Rais Aam PBNU Doakan Prabowo-Gibran Jadi Pemimpin Amanah dan Adil
NU Online · Ahad, 28 April 2024 | 16:30 WIB

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan halal bihalal di halaman gedung PBNU Jalan Kramat Raya Jakarta, Ahad (28/4/2024). (Foto: NU Online/Saiful Amar)
Abdullah Alawi
Penulis
Jakarta, NU Online
Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengajak para pengurus NU untuk mendoakan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka agar senantiasa menjadi pemimpin yang amanah dan adil ke depan.
“Kita doakan beliau untuk bisa menjalankan amanah yang besar, yang berat, penuh tantangan ini, sukses,” katanya pada Halal Bihalal PBNU di halaman gedung PBNU, Jakarta, Ahad (28/4/2024).
Ulama asal Surabaya, Jawa Timur, itu mengutip perkataan Imam Ahmad bin Hanbal yang mengatakan, jika dirinya punya doa yang mustajab (terkabul), doa itu akan Kiai Miftach hadiahkan kepada pejabat, kepada pemerintah, pada penguasa.
Karena, lanjut Kiai Miftach, kalau pemimpin didoakan dengan doa yang terkabul, lalu melaksanakan tugas dengan baik, maka yang merasakan adalah rakyat semuanya.
"Sebab, inti daripada kekuasaan tidak lain adalah kemaslahatan untuk rakyat. Jika maslahat untuk rakyat, maka itulah ruhnya para pemimpin," terang Kiai Miftach.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini juga mengutip riwayat lain yang menekankan betapa luar biasanya kedudukan seorang pemimpin, apalagi yang adil.
“Apalagi (adil) dalam 5 tahun, maka yang ada adalah berkah, berkah, berkah, maka dengan kekayaan yang dimiliki negara kita, keberkahan akan semakin nyata,” jelasnya.

Puasa sebagai sarana mengenali diri
Sebelumnya, KH Miftachul Akhyar juga menjelaskan bahwa halal bihalal berlangsung setelah melaksanakan Idul Fitri yang diawali puasa Ramadhan. Sedangkan puasa Ramadhan adalah sarana untuk mengenali diri.
“Kalau kita ingin mengenali siapa diri kita ya Ramadhan itu karena saat itulah otoritas kerohanian, mentalitas mengatur mengendalikan kekuatan fisik dan materi,” katanya.
Ibadah puasa, menurutnya, adalah membiasakan yang tidak biasa dengan harapan semoga Allah menganugerahkan hal-hal yang tidak biasa karena selama ini yang diminta adalah hal-hal yang biasa.
“Karena sebulan mampu melakukan yang tidak biasa menurut nafsu dengan harapan memperoleh hal-hal yang luar biasa di dalam kehidupan,” kata Kiai Miftach.
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua