Nasional

Rajin Ngaji Tapi Pelit, Ini Penjelasan Gus Mus

Ahad, 30 September 2018 | 06:15 WIB

Demak, NU Online
KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menyatakan bahwa hobi mengadakan dan mengikuti pengajian seperti yang dilakukan warga NU, seharusnya dapat menciptakan korelasi dalam kehidupan sehari-hari.

"Jika kita rajin ngaji, rajin shalat, tapi tidak ada korelasinya dalam keseharian bagaimana?” tanya Gus Mus pada pengajian umum di Pondok Pesantren Usmaniyyah Ngemplak, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Sabtu (29/9) malam.

Tidak adanya korelasi antara pengajian dan kehidupan sehari-hari, kata Gus Mus, misalnya jika yang pelit masih sama saja pelit dan yang berkelahi masih tetap saja berkelahi. 

“Lalu sebenarnya ini salah siapa? Salah orangnya, metodenya, kiai atau ustadz atau mubalignya, atau memang sudah zamannya?" Gus Mus kembali mengajak hadirin merenung.

Ia lalu menjelaskan hal  itu bisa jadi disebabkan oleh kiainya, ustadz atau mubalighnya. Orang berdakwah harusnya mengikuti Nabi Muhammad Saw. “Nabi Muhammad jika ingin mengajak kepada sesuatu, pasti ia lakukan dan contohkan terlebih dahulu,” urai Gus Mus.

Menurut Gus Mus, Nabi Muhammad telah mencontohkan jika ia memerintah untuk mendirikan shalat, Nabi sudah melakukannya. Jika Nabi mengingatkan agar rukun dengan tetangga, ia telah mencontohkannya.

Namun, hal itu berbeda dengan kebanyakan ustadz atau kiai saat ini. Seorang kiai atau ustadz atau mubaligh menyuruh shalat, tetapi dia sendiri tidak pernah shalat. Ustadz menganjurkan ke barat tapi dia malah ke timur.

“Ustadz menyuruh sedekah tapi dia sendiri pelitnya minta ampun. Nyuruh rukun tapi dia sendiri provokator. Ini kan sangat membingungkan," imbuh Gus Mus. 

Pengajian tersebut diadakan dalam rangka Haflah Khotmil Qur'an pertama Pondok Pesantren Usmaniyyah Ngemplak. Acara diawali dengan khataman Qur'an oleh para santri dan berjalan dengan hidmat. Pondok Pesantren Usmaniyyah Ngemplak, Mranggen, Demak, diasuh oleh Kiai muda Muhammad Arif Jatmiko. (Khozin Muhammad/Kendi Setiawan)