Pustaka

Al-Kawakibud Durriyah: Kitab Nahwu Lanjutan yang Sangat Detail

Rabu, 5 April 2023 | 18:00 WIB

Al-Kawakibud Durriyah: Kitab Nahwu Lanjutan yang Sangat Detail

Ilustrasi: Kitab Al-Kawakibud Durriyah, kitab nahwu lanjutan karya Syekh Muhammad bin Ahmad bin Abdul Bari Al-Ahdal. (NU Online - Ahmad Muntaha AM)

Salah satu kitab nahwu yang sangat populer di kalangan santri dan pelajar ilmu gramatika Arab adalah kitab Al-Kawakibud Durriyah ‘ala Mutammimah Al-Ajrumiyah. Kitab ini merupakan kitab lanjutan dari kitab Mutammimah Al-Ajrumiyah yang sangat detail dan luas penjelasannya.
 

Jika kitab-kitab yang menjelaskan tentang ilmu gramatika Arab lebih condong pada rumus-rumus ilmu nahwu secara umum, maka tidak dengan kitab yang satu ini. Kitab ini lebih pada penjelasan yang lebih detail dan lebih luas daripada kitab nahwu pada umumnya. Di dalamnya tidak hanya disebutkan rumus-rumus ilmu nahwu, tapi berbagai cabang-cabangnya juga ditulis lengkap dengan contohnya.
 

Kitab ditulis oleh Syekh Muhammad Al-Ahdal pada pertengahan abad ketiga belas hijriah, sebagai bentuk respon dan rasa tanggung jawab beliau atas permintaan beberapa ulama pada masa itu untuk mensyarahi kitab Mutammimah al-Ajrumiyah, dengan penjelasan yang lebih luas dan detail, namun dengan penyajian yang gampang dan mudah dipahami.
 

 

Sekilas tentang Penulis Kitab Al-Kawakibud Durriyah

Nama lengkap Syekh Muhammad Al-Ahdal adalah Syekh Muhammad bin Ahmad bin Abdul Bari Al-Ahdal. Ia merupakan salah satu ulama kontemporer (mu’ashirin) yang keilmuannya tidak diragukan lagi. Penguasaannya dalam semua cabang ilmu syariat sangat mendalam, tidak hanya dalam ilmu nahwu saja, namun juga ilmu hadits, fiqih, dan beberapa cabang ilmu lainnya. Bahkan, ia juga masyhur dengan sebutan Mufti Tihamah (ahli fatwa kota Tihamah).
 

Syekh Muhammad Al-Ahdal dilahirkan pada tahun 1241 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1826 Masehi di Tihamah Yaman, salah satu Jazirah Arab yang sangat besar. Di daerah tersebut ia tumbuh sebagai sosok yang kelak akan memikul amanah mulia sebagai ahli ilmu. Dan wafat pada tahun 1298 H, bertepatan dengan tahun 1880 Masehi. 
 

Az-Zirikli mengatakan, Syekh Muhammad Al-Ahdal memiliki nasab yang bersambung pada Rasulullah saw melalui jalur Sayyidina Husain.
 

Karya-karya Syekh Muhammad Al-Hadal tidak hanya dalam ilmu nahwu, namun dalam banyak bidang, seperti fiqih, hadits, dan lainnya. Di antara karyanya adalah,

  1. Tahzirul Ikhwan min Tashdiqil Kuhhan.
  2. Bughyatu Ahlil Atsar.
  3. Sullamul Qari ‘ala Hasyiyah Shahihil Bukhari.
  4. Tasdidul Bunyan lil Musytaghilina bi Hikmatil Yunan.
  5. Al-Kawakibud Durriyah Syarhu Mutammimah Al-Ajrumiyah.
  6. Dan masih banyak lagi kitab-kitab karya lainnya. (Az-Zirikli, Al-A’lam, [Darul Ilmi: 2002], juz VI, halaman 19).


 

Alasan Penulisan Kitab Al-Kawakibud Durriyah

Sebagaimana disebutkan dalam mukadimah kitab, mulanya penulis tidak memiliki keinginan untuk menulisnya. Namun, banyaknya kolega dan para pencari ilmu saat itu yang meminta kepada Syekh Muhammad Al-Ahdal untuk mensyarahi kitab Mutammimah dengan penjelasan yang lebih luas dan mudah dipahami. 
 

