Nasional

Upaya Mengganti Pancasila? Tanda Tidak Bersyukur!

Selasa, 31 Mei 2022 | 22:30 WIB

Upaya Mengganti Pancasila? Tanda Tidak Bersyukur!

Pancasila (Foto: Screenshot Rumah Digital Indonesia)

Jakarta, NU Online
Tangga 1 Juni merupakan di antara tanggal spesial bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut lahir Pancasila yang menjadi ideologi bangsa Indonesia dan merupakan kado terindah yang harus disyukuri. Pancasila adalah pemersatu kebinekaan yang ada di Indonesia. Pancasila menjadi bingkai keragaman suku, budaya, bahasa, dan agama yang mewujudkan perdamaian dalam kehidupan berbangsa.


Namun masih ada sampai saat ini oknum-oknum yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain di Indonesia. Mereka menginginkan Indonesia diseragamkan dengan ideologi yang mereka nilai mampu menjadikan lebih baik. Terhadap oknum-oknum ini,  Pengasuh Pesantren API Tegalrejo, Magelang, Jawa tengah KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) menyebutnya sebagai orang yang tidak bersyukur.


“Pancasila menjadi rumah besarnya anak bangsa. Ini yang harus kita syukuri dan kita jaga. Karena kebinekaan ini adalah sebuah keniscayaan,” kata Gus Yusuf melalui kanal Youtubenya, Selasa (31/5/2022).


Dalam Islam pun terangnya, telah ditegaskan dan sudah menjadi sunnatullah bahwa umat manusia diciptakan berbeda-beda suku dan bangsa. Perbedaan ini tidak boleh menjadikan perpecahan dan sebaliknya harus dikelola untuk kemaslahatan melalui saling kenal mengenal.


Menurutnya, jikapun Allah menghendaki semuanya seragam atau sama di dunia ini, itu merupakan hal yang mudah. Namun Allah berkehendak lain dengan menciptakan manusia berbeda-beda dalam suku, bangsa, dan agama.


Hal ini menurut Gus Yusuf, telah ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 13 yang artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling kenal mengenal”.


“Pancasila sudah terbukti manfaatnya. Membawa perdamaian, kerukunan seluruh anak bangsa Indonesia,” ungkapnya.


Oleh karenanya, Gus Yusuf mengajak seluruh elemen bangsa khususnya para generasi muda yang akan melanjutkan tongkat estafet keberlanjutan bangsa Indonesia ini untuk mensyukuri anugerah Pancasila yang telah terbukti nyata mempersatukan bangsa.


Di balik lahirnya Pancasila
Pancasila lahir diawali dengan dibentuknya Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang mengadakan sidangnya dari 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Momentum ini kemudian dijadikan Hari Lahir (Harlah) Pancasila yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016.


Sebelumnya, Nahdlatul Ulama (NU) secara resmi dan kelembagaan telah meminta dan mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo untuk menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya Pancasila. Masukan NU terkait penetapan Hari Lahir Pancasila juga berangkat dari tokoh NU yang juga Pahlawan Nasional, KH Masjkur yang pernah mengusulkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila.


Pada 1 Juni 1945 inilah, Soekarno menyodorkan 5 poin yang diusulkan menjadi dasar negara. Pada saat itu, ia jugalah yang pertama kali menyebut “Pancasila” untuk 5 dasar yang diajukannya itu. Namun sebelumnya, tugas merumuskan dasar negara diserahkan kepada Panitia Sembilan yang terdiri dari dari Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, KH A. Wahid Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H Agus Salim, Ahmad Subardjo dan Mohammad Yamin.


Dalam proses perumusan, Tokoh NU, Kiai Wahid Hasyim mampu menjabarkan Pancasila secara teologis dan filosofis terhadap rumusan awal yang diajukan oleh Soekarno pada 1 Juni 1945. Ia juga mampu menegaskan bahwa umat Islam Indonesia sebagai mayoritas menunjukkan sikap inklusivitasnya terhadap seluruh bangsa Indonesia yang majemuk sehingga Pancasila merupakan dasar negara yang merepresentasikan seluruh bangsa Indonesia.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan