Nasional TWEET TASAWUF

Tipu Daya Dunia Bisa Mengatasnamakan Allah, Agama, Kebaikan, dan Akhirat

Jumat, 22 November 2019 | 04:30 WIB

Tipu Daya Dunia Bisa Mengatasnamakan Allah, Agama, Kebaikan, dan Akhirat

Direktur Sufi Center KH M. Luqman Hakim. (ist.)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat, KH M. Luqman Hakim mengurai tentang kehidupan dunia. Ia menegaskan bahwa dunia adalah segala sesuatu yang membuat manusia lalai dengan Allah SWT.

“Bahkan (tipu daya) dunia bisa atas nama Allah, agama, kebaikan, dan akhirat,” ungkapnya dikutip NU Online, Jumat (22/11) lewat twitternya.

Sebaliknya, lanjut Direktur Sufi Center ini, ketika apa pun yang tampak di dunia, aktivitasnya, jerih payah dan keringatnya bisa membuat manusia mengingat langsung pada Penciptanya adalah ukhrawiyah.

“Anda pernah jenuh dan hampa dengan dunia ini? Itu pertanda dari Allah agar Anda cepat lari kepada-Nya. Sekaligus memasuki pintu awal dunia zuhud,” jelas Kiai Luqman.

Penulis buku Jalan Hakikat ini mengisahkan, ada ulama sufi kaya raya seperti Syekh Abul Hasan Asy-Syadzily dan Imam Al-Junaid Al-Baghdadi tetapi tidak secuil pun harta dunianya nempel di hatinya.

“Karena hatinya full Allah. Silakan Anda kayaraya tapi jangan cintai dunia Anda. Allah Maha Cemburu,” ungkapnya.

Dia juga mencontohkan ketika Gus Dur kadang ada duit miliaran tapi sekejap sudah sirna habis dibagi-bagikan.
 
“Bahkan rekeningnya sering kosong. Harta tidak ada yang nyantol di hatinya,” terang Kiai Luqman.

Ia mengingatkan bahwa Allah menciptakan dunia ini penuh dengan tipu daya, imjiner, dan fana.

“Kalau anda disuruh memilih sampah tapi abadi dan memilih berlian mutiara tapi segera sirna, pilih yang mana?” tandasnya.

Dalam kesempatan lain, Kiai Luqman menjelaskan bahwa sikap zuhud harus menjadi salah satu pondasi kuat manusia dalam mengarungi kehidupan duniawi. Kehidupan dunia yang penuh dengan ambisi dan rasa cinta memerlukan sikap zuhud.

“Zuhud berarti menepis rasa cinta dan ambisi,” ucap Kiai Luqman.

Dia melanjutkan penjelasannya bahwa menusia harus bersikap zuhud, pertama dari rasa cinta dan ambisi materi. “Kedua zuhud dari tahta dan jabatan, ketiga zuhud dari ambisi meraih tahap spiritual (maqomat, karomah, dan keistimewaan serta kehebatan),” jelasnya.

Kiai Luqman menyatakan bahwa hati yang zuhud harus menyertai segala amal ibadah seseorang. “Amal ibadah yang disertai hati zuhud, luar biasa nilainya,” tuturnya.

Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Kendi Setiawan