Obituari

Innalillahi, Rais Aam PBNU 1991-1992 KH Ali Yafie Berpulang

Sabtu, 25 Februari 2023 | 23:15 WIB

Innalillahi, Rais Aam PBNU 1991-1992 KH Ali Yafie Berpulang

Rais Aam PBNU 1991-1992 KH Ali Yafie. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, kabar duka menyelimuti warga Nahdlatul Ulama (NU) dan umat Islam Indonesia.


Pasalnya, Rais Aam PBNU periode 1991-1992 dan Ketua MUI Pusat 1990-2000 Anregurutta Haji (AGH) atau KH Ali Yafie dikabarkan wafat atau berpulang ke rahmatullah. 


Ulama ahli fiqih penerima Anugerah 1 Abad NU kategori Pengabdi Sepanjang Hayat itu menghembuskan nafas terakhir di RS Premier Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, pada Sabtu (25/2/2023) pukul 22.13 WIB. 


"Iya, ayahanda Kiai Ali Yafie telah berpulang ke rahmatullah tadi pukul 22.13 di RS Premier Bintaro," kata Helmy Ali, putra Kiai Ali Yafie, kepada NU Online, pada Sabtu malam.


Helmy mengabarkan, satu jam sebelum Kiai Ali Yafie wafat, Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla sempat menjenguk di rumah sakit.


"Sekitar sejam sebelumnya sudah dalam kritis, Pak JK sempat menjenguk," kata Helmy.


Jenazah Kiai Ali Yafie akan disemayamkan di rumah duka yang beralamat di Komplek Menteng Residence, Jl Menteng V Blok FC 5 Nomor 12 Sektor 7 Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten.


Kemudian jenazah almarhum rencananya akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, pada Ahad (26/2/2023) besok, selepas shalat zuhur. 


Kiai Ali Yafie lahir di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pada 1 September 2023. Itu berarti, ia wafat di usianya yang ke-96. 


Sebelum wafat, ia dirawat di RS Premier Bintaro sejak kurang lebih dua pekan. Selain karena faktor usia yang memang sudah sangat sepuh, ia juga memiliki gangguan pernafasan. 


Dokter yang menanganinya menemukan ada cairan di dalam paru-paru dan flek di jantung, sehingga Kiai Ali Yafie harus menjalani perawatan intensif dengan menggunakan alat pernafasan secara lengkap. 


Beberapa tokoh sempat menjenguknya, antara lain Ulama Tafsir Indonesia Prof Quraish Shihab bersama keluarganya, Alwi Shihab dan dr Nizar Shihab, pada Selasa (14/2/2023). 


Di hari yang sama, Kiai Ali Yafie dijenguk oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf didampingi Dosen Fakultas Hukum dan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rumadi Ahmad.


Lalu keesokan harinya, Rabu (15/2/2023), giliran Ketua PBNU Hj Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid menjenguk Kiai Ali Yafie. Tak ketinggalan, Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin juga turut menjenguk Kiai Ali Yafie pada Kamis (16/2/2023).


Profil KH Ali Yafie


KH Ali Yafie lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, pada 1 September 1926 atau 23 Safar 1345. Ia lahir di bulan saat Muktamar NU pertama digelar. 


Kiai Ali Yafie adalah anak ketiga dari lima bersaudara; As'ad, Muzainah, Munarussana, dan Amira. Ia lahir dari pasangan Syekh Muhammad Al-Yafie dan Imacayya.


Ibunya adalah seorang putri raja dari salah satu kerajaan di Tanete, sebuah desa di pesisir barat Sulawesi Selatan. Imacayya wafat saat Ali Yafie berusia 10 tahun. 


Lalu ayahnya menikah lagi dengan Tanawali. Pasangan ini diberi empat keturunan; Muhsanah, Husain, Khadijah, dan Idris. Muhammad Al-Yafie meninggal pada awal 1950-an.


Riwayat Karier dan Organisasi


Kiai Ali Yafie pernah mengemban amanah sebagai Dekan di Fakultas Ushuluddin IAIN Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Selatan. 


Ia juga pernah menjabat Rektor Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta dan menjabat anggota DPR sampai 1987. Kemudian, Kiai Ali Yafie menjabat sebagai Hakim Pengadilan Tinggi Agama Makasar, Kepala Inspektorat Peradilan Agama, dan Dewan Pengurus Syariat Bank Muamalat Syariat.


Pada Muktamar NU 1971 di Surabaya, ia terpilih menjadi salah seorang Rais Syuriyah PBNU. Lalu pada Muktamar NU di Semarang (1979) dan Situbondo (1984), ia diberi amanah kembali sebagai Rais Syuriyah PBNU.


Kemudian pada Muktamar NU di Krapyak 1989, Kiai Ali Yafie menjabat sebagai wakil Rais 'Aam PBNU. Ia kemudian menjadi Penjabat (Pj) Rais 'Aam PBNU 1991-1992 setelah KH Ahmad Shiddiq sebagai Rais 'Aam PBNU kala itu wafat.


Kiai Ali Yafie pun menjabat Ketua Umum MUI pada 1990-2000 menggantikan KH Hasan Basri. Ia juga diamanahi untuk menjadi Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).


Di samping berbagai kesibukan itu, Kiai Ali Yafie masih mendedikasikan dirinya untuk menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Dakwah Al Irsyad, Pare-Pare, Sulawesi Selatan yang ia dirikan sejak 1947.


Karya KH Ali Yafie


Kiai Ali Yafie merupakan seorang ulama yang juga aktif menulis. Ia banyak menelurkan karya-karya tulis yang dijadikan buku. Berikut beberapa di antara karya-karya Kiai Ali Yafie.


1. Menggagas Fikih Sosial: dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi hingga Ukhuwah. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Mizan di Bandung pada 1995. 


2. Teologi Sosial: Telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan. Dicetak oleh LKPSM di Yogyakarta pada 1997. 


3. Beragama Secara Praktis agar Hidup Lebih Bermakna, diterbitkan oleh Penerbit Hikmah di Jakarta, pada 2002. Buku ini memuat tentang sebuah penafsiran terhadap ajaran agama yang menjadi salah satu kunci penyebab agama selalu menemukan hubungan dan kesesuaiannya. Buku ini salah  satu bentuk tanggapan seorang ulama terhadap  beragam perkembangan sosial.


4. Wacana Baru Fiqih Sosial: 70 Tahun KH Ali Yafie. Buku ini diluncurkan pada Peringatan 70 Tahun Kiai Ali Yafie yang berisi kumpulan  tulisan   dari   para  ulama, cendekiawan,  politisi, pejabat, dan pengusaha. Buku ini diedit oleh Jamal D Rahman dan diterbitkan pada 1997. 


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF