Parlemen

Legislator PKB: Penyebab KKB di Papua karena Lemahnya Pemahaman Sejarah

Sabtu, 29 Mei 2021 | 05:12 WIB

Legislator PKB: Penyebab KKB di Papua karena Lemahnya Pemahaman Sejarah

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI MF Nurhuda Y (Foto: ist).

Jakarta, NU Online
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI MF Nurhuda Y menyebut beberapa penyebab maraknya Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Diantaranya karena lemahnya pemahaman sejarah bangsa Indonesia serta pilar kebangsaan yang rapuh. 

 

“Situasi yang terjadi di Papua menjadi cerminan kita betapa pentingnya penguatan pemahaman sejarah bangsa Indonesia dan implementasinya. Sebab, pemahaman tentang sejarah akan memunculkan cinta dan sikap toleransi, sehingga tercipta kesatuan dan persatuan,” jelas pria yang juga anggota Panitia Khusus Revisi UU Otonomi Khusus Bagi Provinsi di Papua ini, dalam Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Pekalongan, Sabtu (29/5).

 

Menurutnya, bangsa Indonesia bisa tetap tegak berdiri selama lebih dari 75 tahun karena memiliki penyangga utama yang tidak dimiliki bangsa lain. Penyangga itu adalah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. 

 

Nurhuda menegaskan, jika keempat pilar itu tidak ada maka bangsa Indonesia sudah tercabik-cabik. Empat pilar itulah, katanya, yang menjadi fasilitator berbagai perbedaan kepentingan dari berbagai suku, agama, ras, dan budaya dengan kerangka kebangsaan. 

 

Nurhuda menerangkan, pilar adalah tiang penyangga sebuah bangunan agar bisa berdiri kukuh. Pilar juga bisa bermakna fondasi dan dasar bangunan agar kuat dan tidak mudah runtuh. Pancasila dan UUD 1945 merupakan dasar negara sekaligus konstitusi negara yang menjadi dasar bagi kehidupan berbangsa serta bernegara. 

 

“Dalam Pasal 1 UUD 1945 disebutkan, Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Untuk menjunjung kesatuan dan persatuan dibutuhkan pembangunan karakter bangsa melalui pengembangan sikap toleransi dan penghargaan atas hak asasi manusia,” jelas Nurhuda.

 

Jika Indonesia ingin menjadi bangsa yang besar, ia mengingatkan sebuah tugas penting yakni harus bersedia melanjutkan apa-apa yang sudah dirumuskan oleh para pendiri bangsa terdahulu. 

 

“Para pendahulu sudah memikirkan betapa pentingnya bangsa kita hidup berdampingan dalam pluralitas (peaceful coexistence), sehingga tugas generasi penerus adalah merawat agar kebersamaan ini terus terjalin dengan baik,” tegasnya di hadapan pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) dan Dewan Pengurus Anak Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPAC PKB) Kecamatan Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah.

 

“Kita harus merawat kebersamaan ini, salah satunya dengan cara meningkatkan pemahaman tentang sejarah dan nilai kebangsaan kita agar tidak rapuh,” imbuh Legislator Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) Dapil Jawa Tengah X ini.

 

Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan sangat luas dan majemuk. Negeri ini terdiri dari 16.771 pulau besar dan kecil, 1.340 suku bangsa serta beragam bahasa, agama, dan budaya. 

 

Ditegaskan, untuk menjaga keutuhan NKRI diperlukan kemauan serta kemampuan kuat dan memadai dari seluruh elemen bangsa. Kemauan dan kemampuan itu termanifestasikan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu. 

 

“Keragaman dan kemajemukan bukan untuk dipertentangkan apalagi diadu satu sama lain. Tetapi kebhinekaan harus menjadi penyemangat terwujudnya persatuan dan kesatuan,” pungkas Nurhuda.

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Zunus Muhammad