipertahankan walaupun di tengah kompetisi politik sekeras apapun.

 

"Dalam kompetisi nanti jangan sampai ada cara-cara yang memperalat identitas sebagai senjata," imbuhnya.

 

Antisipasi penggunaan politik identitas, tambah dia, perlu andil seluruh pihak, termasuk kesadaran perilaku dari kalangan elite politik.

 

“Segala bentuk aktivitas politik terutama menjelang kontestasi sedianya harus berpikir tentang keselamatan bangsa dan masyarakat,” pungkas dia.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi