Nasional

Terima Kunjungan Dubes Tunisia, Kiai Said Jelaskan Kekuatan Indonesia

Kamis, 14 November 2019 | 11:45 WIB

Terima Kunjungan Dubes Tunisia, Kiai Said Jelaskan Kekuatan Indonesia

Dubes Tunisa untuk Indonesia Riadh Dridi dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Gedung PBNU Lantai 3, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Kamis (14/11). (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online
Duta Besar Tunisia untuk Indonesia Riadh Dridi berkunjung ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Kamis (14/11) sore guna memperkuat hubungan persaudaraan yang sudah terjalin. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menemuinya langsung.
 
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Said menyampaikan bahwa Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibanding negara-negara lainnya. Pasalnya, Negeri Zamrud Khatulistiwa ini memiliki satu sistem struktur sosial dengan adanya organisasi-organisasi masyarakat, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Nahdlatul Wathan, dan sebagainya.
 
“Bukan partai politik, bukan pula atas dasar kesukuan. Anggotanya dari segala macam suku dan dari beragam partai,” katanya kepada Riadh.
 
Kiai Said menjelaskan bahwa pihaknya mengingatkan para anggotanya yang menjadi pejabat, termasuk di parlemen, jika mereka melakukan tindakan di luar koridor. Pun, katanya, jika dirinya salah, para kiai di pesantren bisa mengingatkannya. “Misal anggota parlemen salah, saya mengingatkan. Saya salah, kiai-kiai mengingatkan saya,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan itu.
 
Sebab, jelasnya, NU memiliki ribuan pesantren dan masjid yang tersebar di seluruh Indonesia. Satu pesantren saja di Jawa Timur, katanya, memiliki santri hingga belasan ribu.
 
Kekayaan NU juga dengan tergabungnya 45 tarekat sufi dalam jamiyah yang didirikan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari ini. Sementara di beberapa negara Islam lainnya tak sebanyak di Indonesia. Di Mesir, misalnya, hanya ada 14 tarekat saja.
 
Di samping itu, Islam di Indonesia juga membangun toleransi dan moderatisme, tidak tekstualis seperti di Arab sana. Semangat toleransi itu diteladankan langsung oleh para pendiri Indonesia dengan menerima penghapusan tujuh kata pada Piagam Jakarta. Adalah KH Abdul Wahid Hasyim dengan meminta petunjuk ayahnya, KH Hasyim Asy’ari, sosok di depan yang menerima hal tersebut demi kebersamaan, kesatuan, dan keutuhan Indonesia.
 
Maka, Kiai Said dengan tegas menyatakan tidak ada Nahdliyin yang radikal. “Tidak ada satupun anggota kami yang radikal,” katanya.
 
Lagi pula, Al-Qur’an juga hanye menyebut umat moderat. Tidak ada, katanya, umat Islam dalam Al-Qur’an, atau umat Arab. Hal tersebut berarti menunjukkan bahwa Muslim dan bangsa ini harus moderat dan menampilkan kualitasnya.
 
Sementara itu, Riadh Dridi juga menyampaikan bahwa kedatangannya ke PBNU adalah dalam rangka memperkuat ukhuwah kedua negara dengan semangat tolong menolong atas kebaikan.
 
Pertemuan ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua Umum PBNU H Muchammad Ma’shum Mahfoedz dan Ketua Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) H Ahmad Sudrajat.
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin