Nasional

Transformasi NU dan Tantangannya Hadapi Dunia Industri

Jumat, 17 Desember 2021 | 10:30 WIB

Transformasi NU dan Tantangannya Hadapi Dunia Industri

Transformasi NU dan Tantangannya Hadapi dunia Industri.

Jakarta, NU Online
Untuk bisa bersaing dalam dunia industri, kompetensi menjadi tolok ukur penting bagi kualitas seseorang. Bukan mengacu pada lulusan instansi tertentu. Sejauh ini, NU sudah melakukan beberapa transformasi untuk menyesuaikan diri dengan era tersebut. Di antaranya adalah adanya pembangunan ekosistem digital, berkembangpesatnya dunia pendidikan, dan pelatihan skill digital.


Dalam upaya membangun ekosistem digital, di antaranya NU sudah memiliki Kartu Tanda Anggota Nahdlatul Ulama (Kartanu) yang bisa digunakan untuk berbagai macam transaksi. Sementara transformasi NU dalam dunia pendidikan dibuktikan dengan jumlah perguruan tinggi yang sudah mencapai 274. Meski begitu, jurusan-jurusan di dalamnya belum relate dengan era industri. 


“Artinya, NU punya sumber daya yang luar biasa untuk menghadapi tantangan sumber daya. Memang tantangannya adalah harus terus mencermati, kira-kira prodi-prodinya sudah siap belum untuk menghadapi pasar kerja hari ini?” papar Wakil Ketua Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Miftakhul Aziz dalam Muktamar Talk Sesi ke-2 yang disiarkan TV9 News, Kamis (17/12/2021). 


Menyikapi hal itu, Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) M Kholid Syeirazi mengungkapkan, NU memang sudah memiliki banyak perguruan tinggi, hanya saja prodi-prodi di dalamnya masih fokus pada sosial, humaniora, dan agama. “NU masih butuh sarjana yang background-nya sains dan teknologi (saintek),” imbuhnya.


Lebih lanjut Aziz menjelaskan, dalam transformasi peningkatan skill digital, sudah banyak muncul pelatihan-pelatihan di lingkungan NU, termasuk yang terdapat di banyak pesantren dengan adanya Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas. Hal ini penting karena selain peningkatan skill, pelatihan juga dilakukan untuk sertifikasi yang memiliki pengaruh dalam dunia industri. 


Berdasarkan data BNSP, lanjut Aziz, sertifikasi di lingkungan NU juga mulai tertata. Sertifikasi penting karena mengikuti kebijakan kompetensi di ruang nasional. Dalam setiap profesi, ada standar kompetensinya, baik standar nasional maupun internasioanl. 


“Dengan adanya sertifikasi kompetensi, seseorang akan memliki pengakuan hak yang sama ketika memasuki era (dunia) industri,” ujar Aziz.


Dengan hadirnya sumber daya di lingkungan NU yang cukup melimpah, Aziz memberi catatan agar dibuatkan wadah kolaborasi dari berbagai pihak sebagai ekosistem sumber daya. Hal ini penting karena untuk mengantisipasi terjadinya ledakan orang-orang berkompeten di tubuh NU sendiri.


“Dengan adanya 274 perguruan tinggi, ribuan Ma’arif, dan ribuan mahasiswa NU yang kuliah di luar negeri, NU harus siap menyiapkan. Tidak lama lagi akan ada ledakan orang-orang kompeten di NU yang siap membangun industri. Ini harus disiapkan ekosistemnya,” pungkas Aziz. 


Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Syamsul Arifin