Syekh Muhammad Al-Ahdal tidak langsung mengiyakan permintaan tersebut. Sebab, ia merasa belum pantas untuk menulis suatu kitab. Ia mencoba menolak permohonan itu. Akan tetapi banyaknya permohonan, baik dari kolega, atau pencari ilmu saat itu, serta sangat dibutuhkannya suatu kodifikasi yang membahas perihal ilmu nahwu dengan penjelasan yang lebih luas dan detail. Pada akhirnya ia menyanggupinya. 
 

Dengan bermodalkan tekad, dan pertolongan dari Allah, penulis mencoba memulai menulis dan pada akhirnya mampu menyelesaikan menjadi satu kitab yang sangat masyhur di pesantren dan madrasah ini, yang dikenal dengan kitab Al-Kawakibud Durriyah ‘ala Mutammimah Al-Ajrumiyah.
 

 

Sekilas tentang Isi Kitab Al-Kawakibud Durriyah

Sebagaimana kitab nahwu pada umumnya, kitab menjelaskan beberapa rumus-rumus dan cabang-cabang ilmu gramatika Arab dengan sangat detail dan terperinci, untuk memudahkan para pembaca dalam mengenal lebih lanjut perihal ilmu alat. Dengan ilmu nahwu, maka semua cabang ilmu syariat akan mudah dimengerti. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Syekh Muhammad Al-Ahdal dalam mukadimah kitab. Ia mengatakan:
 

والنحو أنفع العلوم العربية إذ به تدرك جميعا
 

Artinya, “Ilmu nahwu adalah paling manfaat dari ilmu gramatika Arab, karena dengannya bisa diraih (dipahami) semua (ilmu bahasa Arab).” (Al-Ahdal, I/25).


 

Juz Pertama Kitab Al-Kawakibud Durriyah

Di juz pertama, Syekh Muhammad Al-Ahdal mengurai kembali semua rumus-rumus nahwu yang ada dalam Kitab Mutammimah Al-Ajrumiyah, mulai dari bab kalam sampai bab isim-isim yang dibaca rafa’. Kemudian ia kembangkan dengan penjelasan yang lebih rinci dan detail. Semua contoh yang berkaitan dengan kalam, tanda-tanda i’rab, isim ma’rifat dan nakirah, beliau sebutkan semua. 
 

Selanjutnya, penulis menjelaskan isim-isim yang dibaca rafa’ (marfu’atul asma), yaitu: fail, naibul fail, mubtada dan khabar, kana dan saudaranya, huruf-huruf yang pengamalannya serupa dengan laisa, af’alul muqarabah, inna dan saudaranya, la li nafyil jins, zhanna dan saudaranya.
 

Semua isim yang dibaca rafa’ di atas dijelaskan dengan sangat luas. Kemudian ia tuliskan contoh-contohnya, dan contoh lain yang juga berkaitan dengannya, agar pembaca bisa dengan mudah mengetahui suatu lafal secara khusus, dan bisa dengan mudah membedakan dengan lafal-lafal lain yang serupa dengannya.

 

Juz Kedua Kitab Al-Kawakibud Durriyah

Sebagaimana juz pertama, di bagian juz kedua Syekh Muhammad Al-Ahdal mengurai kembali semua rumus-rumus yang ada dalam Kitab Mutammimah Al-Ajrumiyah, mulai dari bab isim-isim yang dibaca nashab dan isim yang dibaca jar, hingga bab akhir, yaitu bab waqaf. Semua contoh yang berkaitan dengan isim yang dibaca nashab, seperti tamyiz, hal, dan isim yang dibaca jar, i’rab-i’rab kalimat fi’il, beliau sebutkan semua.
 

Tidak hanya itu, setelah pembahasan isim-isim yang dibaca jar (khafad), penulis juga menjelaskan beberapa rumus ilmu nahwu yang tidak disebutkan dalam Kitab Mutammimah, dan ini merupakan salah satu kelebihan Kitab Al-Kawakibud Durriyah daripada kitab nahwu lainnya. 
 

Rumus-rumus tersebut di antaranya adalah isilm-isim yang beramal seperti amalnya fi’il, pembahasan tentang tanazu’, bab ta’ajjub, bab waqaf, dan diakhiri dengan nazham-nazham. Semua rumus ini dijelaskan dengan sangat luas oleh penulis, tak lupa juga disebutkan semua contoh dan tandanya, sehingga bisa memudahkan pembaca untuk mengenal dan memahaminya. Wallahu a’lam.


 

 

Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur