Nasional

Terjadi Dua Kali Setahun, Apa Itu Rashdul Qiblat? Ini Penjelasan Lembaga Falakiyah PBNU

Senin, 15 Juli 2024 | 17:31 WIB

Terjadi Dua Kali Setahun, Apa Itu Rashdul Qiblat? Ini Penjelasan Lembaga Falakiyah PBNU

Ilustrasi Rashdul Qiblat. (Foto: dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

Rashdul Qiblat atau fenomena matahari melintas di atas Ka'bah tahun 2024 kembali terjadi, setelah sebelumnya berlangsung pada 27-28 Mei 2024. Rashdul Qiblat yang kedua ini berlangsung pada 15-16 Juli 2024 tepat pukul 12:26:38 waktu Saudi Arabia atau bertepatan dengan pukul 16:26 WIB dan 17:26 WITA di Indonesia.


Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) Muhammad Ma'rufin Sudibyo menjelaskan, Rashdul Qiblat adalah sebuah peristiwa astronomi ketika kedudukan matahari dipandang dari bumi akan tepat berada di atas Ka'bah atau dalam terminologi ilmu falak adalah saat matahari tepat menempati di titik zenith ka'bah.


"Rashdul Qiblat merupakan posisi yang diraih matahari dalam siklus gerak semu tahunannya yang merupakan perwujudan kombinasi perputaran bumi mengelilingi matahari dan miringnya sumbu rotasi bumi," kata Ma'rufin kepada NU Online, Senin (15/7/2024).


"Dalam siklus gerak semu tahunan tersebut, maka kedudukan matahari seakan-akan berpindah-pindah secara teratur dari utara ke selatan dan sebaliknya," imbuhnya.


Ma'rufin menjelaskan bahwa dalam terminologi ilmu falak, siklus gerak semu tahunan matahari berlangsung di antara Garis Balik Utara (lintang 23,5º LU) dan Garis Balik Selatan (lintang 23,5º LS). Matahari akan berkedudukan tepat di atas Garis Balik Utara pada 20 atau 21 Juni setiap tahun. Sebaliknya akan menempati titik zenith Garis Balik Selatan tiap 21 atau 22 Desember.


"Setiap 20 atau 21 Maret dan 22 atau 23 September, matahari akan tepat berada di atas garis khatulistiwa. Setiap titik di antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan pada hakikatnya akan ditempati matahari dua kali dalam setiap tahun Miladiyah. Maka, kota suci Makkah al Mukarramah dengan Ka'bah di pusat kotanya pun akan mendapatkan kesempatan yang sama karena berkedudukan pada garis lintang 21º 25' LU," papar Ma'rufin.


Fenomena ini disebabkan oleh nilai deklinasi matahari yang nilainya sama atau selisihnya sangat kecil dengan lintang geografis Ka'bah sehingga manakala terjadi kulminasi atas di kota Makkah, maka Matahari akan berkedudukan pada titik zenith Makkah.


"Dalam kondisi Rashdul Qiblat, maka setiap benda yang terpasang tegaklurus paras air di kota Makkah akan kehilangan bayang-bayangnya. Sebaliknya bayang-bayang dari benda yang sama namun berada di luar kota Makkah dan sedang tersinari Matahari akan tepat sama dengan arah kiblat setempat. Inilah sebabnya Rashdul Qiblat menjadi salah satu metode terakurat dalam mengukur arah kiblat," pungkasnya.