Nasional OBITUARI

Slamet Effendy Yusuf dan Harapannya kepada Generasi Muda

Kamis, 3 Desember 2015 | 02:30 WIB

Telah menjadi sebuah hal yang wajar jika orang tua memiliki dan menaruh harapan besar kepada generasi muda untuk meneruskan perjuangan memajukan masyarakat melalui perannya dalam sebuah organisasi. Hal inilah yang senantiasa didengungkan oleh KH Slamet Effendy Yusuf dalam setiap kesempatan dia berinteraksi dengan para generasi dibawahnya.<>

Dalam sebuah kesempatan setelah rapat dengan para Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), tak lama setelah pelantikan PBNU periode 2015-2020 dilaksanakan, Wakil Ketua Umum PBNU tersebut turun melalui lift bersama salah satu intelektual muda NU yang saat ini menjabat salah satu Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU), Dr Abdul Moqsith Ghazali. Adapun penulis saat itu sedang berupaya mewawancarainya terkait visi NU setelah terbentuk kepengurusan baru.

Saat naik lift, pria kelahiran Purwokerto, 12 januari 1948 ini berpesan kepada Abdul Moqsith Ghazali dan seluruh generasi muda NU agar bekerja keras dalam mengurus organisasi dengan merekam, menulis, dan mendokumentasikan hal-hal yang terkait dengan visi, ide, maupun pemikiran di organisasi sebagai warisan yang bersifat terus-menerus untuk generasi ke depannya.

Menurut Ketua PMII Cabang Yogyakarta (1972-1972) ini, generasi muda harus senantiasa merasa gelisah jika kondisi organisasi tidak sesuai harapan. Selanjutnya kaum muda tergerak untuk memperbaikinya dengan mengonsolidasikan kader-kader lain. Hal ini dia lakukan saat menjadi salah satu tim perumus khittah 1926 pada tahun 1983 bersama H Abdurrahman Wahid, HM Said Budairy, dr Fahmi D Saifuddin, Ahmad Bagja, H Mahbub Djunaidi, dan lain-lain. 

Khittah NU tersebut hingga sekarang menjadi keteguhan prinsip bagi NU untuk tidak berpolitik praktis dan konsisten dengan menjalankan politik kerakyatan, politik kebangsaan, dan etika berpolitik sesuai dengan konsep politik tingkat tinggi ala NU yang digagas oleh KH MA Sahal Mahfudz, Rais Aam PBNU 2000-2014.

Pesan-pesan Ketua GP Ansor periode 1985-1995 ini juga dilontarkan saat memberi sambutan dalam acara serah terima kepengurusan PP Lakpesdam NU pada 11 Oktober 2015 lalu di Tebet, Jakarta Selatan. Saat itu, sarjana IAIN Sunan Kalijaga ini mengingatkan, bahwa Lakpesdam merupakan produk pemikiran progresif yang digagas oleh dirinya bersama tim perumus Khittah 1926. Kiai Slamet menjelaskan, Lembaga kajian di NU tersebut Lahir dari pemahaman, bahwa kualitas SDM generasi NU harus ditingkatkan untuk menjaga Khittah 1926 agar tetap berjalan menjadi prinsip organisasi. 

Dalam kesempatan tersebut, lulusan Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) ini juga terus mendorong kemajuan lembaga-lembaga di NU agar berjalan maksimal dalam mewujudkan kemaslahatan umat. Sehingga menurutnya, lembaga-lembaga di NU harus terus saling bersinergi dan melengkapi. “Tularkan model-model pengorganisasian yang baik di NU,” tuturnya saat itu.

Kini, Kiai Slamet telah meninggalkan kita semua. Namun demikian, bangsa Indonesia dan warga NU khususnya akan terus mengenang pemikiran, pengabdian, perjuangan, dan jasa-jasanya untuk masyarakat, bangsa, dan negara. 

Kiai Slamet meninggal dunia di usia 67 tahun pada Rabu, 2 Desember 2015 di Bandung, Jawa Barat sekitar pukul 23.00 WIB saat mengikuti rangkaian kegiatan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI di Hotel Ibis Styles, Jl Braga Bandung. Dia meninggalkan istri bernama Drs Siti Aniroh. KH Slamet Effendy Yusuf adalah putera pertama dari 4 bersaudara dari pasangan KH Azhari Yusuf dan Hj Umi Kulsum.

Organisasi dan karir Drs KH Slamet Effendy Yusuf, MSi:

1. Ketua Anak Cabang IPNU Kecamatan Ajibarang, Purwokerto
2. Anggota Front Pancasila/Kesatuan Aksi Pengganyangan Gestapu, KAPPI Purwokerto
3. Ketua Dewan Mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (1973-1975)
4. Ketua PMII Cabang Yogyakarta (1972-1973)
5. Ketua Umum GP Ansor dua periode (1985-1995)
6. Ketua Departemen Pemuda DPP Golkar (1988-1993)
7. Pemimpin Redaksi Majalah ARENA (1975-1978)
8. Wartawan harian umum Pelita (1977-1998)
9. Ikut mendirikan dan memimpin majalah Forum Keadilan (1989) 
10. Anggota MPR-RI (1988-1993)
11. Anggota DPR-RI sejak 1992
12. Ketua Yayasan Islam Duta Yumika, Purwokerto
13. Ketua Yayasan Pendidikan Fajar Dunia, Jakarta
14. Ketua Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI Pusat
15. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) (2010-2015)
16. Wakil Ketua Umum PBNU (2015)
17. Wakil Ketua Umum MUI Pusat (2015)

(Fathoni)