Obituari

Innalillahi, Abu Khoeri Komandan Banser Semarang Sarat Pengalaman Wafat

Kamis, 13 Agustus 2020 | 23:15 WIB

Innalillahi, Abu Khoeri Komandan Banser Semarang Sarat Pengalaman Wafat

Almarhum H Abu Khoeri (kanan) (Foto: Dokumen Banser Semarang)

Semarang, NU Online

Kabar duka kembali menyelimuti warga Nahdlatul Ulama (NU), khususnya yang ada di Kota Semarang, Jawa Tengah. H Abu Khoeri  mantan Kepala Satuan Koordinasi Cabang (Kasatkorcab) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dan pernah menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Semarang meninggal dunia.

 

Menurut sekretaris Masjid Agung Semarang (MAS) H Muhaimin, Abu Khoeri merupakan salah satu orang yang berjasa besar dalam memperjuangkan kembalinya banda (harta) tanah wakaf MAS yang sekarang didirikan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). 

 

"Saat aksi penyerbuan di rumah yang menguasai lahan banda MAS, Tjipto Siswoyo. Saat itu Hari Jumat setelah Shalat Jumat massa yang akan ikut aksi sudah berkumpul di depan Masjid. Puluhan dari Partai Rakyat Demokratik (PRD) terus meneriakkan yel-yel sambil loncat-loncat," kenang Gus Min kepada NU Online, Kamis (13/8).

 

Putra almaghfurlah KH Turmudzi Taslim AH ini masih ingat betul teriakan massa yang akan menyerbu rumah Tjipto Siswoyo. "Jamaah bersatu tak bisa dikalahkan", "Gantung, gantung, gantung Tjipto. Gantung Tjipto sekarang juga", dan sebagainya," ungkapnya.

 

Padahal lanjutnya, Koordinator Lapangan (Korlap), Agus Susilo dari IAIN Wali Songo belum datang dan tidak bisa dikontak. "Saat itu belum ada hp," jelasnya.

 

Kala itu, Abu mengungkapkan inisiatifnya agar aksi tersebut terlaksana mengingat massa sudah berkumpul dan semakin tak terkendali. "Mas Abu Khoeri memanggil saya dan bilang begini, "Muhaimin, karena Agus belum datang, saya sebagai koordinator aksi, perintahkan saja. Kamu mengambil alih menjadi koordinator lapangan. Lanjutkan aksi," kata Gus Min menirukan ucapan Abu Khoeri saat itu.

 

Perlu diketahui, MAJT dibangun karena kembalinya lahan tanah banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang atau MAS yang proses kepemilikannya diperjuangkan sejak tahun 1980. Raibnya banda wakaf MAS berawal dari proses tukar guling tanah wakaf Masjid Kauman seluas 119,127 ha yang dikelola oleh BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) bentukan Bidang Urusan Agama Depag Jawa Tengah.

 

Abu Khoeri dalam beberapa kesempatan mengungkapkan pengalaman itu. Massa yang tak terkendali telah menyerbu ke rumah Tjipto, dan merusak semua yang ditemui. Kecuali almari Altar yang masih utuh beserta abu jenasah dan alat untuk sembahyang.

 

"Saya sendiri juga bingung. Kok bisa utuh. Kok tidak ikut dirusak oleh teman-teman waktu itu. Ini sengaja menghormati atau tidak saya sendiri kurang tahu persisnya dan heran. Tapi gara-gara itu, altar yang utuh, mereka hormat pada kita, Banser tetap diakui toleransinya," katanya.

 

Abu Khoeri juga kenal dekat dengan beberapa tokoh, salah satunya Wali Kota Semarang waktu itu, H Soekawi Soetarip. Akan tetapi, ia mengaku kedekatan itu tidak baik dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Hal ini dia katakan beberapa tahun lalu di sela rangkaian kegiatan Hari Santri Nasional. 

 

"Saya kenal baik, tapi tidak minta jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), tidak minta hal-hal yang sifatnya pekerjaan pribadi. Itu akses yang sering saya manfaatkan untuk membantu kegiatan Ansor dan NU," ucapnya.

 

"Selamat jalan Sahabat Abu Khoeri, Ketua PC GP Ansor, Komandan Banser, dan pejuang kembalinya banda Masjid Agung Semarang," pungkasnya.

 

Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz