Pustaka

Gotong Royong Umat Beragama untuk Kehidupan Harmonis Bersama

Sabtu, 3 Desember 2022 | 09:00 WIB

Gotong Royong Umat Beragama untuk Kehidupan Harmonis Bersama

Buku Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama: Inspirasi dari Teladan Nabi Muhammad saw karya Faqihuddin Abdul Kodir. (Foto: NU Online)

Baru-baru ini, ramai perbincangan media sosial mengenai pencabutan label kelompok agama pada tenda sumbangan untuk korban gempa Cianjur. Di sana, muncul isu ajakan pada agama tertentu melalui sumbangan tersebut sehingga menimbulkan sedikit ‘keributan’ di media.

 

Korban gempa pasti sangat membutuhkan uluran tangan bantuan dari siapa saja. Mereka juga sah-sah saja menerimanya dengan tanpa syarat macam-macam, apalagi sampai menggadaikan iman.


Manusia merupakan makhluk sosial yang sejatinya membutuhkan kehadiran orang lain, tidak bisa hidup secara sendiri. Saling membutuhkan sudah bisa dipastikan terjadi satu sama lain dengan segala macam perbedaan kebutuhannya.

 

Karenanya, Allah swt telah memerintahkan kepada kita semua untuk dapat saling membantu satu sama lain. Bantuan ini disyaratkan dalam bentuk kebaikan dan taqwa, tidak dalam persoalan dosa dan permusuhan. Hal demikian bisa kita baca dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2. 


Uluran tangan kita ini boleh dialamatkan kepada siapa saja, terlebih kepada mereka yang jelas-jelas membutuhkan karena tertimpa bencana. Dalam sebuah hadits yang dikutip Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adhim, disebutkan bahwa pertolongan itu tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang terzalimi, tetapi juga terhadap orang yang berlaku zalim itu sendiri. Hal itu bisa dilakukan dengan mencegahnya bertindak zalim kembali.


Di situlah bentuk kesalingan yang harus ditampilkan oleh kita semua sebagai umat beragama. Sukarno membahasakan ini dengan istilah gotong royong. Istilah ini akan dipakainya jika prinsip bernegara itu hanya satu, ekasila.

 

Sebagaimana diketahui bersama, bahwa Bapak Proklamator Indonesia itu mengajukan lima prinsip bernegara yang dikenal dengan istilah Pancasila. Ia pun mengajukan dalam bentuk tiga poin sebagai intisari dari lima itu yang kemudian dikenal dengan istilah trisila. Kemudian, jika pun harus diperas lagi menjadi satu poin saja, maka ia mengajukan gotong royong sebagai ekasila.


Gotong royong menjadi inti dari segala inti segala sendi kehidupan kita sebagai makhluk sosial, tak terkecuali dalam hidup bernegara dan beragama. Sebab, gotong royong mengandung kasih sayang, cinta, hingga ketuhanan dengan kepedulian yang muncul; kerelaan dan kerakyatan melalui keikutsertaannya; keadilan dengan kesamaan sumbangsih atas dasar kemampuannya; hingga persatuan yang tampak dari kebersamaannya.


Sikap ini menjadi penting bagi segenap manusia sebagai bentuk dukungan satu sama lain karena menunjukkan egaliterianisme, tidak memandang karena apa, oleh siapa, atau latar belakang bagaimana. Semuanya bersatu untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kehidupan yang harmonis, nyaman, dan tentram. Semuanya setara yang tentu saja tidak berarti sama.

 

Namun, hal itu sesuai dengan kadar kemampuannya masing-masing. Ada orang yang mampu menyumbangkan tenaganya, sebagian menaruh sumbangsihnya dengan harta, sedangkan yang lain mampu menyumbangkan keduanya tanpa sinis terhadap dua kelompok orang yang hanya bisa membantu dari satu sisi saja.


Hal itulah yang coba ditampilkan oleh Kang Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku terbarunya ini yang berjudul Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama: Inspirasi dari Teladan Nabi Muhammad saw. Sosok Rasulullah dideskripsikan secara apik sebagai role model dalam mengedepankan sikap harmonis dalam menghadapi umat agama yang lain.

 

Banyak sekali interaksi sosial Nabi dengan umat yang berbeda keyakinan. Semua interaksi itu tentu saja menunjukkan sikap Nabi yang selalu positif, tidak menaruh kebencian atas dasar keagamaan mereka. Bahkan dalam peperangan sekalipun, tidak ada sikap Nabi yang menunjukkan wajah permusuhan.


Sikap lemah lembut yang ditunjukkan Nabi justru membuka tempat tersendiri di hati mereka yang belum terketuk pintu hatinya untuk memeluk Islam. Sikap tersebut menyentuh palung terdalam hatinya untuk paling tidak tetap berlaku baik dan tidak berlaku kasar. Bahkan lebih jauh dari itu, banyak di antaranya juga yang akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat.


Buku ini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu (1) Inspirasi dari Sirah Nabi Muhammad saw; (2) Inspirasi dari Teladan Nabi Muhammad saw; dan (3) Inspirasi dari Maqashid Qur’ani. Dua bagian awal ini terkesan sama. Hampir tidak ada perbedaan substansi di antara keduanya karena sama-sama mengangkat kisah-kisah Rasulullah dalam interaksinya dengan non-Muslim.

 

Sementara bagian terakhir justru tidak memunculkan teladan Nabi Muhammad saw. Tidak ada korelasi antarbab. Ayat-ayat yang disajikan dalam bagian terakhir itu tidak dikaitkan dengan kehidupan Rasulullah saw dalam kisah-kisahnya yang diuraikan dalam bab sebelumnya.

 

Padahal, jika dikaitkan tentu akan semakin menarik dan memberikan nilai tambah atas buku ini. Namun barangkali, memang itu sengaja dilakukan Kang Faqih agar pembaca dapat kritis dan menemukan sendiri korelasi antara ayat dan kisah-kisah Nabi yang sudah disajikan sebelumnya.


Penulis juga tampak tidak konsisten dalam menuliskan kalimat beraksara Arab. Satu sisi, ia membubuhkan harakat, tetapi di tempat lain, ia menanggalkannya. Mungkin hal tersebut tidak begitu penting karena sudah tersaji terjemahannya.

 

Namun, membaca dalam kalimat aslinya dengan benar memberikan kesan tersendiri bagi pembaca. Selain juga, inkonsistensi itu menimbulkan ketidaknyamanan bagi pembaca, baik secara visual karena tampak tidak elok di mata, juga dalam ranah pembacaan.


Meskipun demikian, buku ini sangat penting untuk dibaca sebagai petunjuk bagi kita dalam berinteraksi dengan umat berbeda agama. Sebab, buku ini diperkaya dengan referensi yang cukup kuat, khususnya dari kitab-kitab klasik mengingat penulisnya yang merupakan alumnus pesantren sekaligus menuntaskan studi sarjananya di Damaskus, Suriah.


Selamat Membaca!


Peresensi Syakir NF, pelayan di Perpustakaan Cipujangga, Padabeunghar, Pasawahan, Kuningan, Jawa Barat


Identitas Buku

Judul: Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama: Inspirasi dari Teladan Nabi Muhammad saw

Penulis: Faqihuddin Abdul Kodir

Tebal: 234 halaman

Tahun: 2022

Penerbit: IRCiSoD

ISBN: 978-623-5348-40-7